Selamat Datang

Jumat, 05 Agustus 2011

Mewaspadai Radikalisasi Generasi Muda Muslim


Pada edisi awal ini dan melalui media ini sangat penting dibahas mengeni pentingnya menjaga akidah ummat, termasuk generasi muda Islam. Hal ini bertujuan untuk menjaga para generasi muda yang sedang menuntut Ilmu agar tidak terpengaruh oleh hal-hal yang bertentangan dengan keyakinan yang dijalani selama ini. Disamping itu, maraknya paham dan gerakan-gerakan yang radikal yang sering muncul secara tiba-tiba ditengah generasi muda, maka sangatlah perlu untuk mengantisipasinya. Disini kita paparkan kiat-kiat untuk membendung tumbuhnya paham-paham radikal (ekstrim) dikalangan generasi muda muslim khususnya dan masyarakat pada umumnya. Terutama aliran keagamaan yang mengatasnamakan Islam namun menabrak segala norma dan aturan yang berlaku di masyarakat maupun negara, termasuk yang bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam itu sendiri.
Peranan Pemuda dalam Islam
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan dan memuliakan para pemuda, al-Qur’an menceritakan tentang potret pemuda ashaabul kahfi sebagai kelompok pemuda yang beriman kepada Allah SWT dan meninggalkan mayoritas kaumnya yang menyimpang dari agama Allah SWT, sehingga Allah SWT menyelamatkan para pemuda tersebut dengan menidurkan mereka selama 309 tahun (QS 18/).
Kisah pemuda ashaabul ukhdud dalam al-Qur’an juga menceritakan tentang pemuda yang tegar dalam keimanannya kepada Allah SWT sehingga menyebabkan banyak masyarakatnya yang beriman dan membuat murka penguasa sehingga ratusan orang dibinasakan dengan diceburkan ke dalam parit berisi api yang bergejolak (sabab nuzul QS ). Dan masih banyak lagi contoh-contoh kisah para pemuda lainnya, diantaranya bahwa mayoritas dari assabiquunal awwaluun (orang-orang yang pertama kali beriman kepada Rasulullah SAW) adalah para pemuda (Abubakar ra masuk Islam pada usia 32 tahun, Umar ra 35 th, Ali ra 9 th, Utsman ra 30 th, dst).
Sifat-sifat yang menyebabkan para pemuda tersebut dicintai Allah SWT dan mendapatkan derajat yang tinggi sehingga kisahnya diabadikan dalam al-Qur’an dan dibaca oleh jutaan manusia dari masa ke masa, adalah sebagai berikut :
1.      Karena mereka selalu menyeru pada al-haq (QS. [7]:181)
2.      Mereka mencintai Allah SWT, maka Allah SWT mencintai mereka (QS. [5]: 54)
3.      Mereka saling melindungi, menegakkan shalat (QS. [9]: 71) tidak sebagaimana para pemuda yang menjadi musuh Allah SWT (QS. [9]: 67)
4.      Mereka adalah para pemuda yang memenuhi janjinya kepada Allah SWT (QS. [13]: 20)
5.      Mereka tidak ragu-ragu dalam berkorban diri dan harta mereka untuk kepentingan Islam (QS. [49]:15)
6.      Meredam Pemicu Radikalisme Generasi Muda Muslim
Saat ini aliran-aliran serta paham-paham sesat dan menyimpang sedang tumbuh subur dan berkembang di Indonesia. Selain merusak akidah dan citra Agama, aliran-aliran ini merusak tatanan sosial, merusak hubungan keluarga, merusak persatuan umat, merusak cara berpikir masyarakat, dan bahkan ada yang mengancam kelangsungan NKRI. Seperti maraknya berbagai ancaman terror dan aksi terror yang terjadi belakangan yang ditujukan kepada aparatur pemerintah dan simbol-simbol Negara ini merupakan indikasi bahwa bangsa dan Negara Kesatuan RI dalam kondisi terancam.
Munculnya pengakuan korban-korban penipuan dengan modus memperjuangkan Negara Islam Indonesia yang dilakukan oleh orang-orang yang mentatasnamakan aktifis NII KW-IX juga persoalan penting yang perlu penanganan serius. Karena selain cita-cita mendirikan Negara Islam Indonesia didalam perjuangannya mereka juga memperbolehkan berbagai cara untuk mencapai tujuan tersebut, karena mereka beranggapan bahwa orang diluar kelompoknya adalah 'kafir/musuh' yang boleh dimanfaatkan dengan alasan bahwa tipu daya dibenarkan didalam ajaran Islam.
Dari gambaran singkat terhadap dua paham keagamaan radikal yang mencuat kepermukaan belakangan ini, seolah menjadi trend dengan menjadikan remaja, pemuda, dan generasi muda sebagai objek sasaranya. Hal ini dapat dipahami mengingat usia muda (Pelajar & Mahasisawa) adalah masa pencarian. Sehingga mereka mudah terpengaruh dan tidak mempertimbangkan secara matang sebelum mengambil keputusan yang memiliki dampak negative tersebut, meskipun tidak semuanya bersikap seperti itu.
Mulai dari terungkapnya identitas pelaku bom bunuh diri di Cirebon, tertangkapnya para pelaku yang diduga terkait dengan terror bom buku beberapa saat yang lalu, hingga hilangnya beberapa mahasiswa dari Universitas Islam ternama di berbagai daerah yang diduga menjadi korban penipuan berkedok NII kebanyakan berasal dari kalangan anak muda.

Untuk itu sehubungan dengan muderat dan dampak yang ditimbulkan aliran dan paham sesat ini terhadap generasi muda kita, pemerintah khususnya dan seluruh komponen bangsa dituntut untuk lebih serius untuk segera mengatasi persoalan ini. Karena apabila dibiarkan ini sangat berpotensi menjadi bom waktu yang dapat meledak sewaktu-waktu dan menghancurkan bangunan rumah kebangsaan Indonesia ini.
Dalam rangka upaya meredam, membendung, dan mengantisipasi muncul dan berkembangnya aliran dan paham sesat, masyarakat perlu dibekali dengan pengetahuan tentang kriterianya, indikasi awal yang mencurigakan dan langkah-langkah membendungnya.
Kriteria Sesat
Dalam rangka upaya menangkal dan menghentikan aliran sesat serta menyadarkan para pengikutnya agar kembali ke jalan yang benar, MUI Pusat mengeluarkan Pedoman Identifikasi Aliran Sesat pada tanggal 6 Nopember 2007. Dalam pedoman ini ditetapkan sepuluh kriteria sesat, yaitu:
1.      Mengingkari salah satu rukun iman dan rukun Islam,
2.      Meyakini atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dengan dalil syar'i,
3.      Meyakini turunnya wahyu sesudah Alquran,
4.      Mengingkari autentisitas dan kebenaran isi Alquran,
5.      Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaedah-kaedah tafsir,
6.      Mengingkari kedudukan Hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam,
7.      Menghina, melecehkan dan merendahkan para nabi dan rasul,
8.      Mengingkari Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi dan Rasul terakhir,
9.      Mengubah, menambah dan atau mengurangi pokokpokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syariat, seperti haji tidak ke Baitullah, salat fardu tidak lima waktu,
10.  Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar'i, seperti mengakafirkan muslim hanya karena bukan kelompoknya.

Indikasi Awal Aliran Sesat
Sebagai indikasi awal yang selayaknya menimbulkan kecurigaan terhadap satu paham atau pengajian bisa melalui tanda-tanda berikut :
Pengajian dilaksanakan secara rahasia-rahasia, tertutup kepada selain jamaahnya. Sebagiannya melakukan pengajian tengah malam sampai subuh dan tempatnya pun sangat terisolir. Gurunya tidak dikenal sebagai ahli Agama, tidak pernah menekuni ilmu agama, dan tidak dikenal sebagai orang yang rajin beribadah, tetapi tiba-tiba menjadi pengajar Agama. Adanya bai'at atau mitsaq untuk taat pada guru atau pimpinan pengajian. Bahkan, ada janji yang harus ditandatangani oleh anggota pengajian tersebut. Cara ibadah yang diajarkan aneh dan tidak lazim. Adanya tebusan dosa dengan sejumlah uang yang diserahkan kepada guru atau pimpinan jamaah. Kadang-kadang, pengajian sesat ini mengharuskan adanya sedekah lebih dahulu sebelum berkonsukltasi dengannya.
Adanya penyerahan sejumlah uang dan orang yang menyerahkannya pasti masuk sorga. Adanya sumbangan yang tidak lazim sebagaimana layaknya sumbangan sebuah pengajian. Misalnya, 10% atau 5% dari penghasilan harus diserahkan kepada guru atau pimpinan pengajian. Pengajiannya tidak mempunyai rujukan yang jelas, hanya penafsiran-penafsiran gurunya saja.Pengajiannya tidak memakai Hadis Nabi Saw. Sumber ajaran hanya Alquran dengan penafsiran dan pemahaman guru yang ditetapkan oleh pengajian dan tidak boleh belajar kepada ustaz lain.

Faktor-faktor Menjadi Sesat
Kelainan jiwa atau strees merupakan salah satu faktor yang membawa seseorang mengaku berhubungan dengan Jibril, Tuhan, makhluk dan alam gaib. Faktor materi telah membuat banyak orang sesat. Dengan berpura-pura bermaksud untuk memperbaiki keadaan serta memolesnya dengan bahasa Agama, seperti menawarkan pentingnya jihad dan pengorbanan material untuk merealisasikan cita-cita ideal, seorang bisa mendapat simpati dan dukungan dari orang yang memang merindukannya.
Semakin banyak yang tertarik dan mendukungnya, ia pun terus mengembangkan konsep-konsepnya. Setelah pendukungnya sampai mengkultuskannya, ia pun mengklaim macam-macam, termasuk klaim mendapat wahyu dan bahkan klaim diangkat Tuhan menjadi nabi. Kelangkaan ulama panutan dan berwibawa yang benar-benar ahli Agama, pengamal Agama, dan pembela Agama merupakan faktor lain menyebabkan pikiran orang yang lemah iman menjadi liar. Intervensi dari luar pun tidak mustahil untuk untuk tujuan mendangkalkan akidah umat, mengaburkan ajaran Agama, dan memecah belah umat Islam. Seperti komunis tetap merupakan bahaya laten yang pada saat tertentu menyusup ke dalam masyarakat dengan baju agama.
Demikian juga pihak-pihak yang tidak menginginkan bangsa ini bersatu dan kuat. Kebodohan terhadap ajaran Islam adalah faktor dominan membuat orang bisa masuk dan mengikuti aliran sesat. Dari sisi lain, faktor ekonomi telah berhasil membuat orang berpindah agama, apalagi sekadar mengikuti paham yang menyimpang. Puberitas keberagamaan merupakan lahan subur bagi aliran sesat. Seorang yang baru merasakan nikmatnya beragama dan belum mempunyai pegangan yang kuat dalam beragama, begitu disuguhkan satu paham keagamaan yang baru besar kemungkinan akan diterimanya. Ketidakpuasan dengan paham dan keadaan Islam yang sedang dalam posisi lemah dan terhina membuat orang mencari paham Islam alternatif. Ketika ditawari dengan paham yang secara zahir idealis tentunya akan menjadi pilihan dan tumpuan harapan bagi orang yang sedang mencarinya. Antisipasi terhadap Aliran Sesat.
Membekali umat Islam dengan ilmu Agama yang cukup sehingga mereka memiliki Islam yang terdefinisi merupakan usaha yang mutlak harus dilakukan. Mengamati setiap pengajian, ceramah, tulisan, dan buku yang beredar seharusnya dilakukan semua kalangan sehingga paham sesat tidak sempat hidup dan berkembang melainkan secara dini dapat diantisipasi. Setiap ajaran yang dicurigai hendaknya segera dilaporkan kepada pihak yang berwenang dan tidak main hakim sendiri.
Sosialisasi paham dan aliran sesat seharusnya dilakukan di seluruh sekolah, lembaga pendidikan, dan majlis taklim. Untuk mempersempit ruang gerak serta penyebarannya masyarakat hendaknya melakukan kontrol sosial yang lebih ketat, terutama terhadap pengikut aliran dan paham sesat.
Penulisan buku-buku dan publikasi dalam berbagai bentuk lainya tentang aliran sesat perlu dilakukan dan diedarkan secara luas agar masyarakat mengetahui criteria-kriteria, macam-macam bentuk dan nama aliran sesat yang berkembang dan mengetahui kesesatannya.
Munculnya 'aliran-aliran sesat' merupakan indikasi kurang berhasilnya dakwah Islamiyah akhir-akhir ini. Dakwah kita tidak lagi bersifat mengajak tapi lebih terkesan memprovokasi sehingga mudah sekali memunculkan kebencian di kalangan umat. Untuk itu kepada para juru dakwah, da'i, kiyai, alim ulama, dan tokoh masyarakat hendaknya memperbaiki materi-materi dakwah ke depan yang lebih bersifat ilmiah, rasional dan mendidik. Sementara dalam rangka mengajak mereka yang sempat 'tersesat' hendaknya tetap mengedepankan tiga prinsip yaitu hikmah, keteladanan dan dialog sebagaimana yang telah diamanahkan Allah Swt dalam Al-Quran Surah An-Nahl: 125 berikut:
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Demikian, semoga bermanfaat untuk kita semua, khususnya dalam upaya mengantisipasi dan membendung arus radikalisme dikalangan generasi muda muslim. Amin. Wallahu'alambishawab
[referensi: Kriteria Aliran Sesat Dan Antisipasinya - DR.H. Ramli Abdul Wahid, MA]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar