Sungguh sangat memalukan dan mengenaskan, ngakunya muslim tetapi
kelakuan berandal, kriminal, senengnya pacaran, hobinya seks bebas,
ngelawan orang tua, nggak hormati guru, doyan judi, malas, lebih seneng
haha hihi cekikikan di facebook ketimbang serius belajar Islam, banyak
yang malah sering baca status dan komen di facebook ketimbang baca
al-Quran, dan seabrek kelakuan negatif bin maksiat lainnya. Aduuuh…
nggak banget deh kalo ada remaja muslim dengan ciri-ciri seperti di
atas. Padahal, seharusnya Islam menjadi aturan. Tetapi, jika
kenyataannya begitu, diletakkan di mana, Islam bagimu, Boy?
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia Suluah. Yuk, kita
interospeksi diri, evaluasi diri, dan tentu saja segera sadar kalo kita
udah salah jalan. Balik arah kembali kepada Islam yang emang menjadi
agama kita. Jangan sampe deh kamu ngakunya muslim tetapi banyak dari
ajaran Islam malah kamu nggak lakuin. Ngakunya muslim tetapi kamu malah
minder dengan status muslimmu. Ketika rame-rame orang menuduh kegiatan
rohis di sekolah sebagai sarang teroris, atau fitnah terhadap institusi
pesantren sebagai tempat untuk memproduksi para teroris, eh kamu malah
kalap lalu ikut-ikutan nyalahin mereka. Yah, kalo kayak gitu berarti
kamu udah termakan opini musuh-musuh Islam. Sebab, memang mereka
menginginkan agar umat Islam benci—atau minimal—minder dengan agamanya
sendiri. Payah dan menyebalkan!
Memang nggak mudah jalani keyakinan ajaran Islam ketika kita lemah
iman. Jangankan lemah iman, kalo kita lemah kondisi tubuh aja kita mudah
terserang penyakit. Itu sebabnya, kalo kita lemah iman maka berbagai
macam penyakit hati dan pikiran akan mudah menginfeksi. Contohnya:
hasad, dengki, sombong, riya’, wahn, malas, futur, bakhil, kikir dan
sejenisnya. Juga penyakit pikiran macam liberalisme, komunisme,
sosialisme, feminisme, kapitalisme, hedonisme, permisifisme,
sekularisme, termasuk di dalamnya ajaran-ajaran kekufuran dan kesesatan
lainnya seperti yang ngelakuin pacaran, seks bebas, make narkoba, tukang
berzina, aktivis tawuran dan sejenisnya. Itulah akibat lemah iman.
Maka, ayo perbagus imanmu agar senantiasa bisa memfilter berbagai ide
yang bertentangan dan bahkan menentang Islam. Iman kepada Allah Swt
insya Allah akan memberikan ketahanan kita terhadap hal-hal yang bisa
merusak akidah, juga dengan iman yang kuat akan bisa membentengi diri
dari hal yang melanggar syariat Islam.
Malpraktek terhadap syariat Islam
Kita perlu berpikir serius mengenai hal ini Bro en Sis. Gimana nggak,
kita sering menghadapi kenyataan bahwa banyak kaum muslimin yang salah
dalam mengamalkan syariat Islam, dan malah lebih parah lagi tidak
mengamalkan syariat Islam meski ngakunya muslim. Padahal, akibatnya bisa
fatal lho. Kalo di dunia medis saja ada istilah malpraktek yang bikin
nyawa orang lain melayang gara-gara salah prosedur dalam menangani
penyakit, maka dalam Islam lebih parah lagi akibatnya kalo ada kaum
muslimin yang malpraktek terhadap syariat Islam. Bahaya kuadrat karena
memungkinkan pelakunya mendapat dosa dan siksa di akhirat kelak!
Bener banget lho. Ngakunya muslim, tapi memilih diatur bukan dengan
syariat Islam. Itu namanya malpraktek terhadap syariat Islam. Mereka
yang mengklaim dirinya muslim, tetapi menolak penerapan syariat Islam,
ini juga termasuk golongan yang malpraktek terhadap syariat Islam. Belum
lagi yang meyakini bahwa ukhuwah itu sesama kaum muslimin, tetapi
prakteknya kok cuma sesama kelompoknya? Ngaku-ngaku ke orang sekampung
kalo dirinya muslimah, tapi kok nggak berhijab? Baca al-Quran sih tiap hari. Tapi kok, nggak pernah mau
ikuti petunjukNya di al-Quran? Dalam sunyi sepi sendiri bermunajat
memohon ampunan Allah Ta’ala. Tapi setelahnya malah percaya dukun. Duh,
kondisi ini udah sering hadir dalam kehidupan kita Bro en Sis. Sungguh
menjadi bahan evaluasi diri, sebab bisa jadi kenyataan model gitu juga
kita alami tanpa sadar. Jleb!
Evaluasi diri
Jika dirimu merasa telah banyak berbuat baik, apakah yakin semua itu
dikerjakan dengan ikhlas? Kalo boleh bilang: “Berbuatlah sesukamu. Tapi
ingat akan pertanggungan jawabmu di hadapan AllahTa’ala kelak di yaumil
hisab.” Jika kamu bangga dengan dosa-dosamu, tobatlah sebelum ajal
menjemputmu. Jika kau berpikir bahwa deretan prestasi dan penghargaan
sebagai bukti kesuksesanmu, apakah itu membuatmu takabur atau bersyukur?
Andai saja kau merasa berjasa kepada banyak orang, apakah itu dilakukan
demi raih ridho Allah atau ridho manusia? Jika dalam hatimu kau
mengklaim paling hebat dakwahmu, renungkan: apakah demi Islam atau
eksistensi dirimu? Kau teramat bangga dengan status sosialmu, tetapi
kenapa malu mengakui diri muslim sejati? Kau teramat teliti terhadap
keluar-masuknya hartamu, tetapi amat lalai atas pahala dan dosa yang kau
perbuat.
Duh, pernyataan dan pertanyaan dalam paragraf di atas seharusnya bisa
memberikan suntikan interospeksi diri buat kita semua. Iya, apalagi
jika faktanya kita memang melakukan hal-hal buruk itu. Bener sobat, kita
perlu bertanya juga kepada diri kita: Apakah sebagai muslim kau merasa
bangga dengan Islam? Jika “ya”, kenapa tak memperjuangkan tegaknya
syariat Islam? Bagi para aktivis dakwah, sentilan ini mungkin cukup
menjadi cambuk: “Kau sering merasa lelah dalam dakwah, padahal usahamu
sedikit tetapi keluh kesahmu selangit.” Walah!
Bro en Sis rahimakumullah, kalian yang merasa bangga dengan segala
titel akademik, tetapi mengapa malu mengakui predikat kemusliman kalian?
Kau merasa begitu resah saat gagal dalam perniagaan, tetapi tetap
tenang ketika waktu shalat di batas akhir dan kau belum juga
melaksanakan shalat. Kau bisa lebih tegas bersikap atas harga dirimu
yang diinjak orang lain, tetapi bungkam saat kehormatan Nabimu
direndahkan musuhnya. Kau akan memilih emas murni sebagai perhiasanmu,
tetapi kenapa tak pernah berusaha memurnikan akidahmu? Kau amat terluka
saat kekasihmu selingkuh, tetapi tak jua sadar dan tobat saat dirimu
menyekutukan Allah Ta’ala. Kau sangat semangat berburu perhiasan
duniawi, tetapi amat sedikit usahamu untuk akhiratmu. Pikirkan baik-baik
ya.
Begitu pula, banyak di antara kita yang daftar doanya kepada Allah
Ta’ala dipenuhi daftar keinginan duniawi, tetapi kenapa ibadah kepadaNya
seperlunya saja? Kita selalu memohon yang terbaik bagi hidup kita
kepada Allah Ta’ala, tetapi sering lupa mentaati perintahNya. Saat
gelisah dan kecewa Allah Ta’ala selalu kita sebut namaNya, tetapi di
kala suka dan bahagia kita lupa menyembahNya. Kita terlalu sering
berharap kebaikan diguyurkan Allah Swt untuk kita, tetapi amat sedikit
kita bersyukur kepadaNya. Kita senantiasa khusyuk memohon kepada Allah
Ta’ala di kala resah, tetapi kenapa berharap seperlunya di saat bahagia?
Jika keinginanmu dikabulkan Allah Ta’ala kau memujiNya, tetapi kenapa
saat tak dikabulkan kau berburuk sangka kepadaNya?
Aduh, renungkan
sobat! Interospeksi diri yuk. Sebab, sudah terlalu banyak dosa dan salah
yang kita lakukan.
Semoga sedikit fakta dan ciri-ciri negatif yang udah kita bahas di
Suluah edisi ini, bisa membuat sadar kita yang mungkin saja selama
ini meletakkan Islam bagi kita di nomor sekian dari urusan kehidupan
duniawi kita. Sadarlah dan segera bertobat lalu bangkit untuk amalkan
syariat Islam dengan benar dan baik sesuai tuntunan Allah Swt. dan
RasulNya.