Selamat Datang

Kamis, 23 Mei 2013

Islam Faktor Esensial Dalam Kebangkitan Nasional

“Jika sekitar penduduk suatau kota (negeri) berimandan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan ayat-ayat (Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
(Q.S. A’raf [7] : 96)

Jatidiri Bangsa

Dalam historiografi Islam di Indonesia, ada dua periode yang mendapat perhatian secara khusus dari kalangan sejarawan, yaitu periode masuknya Islam ke Indonesia dan zaman reformisme pada abad ke-20. Demikian Dr. Karel A. Steenbrink dalam karya akademis yang diterbitkan tahun 1984 berjudul beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad Ke-19. Dalam pendahuluan buku dengan kata Pengantar Prof. Dr. H.M. Rasjidi, sarjana Belanda itu menjelaskan, bahwa sejak abad ke-13, Islam sudah masuk ke Indonesia secara besar-besaran. Walaupun sebelumnya juga sudah ada “orang Islam masuk Indonesia” dan “orang Indonesia masuk Islam”.


Prof.A. Hasjmy dalam buku Da’wah Islam mengungkapkan, hampir semua ahli sejarah ynag melakukan penelitian sejarah masuknya Islam ke Indonesia sependapat, bahwa Islam telah masuk ke  Indonesia pada abad pertama hijriyah dengan cara damai. Islam yang datang ke Indonesia yaitu Islam yang lengkap; akidah dan syariah, akidah dan nizham (system hidup), dien dan daulah. Sejak abad bertama hijriyah (abad 7 Masehi) bangsa Arab sebagai pelopor Islam telah datang ke negeri-negeri Melayu. Islam pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat yang menghuni pantai utara pulau Sumatera atau Aceh oleh para saudagar bangsa Arab yang mampir untuk mengisi logistic dan melakukan transaksi dengan penduduk setempat dalam perjalanan menuju negeri cian. Para saudagar berkebangsaan Arab telah mengenal kepulauan Indonesia lama sebelum kedatangan orang Portugis. Namun demikian, barulah pada abad ke-13 umat Islam dapat mendirikan kerajaan yang pertama di pantai Aceh Utara.


Menurut Prof. Dr. Hamka dalam bukunya Ayahku menyatakan, bahwa dijaman al-Khulafaa al-Rasyidin perniagaan bangsa Arab telah sangat maju. Dari Laut Merah melalui Selat Malaka, terus ke Tiongkok. Dalam almanac Tiongkok tersebut ditulis, bahwa pada tahun 674 Masehi terdapat satu kelompok masyarakat Arab Minangkabau (Sumatera Barat).


Kalau diingat, Nabi Muhammad SAW wafat pada 632 Masehi, maka nyatalah bahwa 42 tahun setelah Nabi wafat, orang Arab telah mempunyai perkampungan di Minangkabau. Proses pembentukan sebuah perkampungan dengan penduduk yang berasal dari negeri yang amat jauh, tentulah memerlukan waktu dan proses panjang. Mungkin nama “Pariaman” (salah salah satu Kabupaten di Sumatera Barat) bersalah dari bahasa Arab “Barri Aman”, artinya tanah daratan yang aman dan sentosa.


“Islam datang ke Indonesia langsung dari tanah Arab, bukan melaui para pedagang dari Gujarat dan India yang dilansir oleh sumber Barat sejak zaman penjajahan. Masukntya agama Islam ke Nusantara ini mempunyai keistimewaan sendiri, yaitu dengan jalan damai dan berangsur. Jarang sekali dengan kekerasan (kecuali daerah Bugis), dan diterima dengan sukarela oleh penduduk setempat, meski tidak sekaligus,” tegas Hamka dalam buku Sejarah Umat Islam. Usaha penyebaran Islam pada abad pertama dan pada awal abad kedua hijriyah berlangsung secara terpencar-pencar di beberapa tempat di bagian utara Sumatera atau Aceh. Periode perkembangan berikutnya diisi dengan dakwah yang lebih teratur oleh para mujahid dakwah yang khusus datang untuk menyebarkan Islam.


~~Empat belas abad Islam telah bersianar di Nusantara. Kehadiran Islam melahirkan peradapan yang belum pernah dicapai sejak zaman pra-Islam. Pengaruh Islam di tanah air kita telah mengkristal sebelum kebangsaan  Indonesia terwujud dalam sejarah.~~


Para Sultan  kerajaan Islam di kepulauan Nusantara masa itu telah memberlakukan hukum Islam dalam keadaannya yang utuh. Para Hakim dan penegak hokum lainnya diangkat oleh Sultan, bahkan tidak jarang terjadi Sultan sendiri di samping sebagai Kepala Negara/ Pemerintahan, juga bertindak sebagai Hakim.
Hal itu ditegaskan olh Prof. A. Hasjmy dalam bukunya yang dikutip di muka, bahwa hukum Islam di Indonesia sebelum zaman penjajahan telah berlaku dalam kerajaan-kerajaan Islam. Bahkan telah menjadi adat-istiadat rakyat yang telah melembaga dalam masyarakat. Denga kata lain, ajaran dan tradisi Islam telah membentuk jatidiri bangsa Indonesia jauh sebelum masuknya pengaruh bangsa-bangsa Barat yang datang untuk menjajah tanah air kita. Setelah datangnya penjajahan Belanda, atas saran Snouck Hurgronje, pemerintah colonial melancarkan politik penghapusan hukum Islam di Indonesia. Sebelum peraturan yang berasal dari syari’ah Islam dihapus, kecuali hal-hal yang berhubungan dengan pribadi seperti nikah, talak, dan waris. Bahkan itupun ditempatkan di bawah nama “hukum adat”.


Kebangkitan Nasional


Empat belas abad Islam telah bersianar di Nusantara, Kehadiran Islam melahirkan peradaban yang belum pernah dicapai sejak zaman pra-Islam. Pengaruh Islam di tanah air kita telah mengjristal sebelum kebangsaan Indonesia terwujud dalam sejarah. Islam telah mengambil peran penting dalam sejarah Indonesia. Menurut istilah Mohammad Natsir yaitu sebagai “perintis jalan”. Sejarah mencatat, bahwa perlawana pertama terhadap penjajahan bangsa asing dilancarkan oleh para Pejuang Islam yang sebagian besar terdiri dari para Ulama’, seperti Tuanku Imam Bonjol di Minangkabau, Pangeran Diponegoro di Jawa, Teuku Tjik Di Tiro di Aceh, Sultan Hasanuddin di Sulawesi, Babullah di Maluku/Ternate, dan lain-lain.


Begitupun Organisasi pergerakan rakyat yang pertama lahir dengan wawasan ke-Indonesia-an adalah Sarekat Dagang Islam yang lahir 16 Oktober 1905. Kemudian disusul Budi Utomo yang berdiri 20 Mei 1908. Sarekat Dagang Islam diubah menjadi Sarekat Islam tahun 1912, Sarekat Islam (SI) merupakan satu-satunya organisasi pelopor pada waktu itu yang memadukan tujuan kebangsaan dan cita-cita keislaman. Kalangan non-Muslim seperti F.E. Douwes Dekker turut membantu Sartekat Islam yang bersifat kerakyatan.
Sarekat Islam mengalami metamorfosa menjadi gerakan politik anti penjajahan bernama Partai Sarekat Islam (PSI, 1923). Pada tahun 1932 lahir Persatuan Muslim Indonesia yang kemudian menjadi Partai Politik Islam “PERMI” yang bermarkas di Padang, Sumatera Barat dan meluas pengaruhnya ke daerah lain di Sumatera. Tujuan PERMI ialah “Islam mulia dan Indonesia Sentosa melalui Indonesia Merdeka”. Di Jawa juga berdiri Partai Islam Indonesia (PII) tahun 1938.


Dalam rangka memperingati Kebangkitan Nasional patut kita diperhatikan kembali apa yang pernah ditulis oleh Mohammad Natsir (Pemimpin Islam dan Mantan Perdana Menteri RI) bahwa, “Pergerakan Islamlah yang lebih dahulu membuka jalan medan politik kemerdekaan di tanah air ini, yang mula-mula menanam bibit persatuan Indonesia, yang menyingkirkan sifat kepulauan dan keprovinsian, yang mula-mula menanam persaudaraan dengan kaum yang senasib di luar batas Indonesia, dengan tali keIslaman.” Pergerakan Islam adalah pelopor yang sesungguhnya dari Kebangkitan Nasional. Setelah proklamasi kemerdekaan, dan hari-hari bersejarah penyusunan Dasar Negara dan Undang-Undang Dasar 1945, para Pemimpin Islam dengan sikap Kenegarawanan (statemenship) yang tinggi telah memberikan sumbangan paling berharga terhadap peletakan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.


Kebangkitan Umat Islam Sbad Ke-15 H


Indonesia ditakdirkan Tuhan menjadi negeri Islam terbesar di dunia. Sebagai negeri Muslim terbesar, maka umat Islam Indonesia memiliki tanggung jawab yang besar pula terhadap masa depan Dunia Islam.

~~Para pemerhati perkembanag Islam menaruh harapan kepada Indonesia untuk “memimpin” kebangkitan kembali Islam dalam sejarah modern. Kehidupan Islam di Indonesia dianggap layak menjadi barometer bagi bangsa-bangsa lain.~~

Para pemerhati perkembangan Islam menaruh harapan kepada Indonesia untuk “memimpin” kebangkitan kembali Islam dalam sejarah modern. Kehidupan Islam di Indonesia dianggap layak menjadi barometer bagi bangsa-bangsa lainnya. Harapan ini timbul setelah mencermati perkembangan di Negara-negara Muslim di kawasan Timur Tenagah. Untuk itu, umat Islam Indonesia diharapkan memainkan peranan yang nyata dalam mengisi abad ke-15 hijriyah yang telah dicanangkan sebagai Abad Kebangkitan Kembali Dunia Islam.
Melihat kondisi bangsa dan Negara kita belakangan ini, masih adakah harapan bagi Indonesia untuk “Memimpin Kebangkitan Dunia Islam?” Keraguan itu timbul setelah Indonesia dilanda krisis multidimensi dan berbagai persoalan lain yang muncul dengan sendirinya atau hasil rekayasa di tengah kehidupan umat Islam.
Dalam situasi apa pun, Islam mengajarkan, jangan putus asa dari rahmat Tuhan. Muhammad Natsir memberi nasihat dalam dakwahnya, “Kebangkitan Islam itu adalah harapan. Dan jangan lupa, satu abad itu seratus tahun. Setelah seratus tahun nanti akan nampak perubahannya. Zaman beredar, musim berganti.
Apabila seseorang telah terjun ke dalam jihad fisabilillah, bersungguh-sungguh bekerja, membela yang haq, menolak yang bathil, Allah akan melupakannnya. Allah akan memberi petunjuk. Dan, petunjuk jalan hanya kelihatan oleh orang yang berjalan. Bukan oleh orang yang tinggal duduk-duduk, tak berjalan. Oleh karena itu, bismillah! Marilah berjalan!”


Sejarah membuktikan ada bangsa-bangsa yang kuat serat ada pula bangsa-bangsa yang lemah dan mengalami kemerosotan setelah pernah Berjaya dalam sejarahnya. Dalam kaitan ini jangan diabaikan, bahwa Islam merupakan factor yang sangat penting dan essential dalam rangka membangun ketahanan bangsa dan melanjutkan nation and character building bangsa Indonesia, sekarang dan masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar