Selamat Datang

Kamis, 15 Desember 2011

Menciptakan Keamanan Dan Ketertiban Bagian Dari Ajaran Islam


Tantangan Umat Beragama di Indonesia

Belakangan ini, gejolak sosial antarumat beragama cukup menyita perhatian masyarakat Indonesia. Kejadian ini sangat tidak mencerminkan rasa ke-Indonesiaan kita yang dikenal sebagai bangsa majemuk yang ramah tamah dan menjunjung tinggi keharmonian antara satu dengan yang lain.

Sebagaimana kita ketahui Indonesia adalah negara majemuk yang masyarakatnya datang dari berbagai suku, bahasa, agama dan ras yang beragam. Disamping potensi sumber daya alam yang melimpah, kemajemukan tersebut juga merupakan salah satu potensi yang luar biasa dimiliki bangsa Indonesia untuk menjadi Negara yang besar dan beradab.

Keragaman agama (baca: keyakinan) misalnya, di satu sisi, memberikan kontribusi positif untuk membangun bangsa yang beradab dengan nilai-nilai moral agama yang hidup. Namun di sisi lain keragaman agama juga berpotensi menjadi sumber konflik. Sebagaimana peristiwa kekerasan yang terjadi di beberapa tempat belakangan ini. Konflik yang bersumber dari persoalan agama seperti ini sebenarnya bisa kapan saja dan dimana saja terjadi, juga pada agama manapun. Penyebab konflik terkadang disebabkan adanya truth claim (klaim kebenaran) sepihak.

Namun demikian kalau kita cermati lebih jauh, banyak juga konflik yang bermuatan agama terjadi justru dipicu oleh unsur-unsur yang tidak berkaitan secara langsung dengan ajaran agama itu sendiri. Dan konflik sesungguhnya justru lebih banyak dipicu oleh persoalan ekonomi, sosial dan politik, yang selanjutnya di angkat seolah-olah menjadi konflik (ajaran) agama atau antar umat beragama.

Menemukan dan Menjaga Kepentingan Bersama


Kunci kerukunan hidup umat beragama adalah terbinanya keseimbangan antara hak dan kewajiban dari setiap umat beragama. Keseimbangan antara hak dan kewajiban itu adalah usaha yang sungguh-sungguh dari setiap penganut agama untuk mengamalkan seluruh ajaran agamanya. Pada saat yang sama, pengamalan ajaran agamanya tidak pula bersinggungan dengan kepentingan orang lain yang juga memiliki hak dan kewajiban untuk mengamalkan ajaran agamanya.

Kita percaya bahwa tidak ada satu agamapun di muka bumi ini yang mengajarkan umatnya untuk melakukan kekerasan dan permusuhan. Ajaran normatif kitab suci selalu mendendangkan kedamaian dan ketenteraman antar sesama umat beragama. Kendati demikian, tidak tertutup kemungkinan, penafsiran atau pemahaman pemeluk agama dapat menjadi pemicu terjadinya disharmonisasi antar pemeluk umat beragama. Seperti yang telah disebut di muka, truth claim dan doktrin keselamatan agama, kerap menjadi faktor munculnya disharmonisasi.

Dalam upaya membangun, menjaga dan mempertahankan kerukunan umat beragama, peran pemuka agama menjadi sangat penting. Pertemuan tokoh-tokoh lintas agama untuk berdiskusi, bermusyawarah, bahkan dalam tingkat tertentu berdebat adalah wahana yang cukup positif untuk membangun kebersamaan dan saling memahami. Usaha ini harus terus dikembangkan serta disosialisasikan kepada umat dibawahnya, agar dikalangan masyarakat bawah (umat) juga terbangun saling memahami ajaran masing-masing agama.

Untuk itulah diperlukan langkah-langkah yang lebih kreatif, segar dan baru, dalam rangka membangun kerukunan umat beragama. Dan aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk membangun kerukunan umat beragama adalah dengan memperkuat kerjasama dalam bidang mu'amalah (habl min al-nas). Disebabkan wilayah teologi adalah hal yang tak mungkin didialogkan, setiap pemeluk agama absah untuk meyakini jalan (syari'ah) yang dipilihnya adalah yang paling benar. Pemeluk agama harus yakin, kebenaran ajaran agamanya atau jalan Tuhannya tidak disebabkan karena jalan orang lain salah.

Wilayah yang paling mungkin dicari titik temunya adalah mu'amalah. Menjadi tugas pemeluk agama untuk mempertemukan ummatnya dalam ranah mu'amalat. Bisa dalam bentuk olahraga, tampilan budaya, seni dan kegiatan yang memiliki nilai humanisnya. Menjadi lebih baik apa bila pertemuan itu tidak menghadapkan kelompok agama tertentu dengan penganut lainnya. Akan tetapi sedapat mungkin, dibaurkan sehingga semuanya menjadi lebur.

Kerukunan Modal Dasar Pembangunan Bangsa


Satu hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi adalah bahwa kerukunan merupakan modal dasar pembangunan sebuah bangsa yang majemuk seperti bangsa kita, Indonesia. Untuk itu, kerukunan harus terus dipertahankan kendatipun kejadian belakangan ini, kerusuhan dan amuk massa atas nama agama membuat banyak pihak pesimis. Sekali lagi, amuk massa yang terjadi di Indonesia beberapa saat yang lalu tak boleh menyurutkan langkah kita.

Dalam kontek inilah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: Pertama, kelangsungan kehidupan bangsa ini tidak hanya terpikulkan kepada penganut satu agama tertentu saja, akan tetapi tanggung jawab seluruh komponen bangsa Indonesia tanpa kecuali. Dan karena itu kesadaran terhadap prinsip egaliter di kalangan masyarakat perlu lebih dikembangkan.

Kedua, masyarakat kita hendaknya dapat hidup rukun sekalipun mereka menganut agama dengan ajaran teologi yang berbeda karena dengan rukunnya masyarakat memberi peluang yang lebih besar bagi mereka untuk mengamalkan ajaran agamanya secara paripurna. Tetapi sebaliknya manakala mereka hidup dalam suasana penuh kecurigaan maka semakin kecil peluang mereka melaksanakan perintah agamanya secara baik.

Ketiga, masyarakat hendaknya dapat disadarkan bahwa perbedaan itu tidak sama dengan permusuhan. Keempat, umat beragama hendaknya menyadari bahwa kebenaran praktis yang dimiliki setiap agama selalu memiliki misi universal dan tentunya berdimensi kemanusiaan (inklusif). Oleh karena itu, eksistensi sebuah agama pada dasarnya ditentukan bukan oleh kekuatan politik-birokrasi akan tetapi didasarkan pada sejauhmana kontribusinya kepada nilai-nilai universal kemanusiaan. Semakin besar sumbangan kemanusiaan yang diberikan suatu agama, maka dengan sendirinya semakin besar peluang memberi corak bagi perkembangan kemanusiaan di masa depan.

Bagian Dari Ajaran Islam


Berangkat dari paradigma di atas, jelaslah bahwa kerukunan umat beragama pada dasarnya bukanlah kebutuhan dan kewajiban pemerintah semata apalagi segelintir pemuka agama saja. Kerukunan umat beragama merupakan kebutuhan seluruh masyarakat untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik dan lebih bermakna. Untuk itu setiap upaya untuk membangun dan mempertahankan kerukunan umat beragama wajib kita dukung karena hakekatnya adalah merupakan tugas dan anggungjawab kita semua sebagai anak bangsa.

Terlebih kita sebagai seorang muslim yang senantiasa dituntut untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (fasta biqul khairat). Bahkan kebaikan akhlak menjadi tolak ukur ketakwaan seseorang muslim. Lain dari itu didalam kaidah ajaran Islam kita juga mengenal kaidah ushul fiqh yang menyatakan bahwa tujuan akhir syariat Islam terdiri dari lima pilar utama (maqashid asy-syariah), yakni: pemeliharaan agama (hifdh al-din), jiwa (hifdh al-nafs), akal (hifdh al-aql), keturunan (hifdh nasl) dan harta (hifdh al-maal). Jadi dengan turut serta memelihara dan mejnjaga kerukunan serta ketertiban secara tidak langsung kita telah mengamalkan dan mempraktikan ajaran Islam dan syariat Islam sebagaimana dalil diatas.
***

Mari kita bangun kerukunan antar umat ini dengan akhlakul karimah melalui 3M, mulai dari diri sendiri, mulai dari hal terkecil, dan mulai saat ini juga. Sebagaimana yang telah diajarkan oleh Baginda Nabi Saw.

1 komentar:

  1. kok buletin ini tidak ada penanggung jawabnya?
    alamat kantornya juga gag ada
    materinya juga kadang aneh

    BalasHapus