Selamat Datang

Kamis, 25 Oktober 2012

Di Mana, Islam Bagimu?

Sungguh sangat memalukan dan mengenaskan, ngakunya muslim tetapi kelakuan berandal, kriminal, senengnya pacaran, hobinya seks bebas, ngelawan orang tua, nggak hormati guru, doyan judi, malas, lebih seneng haha hihi cekikikan di facebook ketimbang serius belajar Islam, banyak yang malah sering baca status dan komen di facebook ketimbang baca al-Quran, dan seabrek kelakuan negatif bin maksiat lainnya. Aduuuh… nggak banget deh kalo ada remaja muslim dengan ciri-ciri seperti di atas. Padahal, seharusnya Islam menjadi aturan. Tetapi, jika kenyataannya begitu, diletakkan di mana, Islam bagimu, Boy?


Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia Suluah. Yuk, kita interospeksi diri, evaluasi diri, dan tentu saja segera sadar kalo kita udah salah jalan. Balik arah kembali kepada Islam yang emang menjadi agama kita. Jangan sampe deh kamu ngakunya muslim tetapi banyak dari ajaran Islam malah kamu nggak lakuin. Ngakunya muslim tetapi kamu malah minder dengan status muslimmu. Ketika rame-rame orang menuduh kegiatan rohis di sekolah sebagai sarang teroris, atau fitnah terhadap institusi pesantren sebagai tempat untuk memproduksi para teroris, eh kamu malah kalap lalu ikut-ikutan nyalahin mereka. Yah, kalo kayak gitu berarti kamu udah termakan opini musuh-musuh Islam. Sebab, memang mereka menginginkan agar umat Islam benci—atau minimal—minder dengan agamanya sendiri. Payah dan menyebalkan!


Memang nggak mudah jalani keyakinan ajaran Islam ketika kita lemah iman. Jangankan lemah iman, kalo kita lemah kondisi tubuh aja kita mudah terserang penyakit. Itu sebabnya, kalo kita lemah iman maka berbagai macam penyakit hati dan pikiran akan mudah menginfeksi. Contohnya: hasad, dengki, sombong, riya’, wahn, malas, futur, bakhil, kikir dan sejenisnya. Juga penyakit pikiran macam liberalisme, komunisme, sosialisme, feminisme, kapitalisme, hedonisme, permisifisme, sekularisme, termasuk di dalamnya ajaran-ajaran kekufuran dan kesesatan lainnya seperti yang ngelakuin pacaran, seks bebas, make narkoba, tukang berzina, aktivis tawuran dan sejenisnya. Itulah akibat lemah iman. Maka, ayo perbagus imanmu agar senantiasa bisa memfilter berbagai ide yang bertentangan dan bahkan menentang Islam. Iman kepada Allah Swt insya Allah akan memberikan ketahanan kita terhadap hal-hal yang bisa merusak akidah, juga dengan iman yang kuat akan bisa membentengi diri dari hal yang melanggar syariat Islam. 

 
Malpraktek terhadap syariat Islam


Kita perlu berpikir serius mengenai hal ini Bro en Sis. Gimana nggak, kita sering menghadapi kenyataan bahwa banyak kaum muslimin yang salah dalam mengamalkan syariat Islam, dan malah lebih parah lagi tidak mengamalkan syariat Islam meski ngakunya muslim. Padahal, akibatnya bisa fatal lho. Kalo di dunia medis saja ada istilah malpraktek yang bikin nyawa orang lain melayang gara-gara salah prosedur dalam menangani penyakit, maka dalam Islam lebih parah lagi akibatnya kalo ada kaum muslimin yang malpraktek terhadap syariat Islam. Bahaya kuadrat karena memungkinkan pelakunya mendapat dosa dan siksa di akhirat kelak!
Bener banget lho. Ngakunya muslim, tapi memilih diatur bukan dengan syariat Islam. Itu namanya malpraktek terhadap syariat Islam. Mereka yang mengklaim dirinya muslim, tetapi menolak penerapan syariat Islam, ini juga termasuk golongan yang malpraktek terhadap syariat Islam. Belum lagi yang meyakini bahwa ukhuwah itu sesama kaum muslimin, tetapi prakteknya kok cuma sesama kelompoknya? Ngaku-ngaku ke orang sekampung kalo dirinya muslimah, tapi kok nggak berhijab? Baca al-Quran sih tiap hari. Tapi kok, nggak pernah mau ikuti petunjukNya di al-Quran? Dalam sunyi sepi sendiri bermunajat memohon ampunan Allah Ta’ala. Tapi setelahnya malah percaya dukun. Duh, kondisi ini udah sering hadir dalam kehidupan kita Bro en Sis. Sungguh menjadi bahan evaluasi diri, sebab bisa jadi kenyataan model gitu juga kita alami tanpa sadar. Jleb!


Bener banget, masih banyak pelaku malpraktek terhadap syariat Islam. Ada banyak yang ngakunya muslim, tapi setiap kali berjanji tak pernah sekalipun ditepati. Katanya percaya takdir diatur oleh Allah Swt., tapi kok masih percaya ramalan dan iseng-iseng ‘main’ zodiak? Katanya ashobiyah itu dilarang dalam Islam, tetapi kok membela kelompoknya atau organisasinya mati-matian meski sudah terbukti salah? Katanya sesama mukmin itu bersaudara, tapi kenapa bertahun-tahun memelihara karat kebencian hanya karena berbeda harokah (kelompok dakwah)? Ngakunya ikhlas semata mengharap ridho Allah Ta’ala, faktanya raih ridho manusia lebih prioritas baginya. Memohon kepada Allah Ta’ala dalam doa ingin dapatkan jodoh terbaik, tapi kok dirinya belajar Islam aja ogah? Berharap banget jadi wanita shalihah, tetapi kok disuruh pake kerudung aja nggak mau, apalagi kalo disuruh pake jilbab? Sadarlah Bro en Sis, semua itu adalah cermin diri kita. Kita dan saudara kaum muslimin saat ini memang jauh banget dari pelaksanaan terhadap syariat Islam. Itu terjadi karena banyak di antara kita yang lemah iman kepada Allah Swt. Jadi, ayo perbagus imanmu!

 
Evaluasi diri


Jika dirimu merasa telah banyak berbuat baik, apakah yakin semua itu dikerjakan dengan ikhlas? Kalo boleh bilang: “Berbuatlah sesukamu. Tapi ingat akan pertanggungan jawabmu di hadapan AllahTa’ala kelak di yaumil hisab.” Jika kamu bangga dengan dosa-dosamu, tobatlah sebelum ajal menjemputmu. Jika kau berpikir bahwa deretan prestasi dan penghargaan sebagai bukti kesuksesanmu, apakah itu membuatmu takabur atau bersyukur? Andai saja kau merasa berjasa kepada banyak orang, apakah itu dilakukan demi raih ridho Allah atau ridho manusia? Jika dalam hatimu kau mengklaim paling hebat dakwahmu, renungkan: apakah demi Islam atau eksistensi dirimu? Kau teramat bangga dengan status sosialmu, tetapi kenapa malu mengakui diri muslim sejati? Kau teramat teliti terhadap keluar-masuknya hartamu, tetapi amat lalai atas pahala dan dosa yang kau perbuat.


Duh, pernyataan dan pertanyaan dalam paragraf di atas seharusnya bisa memberikan suntikan interospeksi diri buat kita semua. Iya, apalagi jika faktanya kita memang melakukan hal-hal buruk itu. Bener sobat, kita perlu bertanya juga kepada diri kita: Apakah sebagai muslim kau merasa bangga dengan Islam? Jika “ya”, kenapa tak memperjuangkan tegaknya syariat Islam? Bagi para aktivis dakwah, sentilan ini mungkin cukup menjadi cambuk: “Kau sering merasa lelah dalam dakwah, padahal usahamu sedikit tetapi keluh kesahmu selangit.” Walah!


Bro en Sis rahimakumullah, kalian yang merasa bangga dengan segala titel akademik, tetapi mengapa malu mengakui predikat kemusliman kalian? Kau merasa begitu resah saat gagal dalam perniagaan, tetapi tetap tenang ketika waktu shalat di batas akhir dan kau belum juga melaksanakan shalat. Kau bisa lebih tegas bersikap atas harga dirimu yang diinjak orang lain, tetapi bungkam saat kehormatan Nabimu direndahkan musuhnya. Kau akan memilih emas murni sebagai perhiasanmu, tetapi kenapa tak pernah berusaha memurnikan akidahmu? Kau amat terluka saat kekasihmu selingkuh, tetapi tak jua sadar dan tobat saat dirimu menyekutukan Allah Ta’ala. Kau sangat semangat berburu perhiasan duniawi, tetapi amat sedikit usahamu untuk akhiratmu. Pikirkan baik-baik ya.


Begitu pula, banyak di antara kita yang daftar doanya kepada Allah Ta’ala dipenuhi daftar keinginan duniawi, tetapi kenapa ibadah kepadaNya seperlunya saja? Kita selalu memohon yang terbaik bagi hidup kita kepada Allah Ta’ala, tetapi sering lupa mentaati perintahNya. Saat gelisah dan kecewa Allah Ta’ala selalu kita sebut namaNya, tetapi di kala suka dan bahagia kita lupa menyembahNya. Kita terlalu sering berharap kebaikan diguyurkan Allah Swt untuk kita, tetapi amat sedikit kita bersyukur kepadaNya. Kita senantiasa khusyuk memohon kepada Allah Ta’ala di kala resah, tetapi kenapa berharap seperlunya di saat bahagia? Jika keinginanmu dikabulkan Allah Ta’ala kau memujiNya, tetapi kenapa saat tak dikabulkan kau berburuk sangka kepadaNya?


Aduh, renungkan sobat! Interospeksi diri yuk. Sebab, sudah terlalu banyak dosa dan salah yang kita lakukan.
Semoga sedikit fakta dan ciri-ciri negatif yang udah kita bahas di Suluah edisi ini, bisa membuat sadar kita yang mungkin saja selama ini meletakkan Islam bagi kita di nomor sekian dari urusan kehidupan duniawi kita. Sadarlah dan segera bertobat lalu bangkit untuk amalkan syariat Islam dengan benar dan baik sesuai tuntunan Allah Swt. dan RasulNya.

Kamis, 18 Oktober 2012

Pemuda Islam Tiang Bangsa


 


Pemuda.!!!



Pemuda adalah suatu umur yang memiliki kehebatan sendiri,menurut DR.Yusuf Qardhawi ibarat matahari maka usia muda ibarat jam 12 ketika matahari bersinar paling terang dan paling panas.Pemuda mempunyai kekuatan yang lebih secara fisik dan semangat bila dibanding dengan anak kecil atau orang-orang jompo.Pemuda mempunyai potensi yang luar biasa,bisa dikatakan seperti dinamit atau TNT bila diledakan.Subhanallah.


Sejarah pun juga membuktikan bahwa pemuda berperan penting dalam kemerdekaan.Dimana saja,di negara mana saja kemerdekaan tak pernah luput dari peran pemuda.Karena pemudalah yang paling bersemangat dan ambisius memperjuangkan perubahan menuju lebih baik. Hasan Al Banna seorang tokoh pergerakan di Mesir pernah berkata,"Di setiap kebangkitan pemudalah pilarnya, di setiap pemikiran pemudalah pengibar panji-panjinya."Begitu juga dalam sejarah Islam,banyak pemuda yang mendampingi Rasulullah dalam berjuangan sperti Mushaib bin Umair ,Ali bin Abi tholib,Aisyah dll.Waktu itu banyak yang masih berusia 8,10 atau 12 tahun.Dan usia-usia itu tidak dapat diremehkan.Mereka punya peran penting dalam perjuangan.Maka dari itu jika ingin Indonesia menjadi lebih baik maka perbaikan itu yang utama ada di tangan pemuda,Perbaikan itu akan tegak dari tangan pemuda dan dari pemuda.


Pemuda mempunyai banyak potensi.Akan tetapi jika tidak dilakukan pembinaan yang terjadi adalah sebaliknya.Potensinya tak tergali,semangatnya melemah atau yang lebih buruk lagi ia menggunakan potensinya untuk hal-hal yang tidak baik misalnya tawuran dsb.
Sekali lagi ,pemuda adalah usia dan sosok yang hebat tapi tidak semua pemuda hebat . Pemuda yang hebat adalah pemuda yang B A B.:Apa itu B A B?


B.BERANI BERMIMPI DAN BERNIAT


Mana mungkin kita sebagai pemuda bisa maju jika bermimpi saja tidak berani.Impian adalah cita-cita maka beranilah bermimipi,bagaimana bisa dapat nilai sembilan dalam ujian praktek ,bila bermimipi angka sembilan ada di raport saja tidak berani, bagaimana bisa dapat nilai sembilan jika mimpinya (cita-citanya) hanya dapat 6.Kalau ingin dapat nilai sembilan maka impikanlah nilai sepuluh.Saya pasti bisa dapat 10.impikan saja,bayangkan saja 10 jangan 9,8 apalagi 5.Impian akan menimbulkan niat ,niat akan menimbulkan sikap,sikap akan menimbulkan usaha untuk mewujudkan cita-cita .Dan impian juga akan menimbulkan semangat ,semangat ibarat api yang akan memicu ledakan potensi yang luar biasa.Maka marilah kita miliki impian,obsesi dan ambisi istilah kerennya POENYA TASTE hehe sperti iklan aja.


Niat .Niat saja tidak berani bagamana bisa berbuat.Niat saja mulai sekarang ,tapi yang baik-baik.Sabda Nabi,"segala sesuatu itu tergantung niatnya.Pemuda harus punya niat. Niat menumbuhkan kesungguhan dalam beramal,keseriusan dalam berfikir serta keteguhan dalam menghadapi penghalang. Niat yang sempurna adalah niat karena Allah dengan landasan iman. Rasulullah bersabda dalam sebuah hadist dari Umar bin Khatab bahwa barang siapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya,barang siapa berhijrah untuk dunia yang ia cari atau wanita yang akan dinikahi maka hijrahnya untuk yang ia niatkan. Dengan niat karena Allah kita akan mendapat ridho-Nya Insya Allah.


A.ANDALKAN DIRI SENDIRI


Pemuda yang hebat bukan pemuda yang berkata,"Ayah ku polisi lho,jangan macam-macam sama aku" atau "ayahku kaya ,aku minta apa-apa pasti dituruti." Bukan seperti itu, tapi pemuda yang hebat dan berjiwa besar adalah pemuda yang berkata,"inilah diri" atau " menjadi diriku dengan segala kekurangan" kayak nasyidnya es coustic.Pemuda yang hebat adalah pemuda yang tidak menyombongkan prestasi ayahnya,pamannya,ibunya atau lain-lain. Mereka sadar,andaikata ayah mereka polisi mereka sadar yang polisi kan ayah bukan saya,klo ayah mereka pejabat yang berprestasi mereka sadar itu prestasi ayah buka saya,saya harus ciptakan prestasi sendiri.


Jadilah mereka pemuda yang mandiri, dengan kemandirian itu ia terpacu untuk tidak menggantungkan diri pada siapa pun kecuali Allah ,ia menjadi yang tangguh,ia berusaha memacu dirinya menjadi lebih baik dari hari ke hari sampai akhirnya ia bisa merubah lingkungannya. Ia menjadi pemuda yang percaya diri.


B.BERANI BERBUAT


Jika sudah punya mimpi dan percaya akan kemampuan sendiri maka yang berikutnya ialah siap action.Yup berbuat,berani untuk melakukan aksi-aksi perubahan.
Merubah diri sendiri dengan mengendalikan hawa nafsu,mencari ilmu, memperbaiki ibadah.Berani mencoba untuk sebuah kemenangan tanpa takut gagal.Ingatlah bahwa kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.Thomas alfa Edison berhasil menemukan bola lampu pada percobaan ke 14.000, berarti dia telah gagal dalam 13.999 percobaan,tapi dia tidak menyerah.Berani mencoba, bagaimana mungkin akan menang lomba lari jika mencoba mendaftar lomba saja tidak berani. Berani memulai. Memulai adalah hal yang sulit kata sebagian orang , setelah itu akan berjalan lancar.Maka kita harus berani memulai,walaupun sulit coba dulu,Insya Allah berikutnya berhasil.Mulai dari yang kecil ,ingin membersihkan Yogya dari sampah? mulailah dengan kita membuang sampah pada tempatnya.Tidak perlu ditunda-tunda mulai dari sekarang, tidak perlu menunggu orang lain mulai dari diri sendiri saja.


Berani beraksi adalah wujud konsisten kita pada apa yang kita yakini,kita impikan.Kita memimpikan Indonesia menjadi lebih baik maka berani beraksi untuk perbaikan tersebut sesuai dengan kreativitas kita adalah hal yang hebat. Dari yang kecil tidak masalah. Yang penting kita berani.Tatap dunia , hadapi, jangan bersembunyai, jangan hanya bicara tapi berbuat,beramal.Kita tunjukan bahwa kita pemuda , kita tidak diam tapi bergerak menuju perbaikan yang lebih baik.Bahwa kita tidak duduk, tapi kita berjuang.Talk less to do more.


Sahabat-sahabat kita adalah pemuda,masa depan negeri ada ditangan kita,Perubahan ada di tangan kita mari kita mencari ilmu ,membina diri dengan sekolah yang tekun ,ikut mentoring untuk memperkokoh keyakinan,ikut kajian kemudian membina fisik agar sehat dan kuat.Agar kita bisa mengelola dan merubah masa depan.

Pemuda dengan fisik yang masih sehat dan kuat serta penuh semangat, daya pikir yang masih segar sehingga dapat menimba ilmu dan keterampilan sebanyak-banyaknya, mau menerima pemikiran dan ide baru sehingga para pemuda selalu menjadi pelopor dalam berbagai hal. Dibanding generasi tua yang meskipun dari segi fisik sudah banyak berkurang namun generasi tua lebih menang pengalaman sehingga dalam melakukan tindakan lebih cenderung berhati-hati dan penuh perhitungan, puas dengan pemikiran pada zamannya dan cenderung melihat segala hal pada zamannya lebih baik daripada jaman generasi selanjutnya. Sehingga tidak heran hal inilah yang menjadi pertentangan antara para pemuda dengan generasi tua.
 

Bagaimanapun juga para pemuda selalu menjadi pelopor terutama dalam sejarah Islam baik di masa lampau maupun di masa depan. Seperti kisah Nabi Ibrahim saat remaja yang dengan berani menegur dan memperingatkan ayahnya yang menyembah berhala   demikian pula Nabi Ibrahim yang saat itu muda berani  memperingatkan raja Namrud meskipun ia harus menghadapi kemurkaan raja Namrud. Juga kita bisa lihat bagaimana perjuangan Nabi Muhammad dalam menegakkan Islam yang mendapat dukungan dari kalangan pemuda Arab saat itu yang mendapat bimbingan serta pengarahan dari Rasul sendiri yang kelak dikemudian hari para pemuda tersebut menjadi tokoh besar dalam sejarah Islam seperti: Ali bin Abi Thalib, Umar bin Khatab, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Muadz bin Jabal,  Zaid bin Tsabit &  Khalid bin Walid.

Kamis, 11 Oktober 2012

Peran Pemuda dalam Perubahan Masyarakat

Soekarno mengatakan: “Berikan aku sepuluh pemuda, maka akan aku ubah dunia.”

Siapakah pemuda? Dalam Al-Qur’an, pemuda disebut dengan fatan. Misalnya sebutan fatan untuk Nabi Ibrahim muda, yang ketika itu sedang dicari oleh Raja Namrud karena dituduh menghancurkan patung-patung berhala. Fatan yuqaalu lahu Ibrahim. Juga sebutan fityatun untuk para pemuda Ashabul Kahfi. Innahum fityatun amanuu birabbihim wa zidnaahum hudaa.

Sedangkan dalam Hadits, pemuda disebut sebagai syaab. Misalnya dalam hadits “Lima Perkara Sebelum Lima Perkara Lainnya”: syabaabaka qabla haramika (masa mudamu sebelum masa tuamu). Juga dalam hadits “Tujuh Golongan Yang Mendapat Naungan Allah”: syaab nasya-a fii ‘ibadatillah (seorang pemuda yang tumbuh besar dalam ibadah dan taat kepada Allah).

Dari sisi usia, pemuda terbagi ke dalam dua fase yaitu fase puber/remaja berusia antara 10 sampai 21 tahun, dan fase dewasa awal berusia antara 21 sampai 35 tahun. Sebagian berpendapat bahwa siapapun yang berusia dibawah 40 tahun semenjak ia menjadi baligh bisa disebut sebagai pemuda. Barangkali patokannya adalah usia kerasulan Muhammad saw, yaitu 40 tahun. Adapun dari sisi karakter, pemuda adalah sebagaimana yang diuraikan oleh Imam Hasan Al-Banna: “Sesungguhnya sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalannya, semangat dalam merealisasikannya, dan kesiapan untuk beramal serta berkorban dalam mewujudkannya. Keempat rukun ini, yakni iman, ikhlas, semangat, dan amal (serta pengorbanan) merupakan karakter yang melekat pada pemuda. Karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang bertakwa, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dan dasar amal (dan pengorbanan) adalah kemauan yang kuat. Hal itu semua tidak terdapat kecuali pada diri pemuda.”

Mengapa pemuda? Alasan pertama, karena pemuda adalah generasi penerus, yaitu generasi yang meneruskan generasi sebelumnya yang baik. Allah SWT berfirman, “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun pahala amal mereka.” (QS. Ath-Thur : 21)

Alasan kedua, karena pemuda adalah generasi pengganti, yakni menjadi pengganti generasi sebelumnya yang buruk dan tidak taat kepada Allah. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintainya.” (QS. Al-Maidah : 54)

Dan alasan ketiga, karena pemuda adalah ruh baru, pengubah dan pembaharu, sebagaimana sososk seorang Nabi Ibrahim muda yang dikisahkan dalam Al-Qur’an: “Ingatlah ketika ia (Ibrahim) berkata kepada bapaknya : Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong sedikitpun.” (QS. Maryam : 42)

Kelebihan pemuda:

Pemuda memiliki empat kelebihan. Pertama, kekuatan spiritual: iman, takwa, dan ikhlas. Kedua, kekuatan intelektual: ingatan dan analisa yang tajam. Ketiga, kekuatan emosional: menggelora dan meledak-ledak, semangat dan kemauan yang kuat. Dan keempat, kekuatan fisik: tubuh masih segar dan sehat, otot-otot masih kuat.

Sosok Pemuda dalam Sejarah Kemanusiaan

Di masa terdahulu, ada sosok-sosok seperti Nabi Ibrahim muda, yang disebutkan oleh Al-Qur’an sebagai “fatan yuqalu lahu ibrahim”. Ada juga para pemuda Ashhabul Kahfi, yang disebutkan oleh Al-Qur’an sebagai “innahum fityatun amanu birabbihim wa zidnahum huda”.

Demikian pula di masa Rasulullah saw, kita mendapati bahwa sebagian besar yang dibina oleh Rasulullah saw di rumah Arqaam bin Abil Arqam adalah para pemuda. Berikut ini nama-nama mereka:
Ali bin Ali Thalib, paling muda, 8 tahun
Az Zubair bin Al ‘Awwam, 8 tahun
Thalhah bin Ubaidillah, 11 tahun
Al Arqam bin Abil Arqaam, 12 tahun
Abdullah bin Mas’ud, 14 tahun
Sa’ad bin Abi Waqqaas, 17 tahun
Su’ud bin Rabi’ah, 17 tahun
Abdullah bin Mazh’un, 17 tahun
Ja’far bin Abi Thalib, 18 tahun
Qudaamah bin Mazh’un, 19 tahun
Sa’id bin Zaid, di bawah 20 tahun
Suhaib Ar Rumi, di bawah 20 tahun
Assa’ib bin Mazh’un, sekitar 20 tahun
Zaid bin Haritsah, sekitar 20 tahun
‘Usman bin ‘Affan, sekitar 20 tahun
Tulaib bin ‘Umair, sekitar 20 tahun
Khabab bin Al Art, juga sekitar 20 tahun
‘Aamir bin Fahirah, 23 tahun
Mush’ab bin ‘Umair, 24 tahun
Al Miqdad bin Al Aswad, 24 tahun
Abdullah bin Al Jahsy, 25 tahun
Umar bin Al Khaththab, 26 tahun
Abu Ubaidah Ibnul Jarrah, 27 tahun
‘Utbah bin Ghazwaan, juga 27 tahun
Abu Hudzaifah bin ‘Utbah, sekitar 30 tahun
Bilal bin Rabah, sekitar 30 tahun
‘Ayyasy bin Rabi’ah, sekitar 30 tahun
‘Amir bin Rabi’ah, sekitar 30 tahun
Nu’aim bin Abdillah, hampir 30 tahun
‘Usman bin Mazh’un, sekitar 30 tahun
Abu Salamah, Abdullah bin ‘Abdil Asad Al Makhzumi, sekitar 30 tahun
Abdurrahman bin ‘Auf, 30 tahun
Ammar bin Yasir, antara 30-40 tahun
Abu Bakar Ash Shiddiq, 37 tahun

Sepeninggal Rasulullah saw, kita memiliki sosok seperti Umar bin Abdul Aziz, yang menjadi khalifah sebelum berusia 35 tahun. Karena keadilan dan kebijaksanaannya dalam memimpin, sampai-sampai ia dijuluki sebagai khalifah rasyidah yang ke-5. Kita juga mengenal Muhammad Al-Fatih, yang dalam usia belia memimpin penaklukan Konstantinopel

Adapun di masa kontemporer, kita mengenal sosok seperti Hasan Al-Banna, seorang pemuda yang memelopori pergerakan yang paling berpengaruh di dunia. Peran pemuda juga bisa kita lihat dalam Gerakan mahasiswa di Mesir (1946, membebaskan diri dari hegemoni Inggris, Maidan At-Tahrir), di Yunani (National Union of Greek Students meruntuhkan rezim Papandreou), dan di China (1989, Tragedi Tiananmen).

Di Indonesia, ada Soekarno dan tokoh-tokoh pergerakan pemuda di Indonesia pada zaman kemerdekaan (SDI, Budi Utomo, Perhimpunan Indonesia (Hatta dkk), Sumpah Pemuda, Proklamasi Kemerdekaan). Peran pemuda berikutnya bisa kita lihat dalam gerakan mahasiswa di Indonesia tahun 1965 (Tritura), 1974 (Malari), 1978 (Anti NKK/BKK), dan 1998 (meruntuhkan rezim Suharto).

Demikian pula gerakan perubahan di Timur Tengah tahun 2011 di Tunisia dan Mesir juga dipelopori oleh para pemuda.

Profil pemuda agen perubahan masyarakat – pemuda pelopor, pemuda pemimpin:

Pertama, bertaqwa. Kedua, mandiri: tidak tergantung pada orang lain (berdiri diatas kaki sendiri) serta bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan. Kemandirian disini meliputi: kemandirian emosi (mampu mengendalikan emosi), kemandirian ekonomi, kemandirian intelektual (mampu berinisiatif, kemandirian berpikir dan menciptakan ide/gagasan), dan kemandirian sosial (mampu berinteraksi dengan orang lain secara mandiri).

Ketiga, profesional, artinya mampu bekerja dengan ihsan dan itqan – tekun, kerja keras, berdisiplin, dan memberikan hasil terbaik. Profesionalisme bisa dibangun dengan memanfaatkan kompetensi, baik yang diperoleh dari pendidikan maupun dari pengalaman.

Kelima, peduli , yakni mau melayani masyarakat, karena pemimpin sejatinya adalah pelayan masyarakat. Keenam, berjiwa kepahlawanan, yakni rela berkorban tanpa pamrih, berani, dan siap menjadi perubah, pelopor dan pemimpin.

Bekal yang harus dimiliki oleh pemuda agen perubahan masyarakat:
Conceptual Skill: kemampuan menciptakan ide-ide dan gagasan-gagasan perubahan.
Technical Skill: kemampuan-kemampuan teknis yang dibutuhkan sebagai solusi atas berbagai problematika masyarakat.
Human Skill: kemampuan berhubungan dan berinteraksi dengan manusia lain (relasi interpersonal) dari berbagai komponen masyarakat yang akan diajak untuk melakukan perubahan bersama-sama.

Lalu apa yang harus dilakukan oleh pemuda sesudah berbekal (tazawwud)? Jawabannya tidak lain adalah bergerak (taharruk) dan beramal, karena nahnu ‘amilun, kita adalah generasi yang gemar bekerja dan beramal.

Kamis, 04 Oktober 2012

Pemuda Isalm Pemuda Tangguh

 
Sahabat sekalian, akhir – akhir ini sering sekali kita dengar kata galau menjadi trend di kalangan remaja khususnya. Kata itu menjadi sebuah perwujudan gambaran karaktek pemuda Indonesia saat ini, karena kata-kata yang berkembang ialah bukan kata optimis tapi malah pesimistis. Sehingga secara tidak langsung sebenarnya akan memberikan dampak pada yang mendengarnya. Contoh : bila saya bilang kepada anda, jangan pikirkan gajah! Lalu apa yang terbayang di pikiran anda? Gajah bukan? Sama bila kita bilang jangan galau, maka yang pertama terlintas di pikiran yang mendengar ialah galau, dan pada akhirnya akan mensugesti orang yang mendengarnya menjadi galau “beneran”.


Sudah ribuan artikel dan ratusan seminar motivasi yang bertujuan menghilangkan rasa galau kepada para remaja dan pemuda di Indonesia, dan parahnya, ternyata kata galau malah semakin berkembang dan terus berkembang merasuki alam bawah sadar yang mendengarnya, terlebih strategi yang diberikan oleh motivator – motivator itu instan dan kurang membekas dalam relung hati remaja yang sedang galau. Olehkarena itu kita sebagai umat Islam sesungguhnya tidak usah bersusah payah mencari jalan akan seseorang tidak galau, karena Allah telah mempersiapkannya.


Melihat dan menganalisa pengalaman pribadi penulis, pada akhirnya penulis mencoba menformulakan resep obat anti GALAU abadi untuk para remaja dan semua yang sedang galau, namun resep ini tidak akan berjalan dengan baik jika tidak di lakukan. dan penulis melihat ada orang – orang yang kebal dengan rasa Galau. Resep Mereka ialah


Jadilah penghafal Al –Quran: penulis pada saat kuliah, penulis sering berinteraksi dengan teman – teman yang aktifitas menghafal Qurannya Intens. Dan yang terlihat ialah, mereka yang selalu berusaha menghafal Al-Quran hidupnya selalu bahagia, perasaan mereka penuh dengan harumnya ayat-ayat Allah, sehingga ketika masalah dan rasa galau datang, tidak berhasil menembus indahnya naungan Al –Quran dalam dirinya.


Berbeda antara aktifitas membaca Al –Quran dengan kegiatan menghafal Quran, bila hanya membaca maka ketenangan yang ada bertahan hanya beberapa hari, kemudian jika belum kembali membaca Quran maka rasa galau bisa menembus celah-celah kekosongan ruhani kita.


Sedangkan bila kita fokus pada kegiatan menghafalnya, maka hati akan terus-menerus tanpa disadari untuk selalu melantunkan ayat –ayat Allah dan berusaha menjaga Ayat-Ayat Allah agar terjaga dan tidak lupa, sekalipun saat kita tidak memegang Al –Quran secara langsung. Karena bagi penghafal Quran, dimanapun dia berada dan saat bisa maka ia akan terus melantunkan ayat-ayat yang dihafalnya dalam hatinya, walaupaun saat sedag berada di bis, terminal, angkot, kereta, busway bahkan terkadang mohon maaf, saat di toilet pun, tanpa di pikirkan, yang besenandung di pikiran pada penghafal Quran ialah suara – suara hafalan yang pernah atau sedang mereka dengar.


Sehingga, jika setiap detik kita berinteraksi dengan Al –Quran maka rasa galau akan mati rasa jika mencoba- coba merasuki pikirann kita. Belum lagi di tambah keutamaan seseorang yang hafal Quran nanti di akhirat akan mendapatkan kedudukan yang sangat tinggi setara dengan Nabi dan para Syuhada. Dan Al quran yang jika kit abaca sehari saja akan menjadi syafaat di hari akhirat, apalagi jika kita hafal ayat – ayat Allah tersebut.


Oleh karena itu wajarah jika para remaja atau pemuda di Indonesia mudah galau, karena mereka jarang mendengarkan, membaca dan menghafal Al – Quran. Dan lebih sering mendengarkan musik dan nyanyian yang merupakan sumber kegalauan yang cukup besar. Dan terkadang waktu kita buat (maaf) buang air besar dalam satu hari, lebih lama dari waktu kita untuk membaca atau menghafal Al – Quran.


Intinya mereka para penghafal Al –Quran ialah orang yang kebal rasa dengan galau, bĂȘte dan lemah. Jika ada penghafal Al – Quran masih galau, berarti indahnya Quran belum merasuki sanubari nya.


JIKA INGIN BAHAGIA SELALU DAN ANTI GALAU jadilah PENGHAFAL AL Quran. Kalau tidak percaya, coba saja, rasakan dan lihat apa yang terjadi!!

Kata galau akhir-akhir ini memang popular kita dengar sebagai istilah gaul dalam kehidupan remaja.Tidak hanya sebagai sebuah istilah gaul yang kerap mereka sebutkan, rupanya tanpa sadar mereka pun menganggap kondisi kegalauan jiwa ini sebagai bagian dari hidup gaul. Dalam istilah mereka, ‘Engga Galau engga Gaul.’


Akibatnya, mereka akan merasa senang dan dianggap sebagai remaja gaul jika mereka ikut merasakan galau dalam jiwanya. Musibah sekecil apapun akan sangat sensitive menyentuh perasaan mereka yang kemudian membuat mereka bersedih dan menangis. Atau seperti yang dialami Budi, yang kemudian malas kuliah dan lebih memilih tidur-tiduran. Dan ketika kegalauan itu diketahui oleh orang lain, mereka merasa bangga dan senang karena dipandang sebagai remaja gaul. Seperti telah terjadi upaya kanalisasi eksistensi dalam jiwanya. Tak heran jika kemudian, mereka dengan mudahnya mengekpresikan ke’galau’annya melalui facebook ataupun twitter untuk mendapat respon dari kawan-kawannya.


Jika dianalisis secara psiko-sosial, para remaja yang seringkali update status bernada galau, pada dasarnya disebabkan oleh obsesi untuk menjadi pusat perhatian teman-teman sebayanya. Karena yang tengah menjadi trend adalah fenomena tersebut, maka mereka menganggap jika keluar dari trend maka mereka akan terasing dari komunitasnya. Keinginan untuk dianggap “ada” bahkan lebih baik dan paling “hebat” mendorong mereka untuk berperilaku ganda. Berbeda kepribadian antara dunia nyata dan dunia maya. Yang tadi biasanya pendiam dapat menjadi sangat enerjik untuk mengekspresikan dirinya.  Keadaan ini juga memaksa mereka untuk dapat menampilkan “kepalsuan” yang diciptakan hanya untuk terlihat lebih dan beda.


Fenomena demikian tentu tidak sepantasnya terjadi dalam kehidupan pemuda muslim. Seorang muslim harus pandai memahami setiap masalah lalu menyikapinya dengan bijak. Bukan dengan melebih-lebihkan masalah sepele. Karena itu adalah bukti bahwa dia tidak sanggup menerima ujian yang menimpanya.


Dalam menyikap setiap problema, seorang pemuda muslim tidak sewajarnya mengeluh dan mengeluh. Padahal mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah. Justru menambah beban masalah dalam dirinya. Terlebih ketika keluhan itu disampaikan ke arah yang salah.


Seorang pemuda muslim, dalam menyikapi masalah senantiasa bijak dan berbaik sangka. Ia tidak pernah mengeluhkan masalah secara berlebihan, apalagi jika hanya untuk pamer masalah. Ia memahami bahwa ujian yang menimpanya tidak akan melebihi batas kemampuan dirinya untuk mengatasinya. Dan pada hakikatnya, ujian itu datang dari Allah untuk menguji keimanannya.


“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah: 155)


Karena ujian itu datang dari-Nya, maka ia pun mengeluhkan masalah itu kepada-Nya dan memohon agar dicarikan jalan keluarnya. Kemudian ia berusaha untuk tetap sabar dalam menjalani ujian sembari terus berikhtiar mencari solusi.


“Dan mintalah pertolongan kepada Allah dengan Sabar dan Sholat dan sesungguhnya Sholat itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyuk” (QS Al Baqarah: 45)


Untuk itu wahai pemuda muslim, jangan mudah mengeluh dan jenuh. Jadilah pemuda yang kuat mental dan tangguh dengan keimananmu.


“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS – Ar Ra’d 28)


Wallahu waliyut taufiiq