“Jika sekitar penduduk suatau kota
(negeri) berimandan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan ayat-ayat
(Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
(Q.S. A’raf [7] : 96)
Jatidiri Bangsa
Dalam
historiografi Islam di Indonesia, ada dua periode yang mendapat
perhatian secara khusus dari kalangan sejarawan, yaitu periode masuknya
Islam ke Indonesia dan zaman reformisme pada abad ke-20. Demikian Dr.
Karel A. Steenbrink dalam karya akademis yang diterbitkan tahun 1984
berjudul beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad Ke-19. Dalam
pendahuluan buku dengan kata Pengantar Prof. Dr. H.M. Rasjidi,
sarjana Belanda itu menjelaskan, bahwa sejak abad ke-13, Islam sudah
masuk ke Indonesia secara besar-besaran. Walaupun sebelumnya juga sudah
ada “orang Islam masuk Indonesia” dan “orang Indonesia masuk Islam”.
Prof.A. Hasjmy dalam buku Da’wah Islam mengungkapkan, hampir semua
ahli sejarah ynag melakukan penelitian sejarah masuknya Islam ke
Indonesia sependapat, bahwa Islam telah masuk ke Indonesia pada abad
pertama hijriyah dengan cara damai. Islam yang datang ke Indonesia yaitu
Islam yang lengkap; akidah dan syariah, akidah dan nizham (system
hidup), dien dan daulah. Sejak abad bertama hijriyah (abad 7 Masehi) bangsa Arab sebagai
pelopor Islam telah datang ke negeri-negeri Melayu. Islam pertama kali
diperkenalkan kepada masyarakat yang menghuni pantai utara pulau
Sumatera atau Aceh oleh para saudagar bangsa Arab yang mampir untuk
mengisi logistic dan melakukan transaksi dengan penduduk setempat dalam
perjalanan menuju negeri cian. Para saudagar berkebangsaan Arab telah
mengenal kepulauan Indonesia lama sebelum kedatangan orang Portugis.
Namun demikian, barulah pada abad ke-13 umat Islam dapat mendirikan
kerajaan yang pertama di pantai Aceh Utara.
Menurut Prof. Dr. Hamka dalam bukunya Ayahku menyatakan, bahwa dijaman
al-Khulafaa al-Rasyidin perniagaan bangsa Arab telah sangat maju. Dari
Laut Merah melalui Selat Malaka, terus ke Tiongkok. Dalam almanac
Tiongkok tersebut ditulis, bahwa pada tahun 674 Masehi terdapat satu
kelompok masyarakat Arab Minangkabau (Sumatera Barat).
Kalau diingat, Nabi Muhammad SAW wafat pada 632 Masehi, maka nyatalah
bahwa 42 tahun setelah Nabi wafat, orang Arab telah mempunyai
perkampungan di Minangkabau. Proses pembentukan sebuah perkampungan
dengan penduduk yang berasal dari negeri yang amat jauh, tentulah
memerlukan waktu dan proses panjang. Mungkin nama “Pariaman” (salah
salah satu Kabupaten di Sumatera Barat) bersalah dari bahasa Arab “Barri
Aman”, artinya tanah daratan yang aman dan sentosa.
“Islam datang ke Indonesia langsung dari tanah Arab, bukan melaui
para pedagang dari Gujarat dan India yang dilansir oleh sumber Barat
sejak zaman penjajahan. Masukntya agama Islam ke Nusantara ini mempunyai
keistimewaan sendiri, yaitu dengan jalan damai dan berangsur. Jarang
sekali dengan kekerasan (kecuali daerah Bugis), dan diterima dengan
sukarela oleh penduduk setempat, meski tidak sekaligus,” tegas Hamka
dalam buku Sejarah Umat Islam. Usaha penyebaran Islam pada abad pertama dan pada awal abad kedua
hijriyah berlangsung secara terpencar-pencar di beberapa tempat di
bagian utara Sumatera atau Aceh. Periode perkembangan berikutnya diisi
dengan dakwah yang lebih teratur oleh para mujahid dakwah yang khusus
datang untuk menyebarkan Islam.
~~Empat belas abad Islam telah bersianar di
Nusantara. Kehadiran Islam melahirkan peradapan yang belum pernah
dicapai sejak zaman pra-Islam. Pengaruh Islam di tanah air kita telah
mengkristal sebelum kebangsaan Indonesia terwujud dalam sejarah.~~
Para Sultan kerajaan Islam di kepulauan Nusantara masa itu telah
memberlakukan hukum Islam dalam keadaannya yang utuh. Para Hakim dan
penegak hokum lainnya diangkat oleh Sultan, bahkan tidak jarang terjadi
Sultan sendiri di samping sebagai Kepala Negara/ Pemerintahan, juga
bertindak sebagai Hakim.
Hal itu ditegaskan olh Prof. A. Hasjmy dalam bukunya yang dikutip di
muka, bahwa hukum Islam di Indonesia sebelum zaman penjajahan telah
berlaku dalam kerajaan-kerajaan Islam. Bahkan telah menjadi
adat-istiadat rakyat yang telah melembaga dalam masyarakat. Denga kata
lain, ajaran dan tradisi Islam telah membentuk jatidiri bangsa Indonesia
jauh sebelum masuknya pengaruh bangsa-bangsa Barat yang datang untuk
menjajah tanah air kita. Setelah datangnya penjajahan Belanda, atas saran Snouck Hurgronje,
pemerintah colonial melancarkan politik penghapusan hukum Islam di
Indonesia. Sebelum peraturan yang berasal dari syari’ah Islam dihapus,
kecuali hal-hal yang berhubungan dengan pribadi seperti nikah, talak,
dan waris. Bahkan itupun ditempatkan di bawah nama “hukum adat”.
Kebangkitan Nasional
Empat
belas abad Islam telah bersianar di Nusantara, Kehadiran Islam
melahirkan peradaban yang belum pernah dicapai sejak zaman pra-Islam.
Pengaruh Islam di tanah air kita telah mengjristal sebelum kebangsaan
Indonesia terwujud dalam sejarah. Islam telah mengambil peran penting dalam sejarah Indonesia. Menurut
istilah Mohammad Natsir yaitu sebagai “perintis jalan”. Sejarah
mencatat, bahwa perlawana pertama terhadap penjajahan bangsa asing
dilancarkan oleh para Pejuang Islam yang sebagian besar terdiri dari
para Ulama’, seperti Tuanku Imam Bonjol di Minangkabau, Pangeran
Diponegoro di Jawa, Teuku Tjik Di Tiro di Aceh, Sultan Hasanuddin di
Sulawesi, Babullah di Maluku/Ternate, dan lain-lain.
Begitupun Organisasi pergerakan rakyat yang pertama lahir dengan
wawasan ke-Indonesia-an adalah Sarekat Dagang Islam yang lahir 16 Oktober
1905. Kemudian disusul Budi Utomo yang berdiri 20 Mei 1908. Sarekat
Dagang Islam diubah menjadi Sarekat Islam tahun 1912, Sarekat Islam (SI)
merupakan satu-satunya organisasi pelopor pada waktu itu yang memadukan
tujuan kebangsaan dan cita-cita keislaman. Kalangan non-Muslim seperti
F.E. Douwes Dekker turut membantu Sartekat Islam yang bersifat
kerakyatan.
Sarekat Islam mengalami metamorfosa menjadi gerakan politik anti
penjajahan bernama Partai Sarekat Islam (PSI, 1923). Pada tahun 1932
lahir Persatuan Muslim Indonesia yang kemudian menjadi Partai Politik
Islam “PERMI” yang bermarkas di Padang, Sumatera Barat dan meluas
pengaruhnya ke daerah lain di Sumatera. Tujuan PERMI ialah “Islam mulia
dan Indonesia Sentosa melalui Indonesia Merdeka”. Di Jawa juga berdiri
Partai Islam Indonesia (PII) tahun 1938.
Dalam rangka memperingati Kebangkitan Nasional patut kita
diperhatikan kembali apa yang pernah ditulis oleh Mohammad Natsir
(Pemimpin Islam dan Mantan Perdana Menteri RI) bahwa, “Pergerakan
Islamlah yang lebih dahulu membuka jalan medan politik kemerdekaan di
tanah air ini, yang mula-mula menanam bibit persatuan Indonesia, yang
menyingkirkan sifat kepulauan dan keprovinsian, yang mula-mula menanam
persaudaraan dengan kaum yang senasib di luar batas Indonesia, dengan
tali keIslaman.” Pergerakan Islam adalah pelopor yang sesungguhnya dari Kebangkitan
Nasional. Setelah proklamasi kemerdekaan, dan hari-hari bersejarah
penyusunan Dasar Negara dan Undang-Undang Dasar 1945, para Pemimpin
Islam dengan sikap Kenegarawanan (statemenship) yang tinggi telah
memberikan sumbangan paling berharga terhadap peletakan sendi-sendi
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kebangkitan Umat Islam Sbad Ke-15 H
Indonesia ditakdirkan Tuhan menjadi negeri Islam terbesar di dunia.
Sebagai negeri Muslim terbesar, maka umat Islam Indonesia memiliki
tanggung jawab yang besar pula terhadap masa depan Dunia Islam.
~~Para pemerhati perkembanag Islam menaruh harapan kepada Indonesia untuk “memimpin” kebangkitan kembali Islam dalam sejarah modern. Kehidupan Islam di Indonesia dianggap layak menjadi barometer bagi bangsa-bangsa lain.~~
Para pemerhati perkembangan Islam menaruh harapan kepada Indonesia
untuk “memimpin” kebangkitan kembali Islam dalam sejarah modern.
Kehidupan Islam di Indonesia dianggap layak menjadi barometer bagi
bangsa-bangsa lainnya. Harapan ini timbul setelah mencermati
perkembangan di Negara-negara Muslim di kawasan Timur Tenagah. Untuk itu,
umat Islam Indonesia diharapkan memainkan peranan yang nyata dalam
mengisi abad ke-15 hijriyah yang telah dicanangkan sebagai Abad
Kebangkitan Kembali Dunia Islam.
Melihat kondisi bangsa dan Negara kita belakangan ini, masih adakah
harapan bagi Indonesia untuk “Memimpin Kebangkitan Dunia Islam?”
Keraguan itu timbul setelah Indonesia dilanda krisis multidimensi dan
berbagai persoalan lain yang muncul dengan sendirinya atau hasil
rekayasa di tengah kehidupan umat Islam.
Dalam situasi apa pun, Islam mengajarkan, jangan putus asa dari
rahmat Tuhan. Muhammad Natsir memberi nasihat dalam dakwahnya,
“Kebangkitan Islam itu adalah harapan. Dan jangan lupa, satu abad itu
seratus tahun. Setelah seratus tahun nanti akan nampak perubahannya.
Zaman beredar, musim berganti.
Apabila seseorang telah terjun ke dalam jihad fisabilillah,
bersungguh-sungguh bekerja, membela yang haq, menolak yang bathil, Allah
akan melupakannnya. Allah akan memberi petunjuk. Dan, petunjuk jalan
hanya kelihatan oleh orang yang berjalan. Bukan oleh orang yang tinggal
duduk-duduk, tak berjalan. Oleh karena itu, bismillah! Marilah
berjalan!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar