Bro en Sis, Ngomongin soal Ramadhan, rasanya udah berpuluh bahkan beratus atau
malah beribu tulisan menyebut Ramadhan bulan mulia. Yup, Ramadhan
memang membawa berkah bagi kaum mukminin. Meski secara fisik kita
diwajibkan untuk menahan rasa lapar dan haus, plus menghindari segala
perbuatan maksiat, namun bukan berarti kita kudu puasa juga dari
berbagai aktivitas amal shaleh. Justru di bulan Ramadhan inilah,
semangat kaum mukminin sedang puncak-puncaknya.
Bro en Sis, mulut boleh istirahat seharian dari mengunyah makanan,
tenggorokan boleh terasa kering tak dialiri air, perut boleh keroncongan
nahan lapar, tapi semangat untuk beraktivitas mulia kudu tetap menyala.
Kenyataan ini telah dibuktikan oleh para generasi terdahulu kita.
Justru di bulan Ramadhan berbagai kemenangan dapat diraih dengan
gemilang. Bahkan sebagian di antaranya ikut menciptakan arah sejarah
kehidupan Islam dan kaum muslimin. Ya, Ramadhan memang bulan perjuangan
dan kemenangan bagi kaum mukminin.
Boys and gals, seharusnya kita pun nggak kalah dong dengan semangat
para pendahulu kita. Sekarang pun kita bisa berbuat hal yang sama, atau
paling nggak mirip-mirip perjuangannya dengan mereka. Kondisi memang
berbeda, situasi juga sangat jauh berbeda. Tapi bukan berarti kemudian
kita menyerah kepada keadaan. Insya Allah kita mampu kok, paling nggak
semangat perjuangannya bisa kita teladani. Sebab mereka seolah ingin
menunjukkan kepada generasi setelahnya, bahwa Ramadhan bukan halangan
untuk tetap melakukan amal shaleh, bahwa Ramadhan pun bukan halangan
untuk istirahat dari jihad, dan bahwa Ramadhan pun bukan saatnya untuk
bersantai-santai dengan alasan menyelamatkan puasa kita.
Ketika puasa bukan berarti penampilan kita harus loyo. Tampang kita
harus dibuat selemes mungkin, biar dikatakan lagi puasa. Ya, nggak
begitu dong, Bro. Meski puasa, kondisi tubuh kita kudu tetap fit. Itu
sebabnya, jangan pernah berhenti dari aktivitas amal shaleh. Diulangi;
jangan pernah berhenti dari aktivitas amal shaleh. Catet itu! (halah,
sok ngatur-ngatur gini ya? Ehm…)
Ngomong-ngomong soal prestasi mulia yang telah ditorehkan generasi
pendahulu kita, kayaknya kita pantas untuk bercermin dari beliau-beliau
deh. Bener. Maka nggak salah emang, bila generasi Islam di masa lalu
patut jadi teladan kita. Khususnya semangat dan aktivitas mereka saat
bulan Ramadhan. Di bulan Ramadhan justru tercatat sederet kemenangan
kaum muslimin dalam memporak-porandakan dan mempecundangi musuh-musuhnya
di setiap pertempuran. Begitu panjang dan gemilangnya sepak terjang
kaum muslimin, sehingga terpatrilah sebuah lembaran emas sejarah yang
tak mungkin terhapuskan dan terlupakan. Berikut ini adalah beberapa
peristiwa besar di bulan Ramadhan, di mana kaum muslimin terjun berjuang
dan juga ikut menghantarkan kaum muslimin menuju kemenangan:
17 Ramadhan 2 H: Perang Badar al-Kubra
Boleh dibilang, ini adalah perang “hidup-mati” antara kaum muslimin
dengan orang-orang kafir Quraisy. Kisahnya, Rasulullah saw dan
pasukannya berangkat dari Madinah pada tanggal 8 Ramadhan. Menurut Ibnu
Hisyam, perang ini merupakan kemenangan perdana yang menentukan posisi
kekuatan kaum muslimin dalam menghadapi kekuatan kaum musyrikin. Allah
Swt. telah memimpin langsung peperangan tersebut. Firman Allah Swt.: Maka
(yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah
yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu
melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk
membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang
mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui. (QS al-Anfâl [8]: 17)
Allah Swt. mengutus sepasukan malaikat untuk meneguhkan kaum muslimin
dan menghancur-leburkan pasukan kaum kafir. Sebelumnya Allah telah
meruntuhkan mental orang-orang kafir hingga timbul rasa takut yang amat
sangat di antara mereka. Itu tergambar dalam Firman Allah Swt.:
(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat:
“Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang
yang telah beriman”. Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam
hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan potonglah
tiap-tiap ujung jari mereka.(QS al-Anfâl [8]: 12)
Tiga hari menjelang perang Badar, kaum muslimin tidak menyadari bahwa yang dimaksud dengan firman Allah Swt: “Karena
pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendakiNya. Dan Dialah
Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (sebagai) janji yang
sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janjiNya, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS ar-Rûm [30]: 5-6)
Sebenarnya yang dimaksud dengan “pertolongan” itu tertuju pada
mereka. Bahkan dikisahkan Rasulullah pernah merasa takut, kalau
pertempuran itu akan memusnahkan kaum mukminin Madinah di muka bumi ini.
Beliau berdoa kepada Allah: “Ya, Allah, jika kelompok ini sekarang binasa tidak ada lagi yang menyembahMu di atas muka bumi ini.”
Ya, ‘taruhan’ Perang Badar ini memang besar sekali, sebagaimana
sesumbar Abu Jahal: “Demi Tuhan, kita tidak akan pulang sebelum sampai
ke Badar. Kita akan tinggal tiga malam di tempat itu. Kita memotong
ternak, kita pesta makan dan minum khamr, kita minta para sinden
menyanyi. Biar orang-orang Arab itu mendengar dan mengetahui perjalanan
dan persiapan kita. Biar mereka tidak lagi mau menakut-nakuti kita.”
Namun apa lacur, justru kenyataannya pasukan pimpinan Abu Jahal ini
kewalahan dan binasa. Pada pertempuran di bulan Ramadhan ini, 313
tentara kaum muslimin berhasil menghajar telak dan melibas 1000 pasukan
kaum kafir Quraisy. Tragisnya, Abu Jahal bin Hisyam al-Makhzumi dan Abu
Lahab al-al-Hasyimi tewas dengan sukses. Sedang Abu Sofyan selamat dan
belakangan masuk Islam saat peristiwa Futuh Makkah enam tahun kemudian.
Menurut al-Maqrizi dalam kitabnya yang berjudul Imta’al Asma’,
menghitung bahwa jumlah gembong alias petinggi kaum kafir Quraisy yang
binasa dalam pertempuran tersebut sebanyak 27 orang, dan yang tewas
setelah perang sekitar 20 orang.
Tuh kan, coba, bayangin aja. Dalam keadaan berpuasa, ditambah harus
menahan panasnya terik matahari, udah gitu berada di di tengah samudera
pasir, dan satu lagi… harus perang! Wah, nggak kebayang deh gimana
beratnya. Namun, karena kaum muslimin berjuang dilandasi dengan keimanan
kepada Allah Swt., maka rintangan dan hambatan sekuat dan sebesar
apapun bukan alasan untuk mundur dan kabur. Justru mereka malah tambah
semangat, karena yakin dengan pertolongan Allah. Buktinya, memang
benar-benar sukses. Laahaula walaa quwwata illa billahi!
21 Ramadhan 8 H: Futuh Makkah (Penaklukan Makkah)
Rasulullah saw. keluar dari Madinah tanggal 10 Ramadhan bersama
10.000 pasukan kaum muslimin dan dalam keadaan berpuasa. Jumlah ini
memang jauh lebih besar ketimbang saat Perang Badar. Rasulullah saw. dan
pasukannya berbuka di suatu tempat yang disebut Mukadid (antara daerah
Asfan dan Amjad). Setelah penaklukan Makkah secara damai, Rasulullah
saw. tinggal di kota itu selama 15 malam dengan melakukan shalat qashar.
Penaklukan dan penguasaan ini tidak disertai dengan pembantaian atau
bentuk balas dendam lainnya. Padahal, dulu ketika Rasulullah dan kaum
muslimin hijrah karena nggak tahan dengan siksaan serta perlakukan keji
dan kejam lainnya dari pihak kafir Quraisy, rasanya cukup pantas bila
itu dilakukan menurut kaca mata hawa nafsu manusia. Namun ternyata
Rasulullah dan pasukannya tidak berbuat demikian. Justru inilah
penaklukan yang benar-benar penuh damai.
Dalam pidatonya, bahkan Rasulullah saw. memberikan semacam amnesti
massal untuk mantan musuh-musuh kaum muslimin. Menurut Ibnu Ishaq,
penaklukan kota Makkah terjadi pada sepuluh malam terakhir bulan
Ramadhan. Rasulullah mengutus Khalid bin al-Walid untuk menghancurkan
berhala ‘Uzza, Amru bin ‘Ash merobohkan Suwa’, dan giliran Sa’ad bin
al-Arsyhali untuk menumbangkan Manath. Setelah itu, digantikan dengan
kalimat tauhid yang berkumandang di angkasa Makkah al-Mukarramah. Makkah
pun masuk dalam pangkuan Islam. Fantastis bukan? Lebih dari sekadar
fantastis, Bro!
Ramadhan 10 H: Ekspedisi Dakwah ke Yaman
Rasulullah saw. mengutus sepasukan tentara di bawah pimpinan Ali bin
Abi Thalib ke Yaman dengan membawa surat Nabi. Satu suku yang
berpengaruh di sana dengan tanpa paksaan langsung menerima dan masuk
Islam pada saat itu juga dan mereka shalat berjamaah bersama Ali bin Abi
Thalib. Allahu Akbar!
Ramadhan 92 H: Penaklukan Spanyol
Panglima Thariq bin Ziyad bersama armada tempurnya yang berjumlah
7000 pasukan, menyeberangi selat Giblartar (Jabal Thariq) demi misi
mulia melakukan penaklukan di Andalusia, Spanyol.
Setelah armada tempur lautnya merapat di pantai, beliau berdiri di
atas bukit karang dan berpidato. Dalam pidatonya yang berapi-api itu,
beliau memerintahkan pembakaran kapal-kapal yang telah membawa seluruh
awak pasukannya dari Mesir pada 711 M, kecuali beberapa pasukan kecil
yang diminta pulang untuk meminta bantuan kepada Khalifah.
Pidato “kontroversial” itu karuan aja membuat pasukannya keheranan.
Namun beliau mengatakan, “Kita datang ke sini tidak untuk kembali. Kita
hanya punya dua pilihan, menaklukkan negeri ini dan menetap di sini
serta mengembangkan Islam, atau kita semua binasa (syahid)” Allahu
Akbar! Panglima perang hebat yang pernah dimiliki kaum muslimin.
Tak ayal lagi, itu membuat pasukannya bangkit dan segera menyusun kekuatan untuk menggempur pasukan Spanyol yang terkenal kuat. Ar-Roya
(bendera Islam; yang ditulisi lafadz syahadat berwarna putih di atas
kain hitam) berkibar-kibar menyertai pertempuran itu. Atas pertolongan
Allah Swt. pasukan Raja Rhoderick yang berkekuatan 100.000 pasukan
tumbang di tangan pasukan kaum muslimin yang hanya berjumlah 7000
pasukan ditambah 5000 pasukan susulan. Allahu Akbar!
Ramadhan 129 H: Keberhasilan dakwah di Khurasan
Keberhasilan dan kemenangan dakwah Bani Abbas di Khurasan di bawah kepemimpinan Abu Muslim al-Khurasany.
Ramadhan 584 H: Menaklukan Pasukan Salib
Shalahuddin al-Ayubi memperoleh kemenangan besar atas pasukan Salib
Eropa. Tentara Islam menguasai daerah-daerah yang sebelumnya diduduki
orang-orang Kristen. Setelah sebelumnya memporak-porandakan kekuatan
pasukan Salib di bawah komando Raja Richard III dari Inggris. Raja
Richard ini terkenal ganas dan buas, itu sebabnya ia sering dijuluki
Richard The Lion Heart—Richard yang berhati Singa. Namun, nyatanya ia
bertekuk lutut di hadapan Shalahuddin al-Ayubi yang gagah dan beriman.
Kemenangan itu mengakhiri cengkeraman kekuasaan pasukan Salib atas bumi
Palestina. Sejak saat itu, Palestina kembali ke pangkuan Islam. Allahu
Akbar!
Cermin bagi kita
Bagi kaum mukminin, rasa lapar dan haus bukanlah halangan untuk
meninggikan kalimah tauhid dan menghancurkan kekufuran. Ramadhan telah
memberikan kemenangan yang besar bagi kaum muslimin generasi terdahulu.
Bagaimana dengan kita saat ini?
Rasanya kita memang kudu bercermin dengan semangat para pendahulu
kita. Mereka tetap setia menjaga Islam, meninggikan Islam, membela
Islam, memajukan Islam, meski harus nyawa taruhannya. Uniknya lagi,
perjuangan yang mereka lakukan justru di saat fisik mereka manahan rasa
lapar dan haus karena sedang melaksanakan kewajiban puasa Ramadhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar