Selamat Datang

Kamis, 06 Desember 2012

Belajar Menghargai Pluralisme dari Nabi Muhammad Saw

Indonesia adalah negara yang sangat majemuk, ada banyak suku, agama dan kepercayaan, ras, bahasa, adat istiadat, latar belakang pendidikan, dan banyak perbedaan lainnya. Mungkin karena alasan itulah, sejak dini anak-anak Indonesia sudah mulai mempelajari dan di didik untuk bisa menghargai dan menghormati pluralisme di negara ini.


Tentu kita masih ingat salah satu pelajaran yang diajarkan di sekolah, yaitu Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan atau yang dikenal dengan singkatan PPKn yang mengajarkan pentingnya tenggang rasa dan saling menghormati di tengah perbedaan atau pluralisme yang ada. Ya, tentu saja hal itu harus diajarkan sejak dini agar bisa menjadi bekal anak-anak dalam berinteraksi dan menghargai keberagaman di sekitarnya.


Apa sebetulnya yang dimaksud dengan pluralisme itu? Setelah di cek dan ricek ke Kamus Besar Bahasa Indonesia, ternyata yang dimaksud dengan pluralisme adalah keadaan masyarakat yang majemuk atau berbagai kebudayaan yang berbeda-beda dalam suatu masyarakat.


Kalau dilihat dari arti katanya, sepertinya Indonesia adalah negara majemuk terbesar di dunia. Berlebihan gak ya? Bagaimana tidak, Indonesia terdiri dari 1.128 suku bangsa yang tersebar di seluruh nusantara, 700 lebih bahasa, 6 agama resmi yang diakui pemerintah dan banyak kepercayaan, adat istiadat serta tradisi yang berkembang di masyarakat. Luar biasa bukan?


Keragaman bangsa ini bisa menjadi sebuah karunia dan kekayaan bangsa kalau setiap elemen masyarakatnya bisa saling mengghargai dan menghormati. Tapi, bisa juga jadi bencana. Rupanya inilah yang sedang terjadi pada bangsa Indonesia di beberapa tahun belakangan ini. Setiap bulan, minggu, bahkan hari selalu saja ada kerusuhan, keributan, dan konflik antarkelompok masyarakat.


Hal yang menjadi sumber masalah tidak jauh hanya karena perbedaan agama, suku, bahkan antarkampung pun kini sering sekali terdengar banyaknya kerusuhan dan tragedi berdarah. Sudah sepatutnya kita prihatin dengan nasib bangsa, entah akan seperti apa kelak jika hal ini dibiarkan terus-menerus. Bisa jadi,anak cucu kita nanti akan hidup di suatu masa yang penuh dengan peperangan dengan saudara sebangsa.

Pluralisme- Jenis-jenis Keragaman


Ada banyak keberagaman di tengah masyarakat, semuanya itu menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya dengan kebudayaan. Berikut ini terdapat beberapa jenis pluralisme yang lazimnya ditemukan dalam tatanan masyarakat.

1. Jenis-jenis Keragaman -  Pluralisme Sosial


Ini adalah bentuk keragaman dalam interaksi sosial di masyarakat. Dimana masyarakat bisa berinteraksi dan berkomunikasi satu dengan yang lainnya dengan penuh rasa hormat dan menghargai satu sama lain, sehingga tidak mengakibatkan konflik atau permusuhan. Hal ini pula yang menjadi salah satu indikator kerukunan suatu kelompok masyarakat.


Tentu saja kondisi yang aman, tenteram, dan nyaman seperti ini akan memberikan banyak keuntungan dan menjadi pendukung untuk kemajuan di berbagai bidang kehidupan. Perkembangan pendidikan dan kemajuan ekonomi adalah dua di antara sekian banyak manfaat yang bisa dirasakan saat masyarakat bisa hidup dengan rukun dan damai meskipun terdapat banyak perbedaan.


Setiap elemen masyarakat harus saling bahu-membahu dalam menciptakan kondisi masyarakat yang damai. Prinsip yang tepat dalam berinteraksi adalah dengan tidak pernah memandang remeh suku bangsa, bahasa, tradisi dari orang lain, dan menganggap bahwa diri sendiri lebih baik.

2. Jenis-jenis Keragaman - Pluralisme Ilmu Pengetahuan


Untuk jenis yang satu ini, mungkin bisa diartikan sebagai beragamnya pemahaman dalam memahami suatu ilmu. Misalnya saja, yang paling sering kita temukan adalah seringkalinya ada perbedaan dalam penetapan awal puasa, kapan hari lebaran dan sebagainya. Kenapa ini terjadi? Tentu saja karena adanya perbedaan pemahaman.


Namun, perbedaan ini tidak seharusnya menjadi konflik, namun justru menjadi lecutan semangat untuk selalu menggali lebih banyak ilmu untuk mengetahui hakikat yang sebenarnya. Jika perbedaan ini disikapi dengan benar, justru bisa menjadi faktor kemajuan suatu bangsa karena tidak pernah ada kata henti untuk selalu mencari dan menggali ilmu dengan sebaik-baiknya. 


Perbedaan yang mungkin terjadi dalam memahami suatu ilmu di kalangan orang-orang berpendidikan tentunya tidak menyebabkan mereka saling bertengkar dan bermusuhan. Hal itu karena lewat perbedaan inilah, mereka bisa saling belajar sambil menambah kematangan pribadi masing-masing. Hal yang harus dilakukan adalah selalu menumbuhkan sikap saling menghormati dan menghargai masing-masing pendapat karena tentu saja tidak mungkin ada suatu pendapat ilmiah tanpa diawali dengan pemikiran dan pembuktian yang ilmiah pula.

3. Jenis-jenis Keragaman - Pluralisme Agama


Pluralisme agama berbeda dengan kedua jenis keragaman sebelumya. Ini lebih sensitif karena dalam hal ini penggunaan kata pluralisme sepertinya tidak bisa disamakan dengan kata toleransi, saling menghormati dan menghargai, serta kata-kata lainnya.


Prinsip pada penggunaan kata pluralisme agama adalah mengganggap bahwa semua agama benar, Tuhan semua agama adalah satu yaitu Tuhan yang sama. Dalam agama Hindu, ini disebut juga dengan sebutan universalisme radikal. Sama halnya dengan agama Hindu, Kristen pun mempunyai pandangan yang sama yakni mengganggap bahwa semua agama benar karena mengajarkan tentang kebaikan.


Namun, berbeda dengan itu semua dalam islam pluralisme agama sangatlah dilarang. Bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) secara tegas dalam fatwa nya pada tahun 2005 mengatakan bahwa hal ini adalah haram. Karena Islam menganut prinsip, tidaklah benar semua agama benar karena Islamlah sebagai agama yang benar. Mengingkari hal ini sama artinya telah menyekutukan Allah sebagai Tuhan. Itulah sebabnya maka MUI mengeluarkan fatwa haram terhadap hal ini.


Lantas apakah artinya Islam tidak menghargai agama lain? tentu tidak, Islam tetap menghargai dan menghormati apapun agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat namun tidak dengan menganggap bahwa semua agama adalah sama.

Pluralisme - Nabi Muhammad Saw Teladan dalam Menghargai Kebebasan dan Perbedaan


Nabi Muhammad Saw adalah Nabi terakhir yang diutus oleh Allah Swt untuk menyempurnakan akhlak manusia. Nabi Muhammad diutus untuk menyebarkan agama Islam dengan penuh kedamaian dan cinta kasih. Bahkan secara tegas Beliau pun mengatakan bahwa tugas utamanya adalah untuk membangun peradaban manusia menjadi lebih baik.


Bangsa Arab dikenal sebagai bangsa yang keras dan kadang bersikap sangat kejam. Misalnya saja ada kebiasaan membunuh bayi yang terlahir dengan jenis kelamin perempuan karena mempunyai anak perempuan seperti aib bagi orang tua terutama orang tua yang berasal dari kalangan bangsawan.


“Sesungguhnya aku ini tidak diutus sebagai pelaknat, tapi aku diutus sebagai pembawa rahmat”,  itulah perkataan Nabi ketika ia diminta untuk membunuh orang-orang yang tidak mau memeluk agama Islam. Inilah peletakan dasar dalam menghormati keragaman dalam masyarakat yang dilakukan oleh Nabi.


Pernyataan ini juga menjadi dasar penegakan dari hak asasi manusia karena Ia tidak serta merta membunuh dan menganiaya orang-orang yang menolak seruannya. Rahmat dan kasih sayang adalah prinsip yang selalu beliau pegang teguh dalam menyebarkan risalah agama islam. Tidak hanya untuk orang-orang yang mau dengan terbuka menerima seruannya, tapi juga berlaku secara umum kepada seluruh umat manusia bahkan kepada orang yang dengan terang-terangan ingin mencelakainya sekalipun.


Islam sebagai agama yang menjadi rahmat bagi sekalian alam, telah meletakkan dasar-dasar dalam menghargai setiap perbedaan yang ada. Ada banyak ayat yang tercantum dalam Al-Quran yang menjelaskan secara jelas, tidak pernah ada paksaan untuk memeluk agama ini.  “Bagimu agamamu, bagiku agamaku” adalah penggalan ayat QS Al-Kafirun ayat 6. Ini menunjukkan bahwa Islam sangat menghargai setiap perbedaan dan tidak pernah memaksa orang lain untuk memeluk agamanya. 


Kalau kita belajar masa sejarah kegemilangan Islam, ada banyak hal yang bisa kita pelajari tentang pentingnya tetap menjaga keharmonisan hidup dengan menghargai keragaman yang ada. Hal itu karena Islam adalah agama yang menjunjung tinggi hak asasi manusia, maka aturan-aturan yang dibuat sangat menekankan prinsip persamaan dan kebebasan yang bertanggung jawab.


Inilah sebabnya ketika Islam menjadi sebuah imperium besar di dunia, tidak pernah ada satu kisahpun yang menceritakan adanya penindasan dan ketidakadilan yang dilakukan penguasa muslim terhadap rakyat yang memeluk agama yang berbeda.


Negeri yang dikuasai oleh Muslim terbebas dari berbagai aturan dan dampak buruk sistem feodal. Dimana dalam sistem ini, terdapat kasta-kasta yang membedakan antara kelompok masyarakat tertentu dibandingkan yang lain. Misalnya, golongan bangsawan lebih terhormat dan mendapat perlakuan istimewa dibandingkan dengan mereka yang berasal dari keluarga petani dan lain sebagainya.


Persamaan hak juga berlaku bagi mereka warga negara non-muslim yang berada di negara Islam. Hak mereka sepenuhnya dijamin oleh negara, mereka mempunyai hak dan kewajiban yang sama layaknya warga negara yang beragama islam. Bahkan sahabat Nabi, yakni Abu Bakar mengatakan  “darah mereka sama dengan darah kita” yang dengan jelas menunjukkan bahwa warga non-muslim diperlakukan sama dengan warga muslim lainnya.


Di zaman yang semakin kompleks dan penuh dengan perbedaan ini, sepertinya kita harus kembali kepada tatanan aturan bermasyarakat yang dicontohkan oleh Nabi. Menghargai dan menghormati adalah kunci dari kerukunan masyarakat di tengah beragam pluralisme yang ada.

2 komentar:

  1. saya telah membaca juga menelusuri berbagai artikel yang ada disini memang banyak content yang bermanfat bagi saya, tak heran bila pengunjung blog ini ramai seperti situs forum yang sudah ternama? salam sukses

    BalasHapus