Siap nggak sih kalo kita ngejalanin puasa di bulan Ramadhan dengan
benar dan baik? Siap nggak sih kalo ibadah puasa kita dibarengi dengan
amalan-amalan yang lain? Hmm… pastinya sih kudu siap ya. Sayang banget
kalo sampe nggak meman-faatkan momen Ramadhan ini. Datangnya sih emang
sama dengan bulan lainnya, setahun sekali. Tetapi keutaman bulan
Ramadhan ini oke banget. Apa aja sih keutamannya?
Imam Ahmad telah meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Ummatku
telah diberi lima hal yang belum pernah diberikan kepada ummat-ummat
sebelumnya ketika bulan Ramadhan: 1) Bau mulut orang yang berpuasa itu
lebih harum dari pada minyak kesturi di sisi Allah, 2) Para Malaikat
beristighfar untuk mereka hingga berbuka, 3) Allah memperindah SurgaNya
setiap hari, seraya berfirman kepadanya: “Hampir-hampir para hambaKu
yang shalih akan mencampakkan berbagai kesukaran dan penderitaan lalu
kembali kepadamu,” 4) Syaithan-syaithan durjana dibelenggu, tidak
dibiarkan lepas sseperti pada bulan-bulan selain Ramadhan, 5) Mereka
akan mendapat ampunan di akhir malam.” Ada yang bertanya, “Wahai
Rasulullah, apakah itu terjadi pada Lailatul Qadar?” Beliau menjawab,
“Bukan, namun pelaku kebaikan akan disempurnakan pahalanya seusai
menyelesaikan amalannya.” (Diriwayatkan oleh al-Bazzar dan al-Baihaqi dalam kitab ats-Tsawaab sanadnya lemah sekali, tetapi sebagian lafazh hadits tersebut mempunyai shaid, yakni penguat yang shahih)
Hmm… kayaknya celaka banget kalo kita udah tahu keutamaan Ramadhan
namun kita mengabaikannya. Banyak banget lho di antara kita yang malah
malas menjalankan ibadah shaum. Alasannya karena bisa lapar dan haus.
Yee.. namanya juga puasa, nggak makan dan minum di siang hari, ya jelas
aja lapar dan haus. Tetapi kan itu ujian. Nahan lapar dan haus adalah
bagian dari aturan puasa. Syariatnya memang begitu. Meski demikian,
jangan khawatir ya. Insya Allah ibadah shaum Ramadhan kita, jika ikhlas
dilaksanakan dan caranya benar akan mendapatkan pahala yang besar di
sisi Allah Swt.
Dalam Shahih Bukhari dituliskan: Telah menceritakan kepada kami
Muslim bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami Hisyam telah
menceritakan kepada kami Yahya dari Abu Salamah dari Abu Hurairah
radliallahu ‘anhu dari Nabi saw. bersabda: Barangsiapa yang
menegakkan lailatul qadar (mengisi dengan ibadah) karena iman kepada
Allah dan meng-harapkan pahala (hanya dariNya) maka akan diampuni
dosa-dosa yang telah dikerjakannya, dan barangsiapa yang melaksanakan
shaum Ramadhan karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya
dariNya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya.” (HR Bukhari, No. 1768)
Bro en Sis pembaca setia buletin suluah, sebagai seorang mukmin insya
Allah kita tahu betul bahwa perintah shaum Ramadhan memang diwajibkan.
Firman Allah Swt. (yang artinya): “Wahai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagiamana telah diwajibkan atas
orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang yang bertakwa”. (QS al-Baqarah [2]: 183)
Dalam ayat ini, Allah Ta’ala mewajibkan orang-orang yang beriman
untuk shaum (berpuasa) di bulan Ramadhan. Tujuannya adalah untuk
menjadikan kita orang-orang yang bertakwa. Apa itu takwa?
Para ulama telah menjelaskan apa yang dimaksud dengan takwa. Di
antaranya Imam ar-Raghib al-Ashfahani yang mendefinisikan bahwa: “Takwa
yaitu menjaga jiwa dari perbuatan yang membuatnya berdosa dan itu dengan
meninggalkan apa yang dilarang menjadi sempurna dengan meninggalkan
sebagian yang dihalalkan.” Kalo menurut Imam an-Nawawi, beliau
mendefinisikan takwa dengan “Menaati perintah dan laranganNya.”
Maksudnya menjaga diri dari kemurkaan dan azab Allah. Hal itu
sebagaimana didefinisikan oleh Imam al-Jurjani: “Taqwa yaitu menjaga
diri dari pekerjaan yg mengakibatkan siksa baik dengan melakukan
perbuatan atau meninggalkannya.”
Sobat muda muslim, sederhananya, takwa itu adalah melaksanakan semua
perintah Allah Swt. dan meninggalkan semua laranganNya. Nah, puasa yang
benar insya Allah akan mengantarkan kita menjadi orang-orang yang
bertakwa.
Bagi sebagian orang, Ramadhan tak istimewa
Sobat muda muslim, emang kesel, risih, gemes, sebel dan entah
kosakata apalagi untuk menggambarkan keprihatinan kita tentang kondisi
kaum muslimin saat ini, khususnya di bulan suci Ramadhan. Gimana nggak
kesel, gimana nggak sebel, kalo Ramadhan nggak bisa membekas dalam
kehidupan kita. Ya, cuma numpang lewat dalam hidup kita. Kalo pun kita
berupaya menyambutnya, tapi itu pun sekadar “dalam rangka”. Jadi ketika
Ramadhan berlalu, kita balik lagi ke selera asal. Halah!
Miris juga melihat fakta sekarang. Banyak di antara kita yang
menjadikan Ramadhan mati. Sebagian dari kita yang nggak puasa, banyak
dari kita yang menjadikan ibadah-ibadah di bulan Ramadhan terasa hambar.
Shalat tarawih nggak bakalan dijalanin kecuali kamu punya niat pengen
ketemu pacar. Shalat subuh bakalan dilewatin, kecuali sudah ada janji
dengan pacar untuk jalan-jalan subuh sambil menebar asmara setelah
subuh. Jika demikian faktanya, Ramadhan jadi tak istimewa lagi. Ramadhan
kehilangan ‘ruhnya’. Ramadhan kehilangan kemuliaannya di mata orang
yang tak memuliakannya. Duh, jangan sampe deh kita menjadi orang yang
tak memanfaatkan momen Ramadhan yang belum tentu tahun depan kita masih
merasakannya. Iya nggak sih?
Kalo sekarang Ramadhan tampak seperti mati (karena memang nggak
kerasa banget nuansanya), maka sebenarnya kitalah yang membuatnya mati
dan bahkan sudah mengu-burkannya dalam-dalam. Itu sebabnya jangan heran
jika masih banyak kaum muslimin yang anteng aja makan dan minum di siang
hari tanpa sedikit pun merasa takut kepada ancaman Allah. Dan, tanpa
sedikit pun merasa sayang mencampakkan beragam kemuliaan di dalamnya.
Padahal, itu cuma diberikan sebulan dalam setahun oleh Allah. Hmm…
bener-bener nggak tahu diri (maaf lho saya nyebutin begini, jika ada
kata yang lebih pantas dan dahsyat lagi dari ini untuk menggambarkan
orang-orang durhaka bolehlah diucapkan).
BTW, gawat bener deh kalo sampe ada di antara kita yang nggak puasa
Ramadhan. Dari Abu Umamah al-Bahili ra, ia berkata: Aku pernah mendengar
Rasulullah saw. bersabda: “Ketika aku tidur, datanglah dua orang
pria kemudian memegang dhahaya (dua lenganku), membawaku ke satu gunung
yang kasar (tidak rata), keduanya berkata, “Naik”. Aku katakan, “Aku tdk
mampu”. Keduanya berkata, ‘Kami akan memudahkanmu’. Akupun naik hingga
sampai ke puncak gunung, ketika itulah aku mendengar suara yang keras.
Akupun bertanya, ‘Suara apakah ini?’. Mereka berkata, ‘Ini ialah
teriakan penghuni neraka’. Kemudian keduanya membawaku, ketika itu aku
melihat orang-orang yang digantung dengan kaki di atas, mulut mereka
rusak/robek, darah mengalir dari mulut mereka. Aku bertanya, ‘Siapa
mereka?’ Keduanya menjawab, ‘Mereka ialah orang-orang yang berbuka
sebelum halal puasa mereka (sebelum tiba waktu berbuka puasa).” (HR an-Nasa’i dalam al-KubraTuhfatul Asyraf 4/166 dan al-Hakim 1/430 dari jalan Abdurrahman bin Yazid bin Jabir, dari Salim bin ‘Amir dari Abu Umamah. Sanad Shahih) sebagaimana dalam
Sekali lagi, jangan kubur Ramadhan. Karena ia masih hidup.
Sebaliknya, kita nyalakan semangat dan ceriakan Ramadhan dengan amal
sholeh yang berlimpah. Deras mengalir dari setiap ucapan dan perbuatan
kita. Agar banjir nikmatnya terasa sampe membekas dalam hidup kita
selamanya. Semoga kita tetap siap menghidupkan Ramadhan. Yuk, kita
buktikan bareng-bareng.
Hidupkan semangat Ramadhan
Bro en Sis, meski ada yang ‘mematikan’ Ramadhan, tetapi insya Allah
Ramadhan akan tetap hidup bersama orang-orang yang merin-dukannya.
Mereka akan tetap bermes-raan dengan Ramadhan di setiap detik yang ia
lewati, di setiap menit yang ia lalui, dan di setiap malam yang selalu
membuatnya terjaga untuk senantiasa mengisinya dengan ibadah. Ramadhan
memang tidak akan pernah mati, ia akan hidup terus bersama orang-orang
beriman yang mencintainya. Semoga kamu, kita, adalah orang-orang yang
beriman dan mencintai Ramadhan. Insya Allah.
Semoga Ramadhan kali ini (dan juga seterusnya) memberikan kekuatan
yang besar dalam hidup kita untuk mengubah kebiasaan buruk kita menjadi
kebiasaan baik. Ramadhan akan tetap hidup bersama orang-orang beriman
yang ikhlas menjalankan syariatNya.
Kita pantas merenung, Bro. Di pekan ketiga bulan Ramadhan ini, apa
yang sudah kita lakukan? Apa pula yang akan kita laksanakan di hingga
menjelang akhir Ramadhan? Menghitung hari seperti kemarin dengan tanpa
ada aktivitas amal sholeh? Atau sekadar meng-isinya dengan hal-hal yang
amat jauh dari nilai-nilai Islam? Rasanya, kita semua udah pada tahu,
apa yang harus kita lakukan. Tapi celakanya, kita juga seringkali lalai
dengan apa yang seharusnya kita lakukan.
Kita tahu bahwa puasa adalah wajib. Kita yakin (meski dengan
keyakinan seadanya), bahwa kalo nggak puasa kita akan berdosa. Namun,
ternyata dalam praktiknya ada saja yang error. Selalu saja ada
sebagian besar dari kita, yang ternyata masih melalaikan puasanya. Siang
hari masih bebas makan dan minum. Malah ada yang dengan sombong makan
dan minum dengan lahap secara terang-terangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar