Indonesia adalah negara yang sangat majemuk,
ada banyak suku, agama dan kepercayaan, ras, bahasa, adat istiadat, latar
belakang pendidikan, dan banyak perbedaan lainnya. Mungkin karena alasan
itulah, sejak dini anak-anak Indonesia
sudah mulai mempelajari dan di didik untuk bisa menghargai dan menghormati pluralisme di negara ini.
Tentu kita masih ingat
salah satu pelajaran yang diajarkan di sekolah, yaitu Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan atau yang dikenal dengan singkatan PPKn yang mengajarkan
pentingnya tenggang rasa dan saling menghormati di tengah perbedaan atau pluralisme yang ada. Ya, tentu saja
hal itu harus diajarkan sejak dini agar bisa menjadi bekal anak-anak dalam
berinteraksi dan menghargai keberagaman di sekitarnya.
Apa sebetulnya yang
dimaksud dengan pluralisme itu? Setelah di cek dan ricek ke Kamus Besar Bahasa Indonesia, ternyata
yang dimaksud dengan pluralisme adalah keadaan masyarakat yang majemuk atau
berbagai kebudayaan yang berbeda-beda dalam suatu masyarakat.
Kalau dilihat dari arti
katanya, sepertinya Indonesia
adalah negara majemuk terbesar di dunia. Berlebihan gak ya? Bagaimana tidak,
Indonesia terdiri dari 1.128 suku bangsa yang tersebar di seluruh nusantara,
700 lebih bahasa, 6 agama resmi yang diakui pemerintah dan banyak kepercayaan,
adat istiadat serta tradisi yang berkembang di masyarakat. Luar biasa bukan?
Keragaman bangsa ini bisa menjadi sebuah karunia dan kekayaan bangsa kalau
setiap elemen masyarakatnya bisa saling mengghargai dan menghormati. Tapi, bisa
juga jadi bencana. Rupanya inilah yang sedang terjadi pada bangsa Indonesia di
beberapa tahun belakangan ini. Setiap bulan, minggu, bahkan hari selalu saja
ada kerusuhan, keributan, dan konflik antarkelompok masyarakat.
Hal yang menjadi sumber
masalah tidak jauh hanya karena perbedaan agama, suku, bahkan antarkampung pun
kini sering sekali terdengar banyaknya kerusuhan dan tragedi berdarah. Sudah
sepatutnya kita prihatin dengan nasib bangsa, entah akan seperti apa kelak jika
hal ini dibiarkan terus-menerus. Bisa jadi,anak cucu kita nanti akan hidup di
suatu masa yang penuh dengan peperangan dengan saudara sebangsa.
Pluralisme- Jenis-jenis
Keragaman
Ada banyak keberagaman di tengah
masyarakat, semuanya itu menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya
dengan kebudayaan. Berikut ini terdapat beberapa jenis pluralisme yang lazimnya
ditemukan dalam tatanan masyarakat.
1. Jenis-jenis Keragaman
- Pluralisme Sosial
Ini adalah bentuk keragaman
dalam interaksi sosial di masyarakat. Dimana masyarakat bisa berinteraksi dan
berkomunikasi satu dengan yang lainnya dengan penuh rasa hormat dan menghargai
satu sama lain, sehingga tidak mengakibatkan konflik atau permusuhan. Hal ini
pula yang menjadi salah satu indikator kerukunan suatu kelompok masyarakat.
Tentu saja kondisi yang
aman, tenteram, dan nyaman seperti ini akan memberikan banyak keuntungan dan
menjadi pendukung untuk kemajuan di berbagai bidang kehidupan. Perkembangan
pendidikan dan kemajuan ekonomi adalah dua di antara sekian banyak manfaat yang
bisa dirasakan saat masyarakat bisa hidup dengan rukun dan damai meskipun
terdapat banyak perbedaan.
Setiap elemen masyarakat
harus saling bahu-membahu dalam menciptakan kondisi masyarakat yang damai.
Prinsip yang tepat dalam berinteraksi adalah dengan tidak pernah memandang
remeh suku bangsa, bahasa, tradisi dari orang lain, dan menganggap bahwa diri
sendiri lebih baik.
2. Jenis-jenis Keragaman -
Pluralisme Ilmu Pengetahuan
Untuk jenis yang satu ini,
mungkin bisa diartikan sebagai beragamnya pemahaman dalam memahami suatu ilmu.
Misalnya saja, yang paling sering kita temukan adalah seringkalinya ada
perbedaan dalam penetapan awal puasa, kapan hari lebaran dan sebagainya. Kenapa
ini terjadi? Tentu saja karena adanya perbedaan pemahaman.
Namun, perbedaan ini tidak
seharusnya menjadi konflik, namun justru menjadi lecutan semangat untuk selalu
menggali lebih banyak ilmu untuk mengetahui hakikat yang sebenarnya. Jika
perbedaan ini disikapi dengan benar, justru bisa menjadi faktor kemajuan suatu
bangsa karena tidak pernah ada kata henti untuk selalu mencari dan menggali
ilmu dengan sebaik-baiknya.
Perbedaan yang mungkin terjadi dalam memahami suatu ilmu di kalangan
orang-orang berpendidikan tentunya tidak menyebabkan mereka saling bertengkar
dan bermusuhan. Hal itu karena lewat perbedaan inilah, mereka bisa saling
belajar sambil menambah kematangan pribadi masing-masing. Hal yang harus
dilakukan adalah selalu menumbuhkan sikap saling menghormati dan menghargai
masing-masing pendapat karena tentu saja tidak mungkin ada suatu pendapat
ilmiah tanpa diawali dengan pemikiran dan pembuktian yang ilmiah pula.
3. Jenis-jenis Keragaman -
Pluralisme Agama
Pluralisme agama berbeda dengan kedua jenis
keragaman sebelumya. Ini lebih sensitif karena dalam hal ini penggunaan kata
pluralisme sepertinya tidak bisa disamakan dengan kata toleransi, saling
menghormati dan menghargai, serta kata-kata lainnya.
Prinsip pada penggunaan
kata pluralisme agama adalah mengganggap bahwa semua agama benar, Tuhan semua
agama adalah satu yaitu Tuhan yang sama. Dalam agama Hindu, ini disebut juga
dengan sebutan universalisme radikal. Sama halnya dengan agama Hindu, Kristen
pun mempunyai pandangan yang sama yakni mengganggap bahwa semua agama benar
karena mengajarkan tentang kebaikan.
Namun, berbeda dengan itu semua dalam islam pluralisme agama sangatlah
dilarang. Bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) secara tegas dalam fatwa nya
pada tahun 2005 mengatakan bahwa hal ini adalah haram. Karena Islam menganut
prinsip, tidaklah benar semua agama benar karena Islamlah sebagai agama yang
benar. Mengingkari hal ini sama artinya telah menyekutukan Allah sebagai Tuhan.
Itulah sebabnya maka MUI mengeluarkan fatwa haram terhadap hal ini.
Lantas apakah artinya Islam
tidak menghargai agama lain? tentu tidak, Islam tetap menghargai dan
menghormati apapun agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat namun
tidak dengan menganggap bahwa semua agama adalah sama.
Pluralisme - Nabi Muhammad
Saw Teladan dalam Menghargai Kebebasan dan Perbedaan
Nabi Muhammad Saw adalah
Nabi terakhir yang diutus oleh Allah Swt untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Nabi Muhammad diutus untuk menyebarkan agama Islam dengan penuh kedamaian dan
cinta kasih. Bahkan secara tegas Beliau pun mengatakan bahwa tugas utamanya
adalah untuk membangun peradaban manusia menjadi lebih baik.
Bangsa Arab dikenal sebagai
bangsa yang keras dan kadang bersikap sangat kejam. Misalnya saja ada kebiasaan
membunuh bayi yang terlahir dengan jenis kelamin perempuan karena mempunyai
anak perempuan seperti aib bagi orang tua terutama orang tua yang berasal dari
kalangan bangsawan.
“Sesungguhnya aku ini tidak diutus sebagai
pelaknat, tapi aku diutus sebagai pembawa rahmat”, itulah
perkataan Nabi ketika ia diminta untuk membunuh orang-orang yang tidak mau
memeluk agama Islam. Inilah peletakan dasar dalam menghormati keragaman dalam
masyarakat yang dilakukan oleh Nabi.
Pernyataan ini juga menjadi
dasar penegakan dari hak asasi manusia karena Ia tidak serta merta membunuh dan
menganiaya orang-orang yang menolak seruannya. Rahmat dan kasih sayang adalah
prinsip yang selalu beliau pegang teguh dalam menyebarkan risalah agama islam.
Tidak hanya untuk orang-orang yang mau dengan terbuka menerima seruannya, tapi
juga berlaku secara umum kepada seluruh umat manusia bahkan kepada orang yang
dengan terang-terangan ingin mencelakainya sekalipun.
Islam sebagai agama yang
menjadi rahmat bagi sekalian alam, telah meletakkan dasar-dasar dalam
menghargai setiap perbedaan yang ada. Ada banyak ayat yang tercantum dalam
Al-Quran yang menjelaskan secara jelas, tidak pernah ada paksaan untuk memeluk
agama ini. “Bagimu agamamu, bagiku
agamaku” adalah penggalan ayat QS Al-Kafirun ayat 6. Ini
menunjukkan bahwa Islam sangat menghargai setiap perbedaan dan tidak pernah
memaksa orang lain untuk memeluk agamanya.
Kalau kita belajar masa sejarah kegemilangan Islam, ada banyak hal yang bisa
kita pelajari tentang pentingnya tetap menjaga keharmonisan hidup dengan
menghargai keragaman yang ada. Hal itu karena Islam adalah agama yang
menjunjung tinggi hak asasi manusia, maka aturan-aturan yang dibuat sangat
menekankan prinsip persamaan dan kebebasan yang bertanggung jawab.
Inilah sebabnya ketika Islam
menjadi sebuah imperium besar di dunia, tidak pernah ada satu kisahpun yang
menceritakan adanya penindasan dan ketidakadilan yang dilakukan penguasa muslim
terhadap rakyat yang memeluk agama yang berbeda.
Negeri yang dikuasai oleh
Muslim terbebas dari berbagai aturan dan dampak buruk sistem feodal. Dimana
dalam sistem ini, terdapat kasta-kasta yang membedakan antara kelompok
masyarakat tertentu dibandingkan yang lain. Misalnya, golongan bangsawan lebih
terhormat dan mendapat perlakuan istimewa dibandingkan dengan mereka yang
berasal dari keluarga petani dan lain sebagainya.
Persamaan hak juga berlaku bagi mereka warga negara non-muslim yang berada di
negara Islam. Hak mereka sepenuhnya dijamin oleh negara, mereka mempunyai hak
dan kewajiban yang sama layaknya warga negara yang beragama islam. Bahkan
sahabat Nabi, yakni Abu Bakar mengatakan “darah mereka sama dengan darah kita” yang dengan jelas
menunjukkan bahwa warga non-muslim diperlakukan sama dengan warga muslim
lainnya.
Di zaman yang semakin
kompleks dan penuh dengan perbedaan ini, sepertinya kita harus kembali kepada
tatanan aturan bermasyarakat yang dicontohkan oleh Nabi. Menghargai dan
menghormati adalah kunci dari kerukunan masyarakat di tengah beragam pluralisme
yang ada.