Seringkali kita saksikan menjelang bulan
Ramadhan
atau saat Ramadhan satpol PP dan polisi sering mengadakan razia tempat
hiburan malam, prostitusi dan bentuk-bentuk kemaksiatan lainnya. Pada
waktu ini petugas ga ada bedanya dengan FPI, hanya saja tidak melakukan
perusakan. Selain itu pedagang makanan baek yg muslim maupun non muslim
tiba-tiba saja secara malu malu membuka warung dagangannya. Bahkan ada
yg menutup total warungnya dan buka hanya pada pagi hari pada saat waktu
sahur dan pada waktu berbuka. Motivasi mereka pun beragam, ada yg
sungkan sama kaum muslim -takut dicap buruk- dan ada yg takut sama oknum
muslim tertentu yang memaksa bahkan mengancam mereka untuk tutup.
Demikian pula tayangan TV, semerta-merta stasiun tv pada tampak alim semua. Menayangkan pengajian secara rutin yg ga pernah ada pada waktu selain puasa, sinerton yg dibumbui & dipoles agar terlihat Islami hingga menanyangkan tayangan infotainment yg serta merta nyiarkan artis-artis yg lagi ke panti asuhan, umroh, dll. Stasiun TV yg di luar Ramadhan mencampur adukkan yg haq & yg batil serta merta ganti baju agar terlihat alim.
Tak ketinggalan pula perkantoran,
beramai-ramai
memundurkan jam masuk dan mengawalkan jam pulang karyawannya.
Sekolah-sekolah dan instansi pemerintah meliburkan diri di awal bulan
puasa.
Di satu sisi itu memang efek dari Ramadhan. Efek-efek tersebut diatas dapat mengkondisikan umat muslim untuk lebih tenang beribadah. Memang, Ramadhan harus diistimewakan dengan memperbanyak ibadah dan meningkatkan kualitasnya dan membuang sejauh-jauhnya maksiat & perbuatan tercela lain. Maksudnya, diri seorang muslim sendirilah yg seharusnya mengistimewakan Ramadhan dengan cara mengistimewakan baik tingkat kualitas dan kuantitas ibadah yg dilakukannya. Baik dalam perkara ibadah maupun muamalah duniawi.
Tapi apa yg terjadi di negeri yg katanya 80% muslim ini. Kebalikannya. Bukan orangnya, tapi lingkungan yg (dipaksa) harus berubah. Satpol PP & kepolisian dengan beringasnya mengejar para pelacur (sengaja ga pake istilah PSK, karena itu sebenernya bukan pekerjaan) dan secara agresif memaksa cafe-cafe & dugeman tutup. Oknum-oknum muslim yg pake titel FPI dengan ganasnya memaksa pedagang makanan untuk tutup di siang hari. Efeknya, non muslim yg ga terkena kewajiban puasa pun harus menanggungnya. Cari makanan sulit. Kalopun dapet harus sembunyi-sembunyi memakannya.
For Allah’s sake.. Lingkungan berubah
drastis saat Ramadhan.
Al Qur’an jelas mengatakan Islam itu adalah rahmat & berkah untuk alam semesta. Tapi kelakuan manusia-manusia pemeluknya yg tidak dewasa aja yg mengkerdilkan Islam itu sendiri. Gini nih misalnya, jam kerja lebih siang mulainya, padahal orang-orang lebih pagi bangunnya. Kalo jam pulang lebih awal sih it’s ok, lebih awal karena ada yg banyak nyiapin buka puasa. Disini memang terlihat urgensinya dan bentuk apresiasi ibadah. Tetapi jam mulai kerja yg disiangkan ini membuat cenderung malas. Kaum muslim cenderung tidur lagi selepas sahur & subuhan, padahal nabi melarang tidur setelah subuh. Bahkan di awal-awal puasa, instansi pemerintah & sekolah libur selama beberapa hari. Demikian juga beberapa sekolah swasta, bahkan sekolah swasta yg notabene Madrasah tempat istri saya mengajar sbg guru disana juga libur. Padahal, dalam Islam semua aktitias positif dalam Ramadhan itu mendapat pahala, baik yg ibadah maupun bukan ibadah. Kesimpulannya, instansi libur atau jam kerja masuk lebih siang itu sebenernya tidak ada urgensinya dengan ibadah puasa seseorang.
Kemudian banyak rumah makan kudu pake tirai segala, yg makan ngumpet-ngumpet. Padahal agama yg baik & benar kan tidak memaksa orang -baik penganutnya maupun yg bukan penganutnya- untuk puasa. Kasihan para non muslim yg mo makan siang ataupun sarapan. Harus susah payah cari warung. Belum lagi razia-razia, apa ya harus? ga dirazia juga puasa tetep sah dan Ramadhan masih penuh berkah. Yang lebih parah, ada yg melakukan intimidasi bahkan kekerasan untuk mencegah warung & cafe buka.
Alias, lingkungannya yg dikondisikan.
Bukan manusianya. Kebalik!
Di negeri ini, slogan ‘hormatilah orang yg berpuasa’ telah banyak disalah artikan untuk melakukan pendundaan mulainya jam kerja, menjustifikasi kemalasan, memaksa orang-orang yg bermata pencaharian sbg penjual makanan untuk merubah jam jualannya, memberi orang-orang munafik tempat untuk bersembunyi melakukan pelanggaran ketentuan agama. Intinya slogan tersebut memaksa lingkungan yg berubah dan menjadikan kaum muslim sebagai umat yang manja! Dari semua hal itu, satu hal yg saya setuju, yaitu kalo tempat-tempat maksiat dirazia dan dipaksa tutup ga pas saat Ramadhan aja.
Saya melihat itu semua adalah suatu bentuk ketidak dewasaan kita dan malah mengurangi bobot ibadah puasa kaum muslim itu sendiri. Kontradiktif dengan tujuan puasa itu sendiri. Puasa ditetapkan agar orang dapat mengendalikan diri terhadap berbagai godaan nafsu. Puasa diperintahkan untuk merubah diri agar menjadi lebih sabar, tenang, khusyuk, penuh konsentrasi dan lebih produktif dalam berbagai macam kesibukan dan pekerjaan. Semakin besar godaan puasanya, maka semakin besar pahalanya. Semakin kaum muslim bisa menahan nafsu maka semakin kuat pertahanannya terhadap berbagai ujian & godaan. Tapi apa arti semua itu jika kondisi lingkungan telah dibentuk. Apa arti puasa kalau semua sudah terkondisikan ?? Percuma kan kalo lingkungan telah membuat berpuasa karena itu bukan karena diri sendiri.
So… apakah diri kita yg berpuasa telah bener-bener berusaha menahan nafsu dan berjuang keras meraih pahalanya tanpa dikondisikan lingkungan ? Apakah kita yang sedang berpuasa telah menghormati dan menghargai mereka yang tidak berpuasa ?
Kita harus yakin bahwa penanaman sikap toleran ini
akan tercapai
dengan seksama hanya melalui pendidikan, dalam artian pembiasaan yang
tiada hentinya, sampai sikap itu menjadi darah daging yang tak
terpisahkan (akidah). Dari tempat yang kita wujudkan bersama ini pasti
akan tumbuh kader-kader bangsa dan umat, yang akan membawa kehidupan
bangsa dan seluruh warga serantau Asia Tenggara ini menjadi bangsa warga
dunia pelopor kehidupan penuh toleran dan damai.
Berbahagialah
umat
yang mencita-citakan kehidupan yang dicita-citakan oleh seluruh warga
dunia, yaitu kehidupan yang toleran dan damai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar