Selamat Datang

Kamis, 04 Oktober 2012

Pemuda Isalm Pemuda Tangguh

 
Sahabat sekalian, akhir – akhir ini sering sekali kita dengar kata galau menjadi trend di kalangan remaja khususnya. Kata itu menjadi sebuah perwujudan gambaran karaktek pemuda Indonesia saat ini, karena kata-kata yang berkembang ialah bukan kata optimis tapi malah pesimistis. Sehingga secara tidak langsung sebenarnya akan memberikan dampak pada yang mendengarnya. Contoh : bila saya bilang kepada anda, jangan pikirkan gajah! Lalu apa yang terbayang di pikiran anda? Gajah bukan? Sama bila kita bilang jangan galau, maka yang pertama terlintas di pikiran yang mendengar ialah galau, dan pada akhirnya akan mensugesti orang yang mendengarnya menjadi galau “beneran”.


Sudah ribuan artikel dan ratusan seminar motivasi yang bertujuan menghilangkan rasa galau kepada para remaja dan pemuda di Indonesia, dan parahnya, ternyata kata galau malah semakin berkembang dan terus berkembang merasuki alam bawah sadar yang mendengarnya, terlebih strategi yang diberikan oleh motivator – motivator itu instan dan kurang membekas dalam relung hati remaja yang sedang galau. Olehkarena itu kita sebagai umat Islam sesungguhnya tidak usah bersusah payah mencari jalan akan seseorang tidak galau, karena Allah telah mempersiapkannya.


Melihat dan menganalisa pengalaman pribadi penulis, pada akhirnya penulis mencoba menformulakan resep obat anti GALAU abadi untuk para remaja dan semua yang sedang galau, namun resep ini tidak akan berjalan dengan baik jika tidak di lakukan. dan penulis melihat ada orang – orang yang kebal dengan rasa Galau. Resep Mereka ialah


Jadilah penghafal Al –Quran: penulis pada saat kuliah, penulis sering berinteraksi dengan teman – teman yang aktifitas menghafal Qurannya Intens. Dan yang terlihat ialah, mereka yang selalu berusaha menghafal Al-Quran hidupnya selalu bahagia, perasaan mereka penuh dengan harumnya ayat-ayat Allah, sehingga ketika masalah dan rasa galau datang, tidak berhasil menembus indahnya naungan Al –Quran dalam dirinya.


Berbeda antara aktifitas membaca Al –Quran dengan kegiatan menghafal Quran, bila hanya membaca maka ketenangan yang ada bertahan hanya beberapa hari, kemudian jika belum kembali membaca Quran maka rasa galau bisa menembus celah-celah kekosongan ruhani kita.


Sedangkan bila kita fokus pada kegiatan menghafalnya, maka hati akan terus-menerus tanpa disadari untuk selalu melantunkan ayat –ayat Allah dan berusaha menjaga Ayat-Ayat Allah agar terjaga dan tidak lupa, sekalipun saat kita tidak memegang Al –Quran secara langsung. Karena bagi penghafal Quran, dimanapun dia berada dan saat bisa maka ia akan terus melantunkan ayat-ayat yang dihafalnya dalam hatinya, walaupaun saat sedag berada di bis, terminal, angkot, kereta, busway bahkan terkadang mohon maaf, saat di toilet pun, tanpa di pikirkan, yang besenandung di pikiran pada penghafal Quran ialah suara – suara hafalan yang pernah atau sedang mereka dengar.


Sehingga, jika setiap detik kita berinteraksi dengan Al –Quran maka rasa galau akan mati rasa jika mencoba- coba merasuki pikirann kita. Belum lagi di tambah keutamaan seseorang yang hafal Quran nanti di akhirat akan mendapatkan kedudukan yang sangat tinggi setara dengan Nabi dan para Syuhada. Dan Al quran yang jika kit abaca sehari saja akan menjadi syafaat di hari akhirat, apalagi jika kita hafal ayat – ayat Allah tersebut.


Oleh karena itu wajarah jika para remaja atau pemuda di Indonesia mudah galau, karena mereka jarang mendengarkan, membaca dan menghafal Al – Quran. Dan lebih sering mendengarkan musik dan nyanyian yang merupakan sumber kegalauan yang cukup besar. Dan terkadang waktu kita buat (maaf) buang air besar dalam satu hari, lebih lama dari waktu kita untuk membaca atau menghafal Al – Quran.


Intinya mereka para penghafal Al –Quran ialah orang yang kebal rasa dengan galau, bête dan lemah. Jika ada penghafal Al – Quran masih galau, berarti indahnya Quran belum merasuki sanubari nya.


JIKA INGIN BAHAGIA SELALU DAN ANTI GALAU jadilah PENGHAFAL AL Quran. Kalau tidak percaya, coba saja, rasakan dan lihat apa yang terjadi!!

Kata galau akhir-akhir ini memang popular kita dengar sebagai istilah gaul dalam kehidupan remaja.Tidak hanya sebagai sebuah istilah gaul yang kerap mereka sebutkan, rupanya tanpa sadar mereka pun menganggap kondisi kegalauan jiwa ini sebagai bagian dari hidup gaul. Dalam istilah mereka, ‘Engga Galau engga Gaul.’


Akibatnya, mereka akan merasa senang dan dianggap sebagai remaja gaul jika mereka ikut merasakan galau dalam jiwanya. Musibah sekecil apapun akan sangat sensitive menyentuh perasaan mereka yang kemudian membuat mereka bersedih dan menangis. Atau seperti yang dialami Budi, yang kemudian malas kuliah dan lebih memilih tidur-tiduran. Dan ketika kegalauan itu diketahui oleh orang lain, mereka merasa bangga dan senang karena dipandang sebagai remaja gaul. Seperti telah terjadi upaya kanalisasi eksistensi dalam jiwanya. Tak heran jika kemudian, mereka dengan mudahnya mengekpresikan ke’galau’annya melalui facebook ataupun twitter untuk mendapat respon dari kawan-kawannya.


Jika dianalisis secara psiko-sosial, para remaja yang seringkali update status bernada galau, pada dasarnya disebabkan oleh obsesi untuk menjadi pusat perhatian teman-teman sebayanya. Karena yang tengah menjadi trend adalah fenomena tersebut, maka mereka menganggap jika keluar dari trend maka mereka akan terasing dari komunitasnya. Keinginan untuk dianggap “ada” bahkan lebih baik dan paling “hebat” mendorong mereka untuk berperilaku ganda. Berbeda kepribadian antara dunia nyata dan dunia maya. Yang tadi biasanya pendiam dapat menjadi sangat enerjik untuk mengekspresikan dirinya.  Keadaan ini juga memaksa mereka untuk dapat menampilkan “kepalsuan” yang diciptakan hanya untuk terlihat lebih dan beda.


Fenomena demikian tentu tidak sepantasnya terjadi dalam kehidupan pemuda muslim. Seorang muslim harus pandai memahami setiap masalah lalu menyikapinya dengan bijak. Bukan dengan melebih-lebihkan masalah sepele. Karena itu adalah bukti bahwa dia tidak sanggup menerima ujian yang menimpanya.


Dalam menyikap setiap problema, seorang pemuda muslim tidak sewajarnya mengeluh dan mengeluh. Padahal mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah. Justru menambah beban masalah dalam dirinya. Terlebih ketika keluhan itu disampaikan ke arah yang salah.


Seorang pemuda muslim, dalam menyikapi masalah senantiasa bijak dan berbaik sangka. Ia tidak pernah mengeluhkan masalah secara berlebihan, apalagi jika hanya untuk pamer masalah. Ia memahami bahwa ujian yang menimpanya tidak akan melebihi batas kemampuan dirinya untuk mengatasinya. Dan pada hakikatnya, ujian itu datang dari Allah untuk menguji keimanannya.


“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah: 155)


Karena ujian itu datang dari-Nya, maka ia pun mengeluhkan masalah itu kepada-Nya dan memohon agar dicarikan jalan keluarnya. Kemudian ia berusaha untuk tetap sabar dalam menjalani ujian sembari terus berikhtiar mencari solusi.


“Dan mintalah pertolongan kepada Allah dengan Sabar dan Sholat dan sesungguhnya Sholat itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyuk” (QS Al Baqarah: 45)


Untuk itu wahai pemuda muslim, jangan mudah mengeluh dan jenuh. Jadilah pemuda yang kuat mental dan tangguh dengan keimananmu.


“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS – Ar Ra’d 28)


Wallahu waliyut taufiiq

Tidak ada komentar:

Posting Komentar