Selamat Datang

Kamis, 30 Agustus 2012

Islam Tak Bisa Disentuh?

 
 
 
Hehe… Islam tak bisa disentuh alias untouchable? Ah, jadi inget judul film lawas, The Untouchables (1987) yang dibintangi Sean Connery, Kevin Costner dan Robert De Niro. Film tentang gangster yang merajalela di Chicago tahun 1920-an ini dikemas apik oleh sutradara Brian De Palma–yang juga sukses menggarap Mission: Impossible (1996). Disebut untouchable karena kelompok bandit itu tak pernah bisa tersentuh hukum alias kejahatannya tetap menakutkan masyarakat tanpa bisa dijerat hukum karena lembaga pengadilan kalah pamor dan tentu saja para pengadilnya bisa dengan mudah dijejali duit oleh gerombolan bandit ini.


Nah, yang saya maksud Islam tak bisa disentuh ini adalah seolah Islam tuh nggak bisa disentuh sama umatnya sendiri. Kok bisa sih? Buktinya, banyak kaum muslimin yang nggak kenal dengan ajaran Islam. Malah banyak kaum muslimin yang mengambil ajaran dari Barat. Banyak kaum muslimin yang nggak paham hukum syariat tentang larangan mendekati zina, misalnya. Sebaliknya, banyak kaum muslimin lebih suka mempraktikkan gaya hidup permisif dan hedonis warisan budaya Barat. Wajar kalo seks bebas marak, perjudian bejibun, dan kriminalitas meningkat.? Para tokoh cendekiawan muslimnya pun lebih mahir meng-hapal dan mengamalkan pendapat-pendapatnya Voltaire dan Montesque ketimbang hadis-hadis Rasulullah saw. dan pendapat para imam mazhab. Apakah ini salah Islam? Tentu tidak.
Islam nggak salah apa-apa. Bahkan Islam memberikan cahaya terang. Kitanyalah sebagai umatnya yang nggak mau mengenal Islam. Padahal, Islam udah disebarkan sejak lama oleh Rasulullah saw. dan para sahabatnya. Bahkan udah nyebar sampe ke negeri ini. Namun, Islam hanya sebatas agama dan dikenakan simbol-simbolnya saja. Sementara akidahnya masih bolong-bolong diyakini, syariatnya masih compang-camping nggak karuan.


Bukti nyatanya, banyak kok kaum muslimin yang rajin shalat dan rajin puasa, tapi akidahnya kedodoran karena banyak yang masih percaya dukun dan ilmu pengasihan untuk kelancaran hidupnya. Banyak pula kaum muslimin yang kemana-mana senang mengenakan simbol-simbol Islam yang mudah tampak seperti pake peci, sorban, berkerudung (bukan jilbab), mengenakan baju takwa (baju koko), juga ada yang sarungan., tapi pengamalan syariatnya memprihatinkan. Gimana nggak, simbol Islam dikenakan, tapi judi jalan terus, pacaran hot, bahkan remaja puteri yang mengenakan kerudung tapi ikut larut di arena konser musik, campur-baur dengan lawan jenis dan jejingkrakan sehingga tak ada bedanya dengan mereka yang umbar aurat. Duh, mengenaskan sekali nasib kaum muslimin ini. Islam hanya dijadikan sebagai ibadah ritual saja. Sementara pengamalan syariatnya, pengokohan akidahnya nyaris nggak bisa dipelajari karena kemalasan dari kaum muslimin itu sendiri. Musibah!
Yup, kalo gitu benar banget apa yang dikatakan Muhammad Abduh, “al-Islamu mahjubun bil muslimin – agama Islam terhalangi oleh kaum muslimin.” Betul, cahaya dan keagungan Islam pudar oleh perbuatan umatnya sendiri. Umat Islam menjadi perusak citra Islam. Untuk kalangan seperti ini, bukan salah Islam sehingga menganggap Islam the untouchable, tapi justru merekalah yang tak mau disentuh dan tersentuh dengan nilai dan ajaran Islam. Setuju nggak sih?


Salah paham tentang Islam


Sobat muda muslim, ada lagi penyakit yang menerpa kaum muslimin saat ini, yakni salah paham terhadap ajaran Islam. Intinya, Islam nggak dipahami dengan benar dan baik oleh kaum muslimin. Mengapa ini bisa terjadi? Setidaknya ada tiga faktor. Pertama, kaum muslimin salah mengambil jalan hidup, bukan Islam yang diambil, tapi ideologi selain Islam. Mereka menganggap bahwa Islam tak bisa menjadi alat perjuangan, sehingga tak perlu dilibatkan mengatur kehidupan. Kedua, kaum muslimin tidak utuh mempelajari Islam. Ketiga, adanya upaya sistematis mengaburkan pema-haman Islam yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam melalui tokoh-tokoh yang berasal dari kaum muslimin hasil didikan musuh-musuh Islam. Lengkap sudah penderitaan kaum muslimin saat ini. Menyedihkan banget, Bro.
Faktor pertama yang memicu salah paham tentang Islam adalah karena kaum muslimin salah dalam mengambil jalan hidup. Halah, ini sih pastinya bukan cuma salah paham, tapi yang jelas udah salah jalan, karena salah mengambil sumber informasinya. Kayak orang mau bepergian ke suatu tempat, tapi peta jalannya salah. Hmm.. itu sih nyampe kagak, nyasar udah pasti. Tul nggak?


Beberapa bukti atas fakta ini adalah, banyaknya kaum muslimin yang memper-juangkan feminisme, demokrasi, sekularisme, kapitalisme, bahkan sosialisme dengan menganggap bahwa? hal itu lebih relevan untuk saat ini. Waduh, celaka banget tuh. Sebab, sejatinya ide-ide itu bertentangan dengan Islam dan bahkan menentang Islam. Itu tahapan idenya. Akibatnya dalam tataran praktik, nggak sedikit kaum muslimin yang bangga menyan-dang istilah “Kiri” (baca: kaum sosialis) hingga akhirnya mereka berjuang di masyarakat dengan cara-cara seperti yang dilakukan kaum sosiali, Berarti ideologinya ya sosialisme-komunisme. Padahal dirinya muslim, lho. Kadang ada yang masih suka shalat juga. Tapi nggak konek antara pikir dan rasanya. Campur aduk antara Islam dan Sosialisme. Gawat!


Oya, nggak sedikit pula dari kaum muslimin yang merasa sudah menjadi manusia seutuhnya ketika memperjuangkan demokrasi dan HAM. Maka, seks bebas tumbuh subur, pergaulan bebas antara laki dan perempuan jadi tradisi, pengingakaran terhadap agama juga marak. Menyedihkan sekali bukan? Inilah buah dari salah mengambil informasi jalan hidup, karena menganggap Islam tak mampu menyelesaikan kehidupan hingga akhirnya memilih kapitalisme dan juga sosialisme. Hmm.. kasihan banget!


Sobat, untuk faktor kedua yang memungkinkan munculnya salah paham terhadap Islam adalah kaum muslimin tidak utuh mempelajari Islam. Setengah-setengah, gitu lho. Kasarnya sih, apa saja dari Islam yang menurutnya baik dan menyenangkan diambil, sementara yang bikin ribet bagi dirinya ditinggalin jauh-jauh. Ini namanya pilah-pilih sesuka nafsunya. Bukan atas pertimbangan akidah dan syariat Islam. Superkacau banget kan pemahamannya?


Shalat akan dilaksanakan kalo dengan shalat ia merasa tentram dan tenang. Jadi bukan atas pertimbangan hukum syara dan ketataan kepada Allah Swt. dalam melaksanakan shalat, tapi karena shalat membuat dia tenang. Itu sebabnya, ia akan mengambil ajaran Islam tentang shalat. Tapi jika menurut hawa nafsunya ajaran shalat itu bisa mengganggu aktivitasnya berbisnis, maka ia akan tinggalkan shalat itu. Karena menganggap waktu shalat itu mengganggu urusan penting yang dia kerjakan. Daripada memilih menghentikan sementara kepentingan bisnisnya untuk shalat, ia malah memilih kepentingan bisnis dan meninggalkan shalat.


Itu sebabnya, setengah-setengah dalam mempelajari Islam berdampak tidak utuhnya pemahaman tentang Islam. Tanggung, gitu lho. Bukan tak mungkin pula jika akhirnya marak bermunculannya para pelaku malpraktik dalam ajaran Islam. Hukum yang wajib dilakukan malah ditinggalkan, tapi yang sunah dikerjakan seolah menjadi kewajiban. Contohnya, banyak para wanita yang getol shalat sunnah tahajjud, tapi kalo keluar rumah rambutnya dibiarkan bebas tanpa ditutupi kerudung dan bagian tubuhnya dengan sukses dilihat orang lain karena tak menutup aurat dengan sempurna. Piye iki? Harusnya kan yang wajib dilakukan, yang sunnah juga dikerjakan semampunya. Inilah yang disebut malpraktik alias salah prosedur dalam menjalankan syariat Islam, Bro.


Nah, mengenai faktor ketiga yang sangat mungkin memicu terjadinya salah paham terhadap Islam adalah banyaknya cendekiawan muslim yang menyampaikan Islam dengan pemahaman yang keliru. Islam yang disampaikan itu sudah dimodifikasi terlebih dahulu, sesuai selera dan keinginan mereka yang dipesankan dari musuh-musuh Islam. Mungkin saja cendekiawan muslim yang menyebarkan pemahaman Islam yang keliru ini nggak nyadar kalo dirinya diperalat oleh musuh-musuh Islam, atau bisa saja mereka tahu bahwa yang disampaikannya itu keliru tapi karena demi jabatan atau harta berlimpah yang dijanjikan kalangan tertentu yang membenci Islam, akhirnya ya mereka lakukan juga tugas salahnya tersebut.
Ya, betul, bahkan ada cendekiawan muslim yang berusaha keras memperjuangkan sekularisme, getol mendakwahkan demokrasi, nggak lelah terus menyebarkan liberalisme dalam Islam. Apakah mereka ulama? Ya, jika dilihat dari keilmuannya sangat boleh jadi mereka ulama. Tapi seperti kata Rasulullah saw. ulama itu ada dua jenis: ulama yang benar dan baik, tapi juga ada ulama yang jahat dan buruk perbuatan maupun pemikirannya. Waspadalah terhadap tipe jenis ulama yang jahat ini.


Oya, apakah ini salah Islam? Nggak kok. Ini murni salah pelakunya. Entah tanpa disadarinya atau disadarinya dengan sangat. Sebab, yang jelas adalah kesalahan dari mereka yang menyebarkan Islam dengan informasi yang keliru. Akibatnya, tentu banyak kalangan awam dari kaum muslimin yang mengikuti apa yang disampaikan ulama jahat ini dengan alasan hal itu memenuhi selera liberalnya sebagai muslim yang nggak mau terikat ajaran Islam. Mereka menganggap bahwa agama hanya urusan pribadi dan tentunya negara nggak boleh sama sekali menerapkan aturan negara berdasarkan aturan agama untuk ngurus rakyat. Ya, inilah sekularisme, sobat. Berbahaya!


Ayo bangga menjadi Muslim!


Jangan tuduhkan kesalahan kepada Islam, jika banyak kaum muslimin yang hidupnya setengah Islam dan setengah kufur. Itu karena dirinya telah mengambil ajaran Islam semata yang dia suka sembari mengambil jalan hidup lain untuk yang membuat dia juga merasa nyaman. Pilih-pilih sesuka selera hawa nafsunya. Ini bunglon namanya. Padahal, kalo beriman kepada Allah Swt. ya harus jelas dan sepenuhnya. Nggak boleh nyari aman. Allah Swt. udah ngingetin manusia dalam firmanNya (artinya):
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang (menjadi kafir kembali). Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS al-Hajj [22]: 11)


So, kalo diri kita udah menjadi Muslim, berarti sepenuhnya kita sadar akan peran kita yang sesungguhnya, yakni bukan hanya sekadar melaksanakan ajaran Islam karena kita Muslim, tapi juga menjadi penjaga ajaran Islam dan bahkan menjadi pembela dan pejuang Islam. Itu lebih mantap deh! Sumpah!


Oya, jangan salahkan Islam kalo kita hanya mampu menjadi Muslim yang “apa adanya” karena menganggap Islam nggak bisa disentuh (untouchable) oleh dirinya. Sejatinya itu kesalahan kita karena nggak mau belajar Islam. Berarti kita yang justru nggak mau menyentuh dan disentuh oleh Islam. Padahal, kita wajib bangga menjadi Muslim, karena Islam yang kita peluk adalah agama yang akan menyelamatkan kita di dunia dan di akhirat. Ok? Allahu’alam.

Kamis, 23 Agustus 2012

Manfaatkan Waktu Hidupmu




Kita pasti suka perhatiin kondisi anak muda zaman sekarang kan? (termasuk kalian juga—dan gue tentunya, hehe..) Coba deh cek en observasi di daerah terdekat. Hitung seberapa banyak anak muda yang aktif di pengajian? Jarang kita temui anak muda yang kritis terhadap agamanya. Waduh,  kalo begini terus gimana bisa berdakwah? Huft!

Gue denger juga ada yang nyeletuk “Duh nggak usah repot-repot peduli sama gue, yang penting gue nggak nyusahin orang lain kok!” Malah pernah ada cewek yang ditanya: “Kenapa kamu nggak pake kerudung. Padahal kan kamu tahu perempuan seumur kamu wajib menutupi aurat?” Eh, dia bilang: “Aku nggak munafik kayak cewek-cewek yang pake kerudung itu. Padahal hatinya busuk. Aku sih ada apanya, eh apa adanya sesuai dengan kata hati. Nantilah kalo udah tobat baru pake..Slow ajah ah mumpung masih muda hehe..”. Halah… amit-amit gue!


Bro end Sis! Perempuan berkerudung belum tentu hatinya juga ‘berkerudung’ alias alim. Tapi kalo terus-terusan ngikutin kata hati dan hawa nafsu dijamin nggak bakalan ada usaha untuk jadi lebih baik. Gue belum jadi orang tua aja udah pusing duluan kalau-kalau nanti punya anak tantangan untuk mendidiknya pasti berat cuy. Hwach nggak kebayang! Sistem kapitalisme udah bener-bener meracuni anak bangsa! “Asal hati senang urusan yang lain what ever lah!” Musibah deh…


Bekal buat akhirat


Sobat muda muslim, jelas kita nggak dilarang buat ngejar urusan duniawi tapi kita juga wajib menomor satukan masalah akhirat. Yup, kita wajib nabung pahala. Beramal sholeh di dunia buat di akhirat kelak.  Mumpung masih muda isi kegiatan sehari-hari dengan hal-hal yang positif dan syar’i, betul?


Oya, di luar kegiatan sekolah pasti kamu punya banyak agenda. Mulai dari kursus atau ikutan bimbingan belajar, les musrik, ech musik, latihan band, olah raga dll. Kegiatan tersebut sah-sah aja dilakukan selama ngikut tuntunan syariat Islam dan nggak nyita waktu, plus bermanfaat untuk masa depan kalian (buset, banyak amat syaratnya).
Tentu bukan kegiatan miskin manfaat macam pulang sekolah terus nongkrong seharian di warung atau di depan gedung bioskop ngobrol ini itu pura-pura nunggu film dimulai. Padahal nggak nonton sama sekali. Hehe pengalaman gue ini. Hus-hus yang ini jangan dicontoh!


Jangan sampe pula kamu seharian di depan komputer en mantengin situs jejaring sosial macam facebook. Terus update statusnya yang tulisannya pake bahasa plat nomer alias nulis kata-kata dicampur pake angka. Huhu, bikin orang lain pusing bacanya. Oya, nggak baik juyga kalo sampe terus-terusan main game online.  Facebook-an nggak ada salahnya tergantung kita memanfaatinnya. Contoh yang baik nih ya kalian update status dengan nasihat-nasihat yang berguna atau tulis terjemahan ayat al-Quran atau hadist untuk saling mengingatkan dalam kebaikan keren dah pastinya. Ok?


Memanfaatkan waktu


Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu.” (QS adz-Dzariyat [51]: 56)
Pernah nggak membandingkan waktu kegiatan untuk hal duniawi dengan waktu buat akhirat? Lebih banyak mana hayo? Contohnya nih, kita melaksanakan sholat fardu rata-rata butuh waktu hanya 5-10 menit. Itu juga kadang suka males-malesan apalagi sholat subuh. Terus tinggal dikurangin 24 jam (jumlah waktu dalam sehari). Nah sisanya kita ngapain aja—selain tidur dan sekolah?


Sudah semestinya (ciee.. gue jadi tua gini), kita yang masih muda harus mengisi kehidupan ini dengan kegiatan-kegiatan yang positif. Betul? Jangan punya prinsip “mumpung masih muda seneng-seneng aja dulu, tobatnya belakanganlah kalau sudah tua”. Waduh, emangnya kamu tahu kapan datang ajalmu?


Bukan nggak boleh senang-senang dalam hidup. Silakan aja. Tentu dengan tujuan rekrasi atau me-refresh pikiran dan tetap dalam koridor syariat Islam. Ok?
Bro en Sis pembaca setia gaulislam, kita wajib memanfaatkan waktu hidup kita dengan amalan-amalan sholeh agar tidak menyesal dan merugi nantinya. Sesuai dengan firman Allah Swt. (yang artinya): “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS al-Ashr  [103]: 1-3)


Terus, bagaimana caranya supaya waktu kita bisa bermanfaat dan ngak sia-sia? Nih sedikit advice yang bisa kalian lakukan. Pertama, mulailah setiap pagi dengan berdzikir kepada Allah, niatkan semua hal yang akan kita lakukan semata hanya untuk beribadah kepadaNya. Bukan untuk yang lain.


Kedua, jadwalkan semua kegiatan kita pada hari ini dengan jelas. Begitu ada waktu luang, segera isi dengan kegiatan bermanfaat, contohnya membaca buku, menkhatamkan al-Quran, membaca kitab, baca gaulislam (ehm..), dan lain sebagainya. Ketiga, manfaatkan dengan baik waktu yang memiliki keistimewaan, misalnya pada sepertiga malam kamu bisa bangun dan melaksankan sholat malam.


Ngaji aja!


Bro and Sis, meskipun sudah diniatkan untuk mengisi waktu kita dengan hal-hal yang berguna, tapi kalo nggak konsisten kadang kita terlena dengan urusan duniawi. Iya kan? Kita mudah tergoda, suka ikut-ikutan tren—meskipun trennya yang nggak bener—karena hanya pengen diakui dalam komunitas kita biar dicap gaul. Huh cape dech! Kalau begini terus kita bakalan jadi budak kapitalis, generasi pengekor kayak kerbau yang diiket idungnya supaya mau ikut kemana-kamana. (No my way dech!) Saatnya  sadar dan memikirkan kehidupan kita.


BTW, ada nggak cara buat mem-protect kita dari serangan “racun dunia” sistem en budaya Barat? Well, salah satu jalannya kita wajib ngaji atau mengkaji serta aktif dalam pengajian. Ikut aja acara-acara kajian keislaman, kumpul bareng temen yang sholeh atau yang lebih paham agama. Bisa juga kita bentuk kelompok kajian Islam. Adakan pertemuan rutin sembari ngobrol bebas masalah agama, mengkaji  materi keislaman yang memang kita butuhin seperti fikih, akidah, muamalah, akhlak, dakwah, syariah, dan juga khilafah. Hwach pasti seru bro!


“Bosen dan Jenuh”? Halah, itu dua kata yang pertama kali muncul di benak gue ketika diajak caplin (bukan nama sebenarnya) ikutan ngaji. Pasti ini godaan setan! Tapi setelah terjun langsung ke TKP alias ke tempat pengajian ternyata setan itu pendusta sejati! Hehe.. gue enjoy di pengajian, karena bahasannya nyantai gue bisa sharing apa aja. Ngobrolin masalah ini itu dari a ampe z, mulai dari masalah pacaran dalam Islam gue tanyain, prikitiw! Sampai masalah ideologi dan sebagainya. Yang lebih serunya lagi kadang kita ngaji di tempat terbuka atau tempat rekreasi, asikk dah! Ilmu dapat, pikiran jadi tenang perut juga kenyang khwkhwk (jadi inget waktu ngajinya abis mancing deh). Hwaaah asiknya!


Boys and gals, pokoknya buat acara pengajian senyaman mungkin dan tetap semangat aktif di pengajian serta sebagai bekal berdakwah atau menyampaikan kebaikan kepada teman yang lainnya. Rasulullah saw. Bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari a-Quran dan mengajarkannya” (HR Bukhari)


So, kamu-kamu mulai deh dari sekarang ikutan ngaji, mengkaji Islam secara kaffah atau menyeluruh, bersosialisasi dengan agama kita sendiri, satu-satunya agama yang di ridhoi Allah Swt. Dijamin bakalan lebih enteng hadapi hidup! Menjadikan kita lebih berideologi dan bangga karena punya prinsip hidup, ketimbang cuma ikuat-ikutan biar dianggap gaul. Dengan ngaji juga kita terhindar dari dosa-dosa, terjaga dari maksiat, juga punya temen yang bisa saling mengingatkan kalau kita berbuat salah dan pastinya berguna untuk dunia dan akhirat.Jangan lupa sebagai anak pengajian, sikap dan perilaku kita wajib dijaga, agar terlihat ciri khas seorang muslim sejati. Oke?


Oke deh,  tetap semangat. Jangan putus dalam memanfaatkan waktu dengan hal-hal yang positif dan sesuai syariat Islam. Semoga kita selalu ingat bahwa semua hal dicatat oleh Allah Swt., baik yang besar maupun yang kecil. Bijaksanalah dengan apa-apa yang dimudahkan oleh Allah. Yuk, manfaatkanlah waktu yang ada dengan kegiatan bermanfaat buat hidup kita. Jangan tertipu hawa nafsu. Siap?

Jumat, 17 Agustus 2012

Ied Fitri

 
 
Bikin artikel di bulan Ramadhan memang menjadi tantangan tersendiri. Selain hari serasa lebih pendek, waktu jadi mefeeet banget. Masuk kerja lebih pagi, pulang lebih cepat, macet di jalan, buka puasa, sholat magrib, lanjutin makan babak kedua, terus sholat Isya plus Tarawih, akhirnya siap-siap tidur. Rutinitas seperti ini yang menjadi santapan sehari-hari sebagian kita,and nggak kerasa dua hari terakhir ini macet di jalanan meningkat deras, dan itu tandanya THR sudah turun! Loh?


Ya, lebaran sebentar lagi. Kesibukan cukup tinggi karena semua orang pada nyiapin untuk acara bertaraf internasional yaitu: lebaran berjamaah! Setahu ane emang cuma dua event besar di agama kite ini, idul Fitri dan idul Adha. Itu sebabnya, cukup worth untuk dirayakan dan disiapkan dengan seksama dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, loh? Kok jadi kayak di teks proklamasi? Hahaha…


Bro en Sis, event yang menutup acara puasa sebulan penuh ini emang unik banget, acara ini nyaris melumpuhkan semua sektor di negara kita. Semua orang pada cuti massal. Mirip mogok nasional lah. Nggak ada yang kerja. Kantor-kantor pada tutup dan kebanyakan orang pada maen ke sono kemari (baca: silaturahmi)
Dalam menyambut hari Ied alias lebaran, umumnya kita malah lebih terfokus pada hal-hal di luar ibadah, dengan satu dalih untuk mempersiapkan hari ied yang biasanya identik dengan kerepotan, pengeluran lebih dan yang jelas capek berat. Pernah tidak kita merasakan hal yang sama, tapi pada aktivitas ibadah yang lain? Misal kerepotan cari tambahan uang karena lagi pengen memperbaiki masjid dideket rumah kita, kecapean dan kelelahan karena berusaha ngajakin orang di kampung untuk mau sholat tepat waktu dan sebagainya. Kenapa kok lebaran selalu menjadi “big deal” bagi kaum muslimin di Indonesia?

Ied artinya adalah sesuatu yang berulang-ulang pada kurun waktu tertentu. Ied merupakan kekhususan umat Islam. Dalam agama kita, kita mengenal dua hari Ied, dan keduanya dihubungkan dengan dua ibadah besar. Ied Fitr yang dihubungkan dengan ibadah puasa di bulan Ramadhan dan Ied Adha yang dihubungkan dengan ibadah haji. Ini menunjukkan betapa penting dan utamanya hari Ied, karena kedua ibadah besar yang mengikutinya sekaligus adalah dua syiar Islam terbesar. Nah untuk menyambut hari yang mulia ini, apa saja yang harus kita lakukan?
 
Menyambut Ied Fitri

Bro en Sis, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menyambut hari Ied Fitri supaya lebih optimal. Nah, persiapan apa saja yang perlu dilakukan?

Pertama, mengoptimalkan ibadah kita di akhir Ramadhan. Sering kali karena terlalu sibuk dengan persiapan untuk menyambut hari Ied Fitri, kita jadi nggak punya waktu lagi untuk beribadah di akhir bulan Ramadhan. Hal ini mestinya bisa dengan mudah diantisipasi dengan planning yang baik. Sebab, setiap tahun kejadian yang sama selalu berulang, mestinya cukup mudah bagi kita untuk mengambil pelajaran dari tahun sebelumnya mengenai kesalahan-kesalahan planning seperti ini.


Kedua, mengeluarkan zakat fitri. Kita mengeluarkan zakat fitri selain karena perintah Alloh Swt., zakat fitr sering juga disebut sebagai zakat untuk berbuka, dimana sebelumnya sebulan penuh kita berpuasa dan sekarang kita akan mengakhirinya, dan kita tandai dengan mengeluarkan zakat. Karena itu zakat fitr termasuk ke dalam zakat badan, bukan zakat mal, makanya setiap jiwa/pribadi dikenai zakat. Zakat Fitri berfungsi juga sebagai pensuci ketidak sempurnaan selama puasa bagi yang mengeluarkan dan menggembirakan para penerimanya pada hari Ied Fitri. Zakat Fitri hukumnya wajib tentunya hanya bagi yang mampu, dan batasan mampu dalam zakat fitri adalah mereka yang memiliki persediaan makanan yang cukup pada hari Ied Fitr.

Zakat Fitri tidak boleh dikeluarkan dalam bentuk uang, tapi harus dalam bentuk makanan, dalilnya adalah sebagai berikut:
Satu, tidak ada tuntunan untuk mengeluarkan zakat fitr dalam bentuk uang. Sementara pada saat jaman rasul dan para sahabat, saat itu sudah dikenal mata uang, namun mereka tidak menggunakan uang untuk membayar zakat Fitri.
Dua, bila dilakukan konversi harga bahan makanan, akan mengalami permasalahan juga, karena cukup bervariasi dan beragamnya bahan makanan, sehingga tidak bisa disamakan harga satu sok beras dengan harga satu sok kurma. Akan sangat susah bagi orang Indonesia yang makanan pokoknya beras untuk mengeluarkan zakat Fitr ketika dia berada di negara lain.
Tiga, akad Amilin juga menjadi nggak jelas. Tugas amilin adalah menerima dan mendistribusikan zakat, bukan transaksi jual beli. Dan itu amil itu SK-nya langsung dari khalifah (pemimpinan negara yang menerapkan syariat Islam).

Sekadar tahu aja, dari berbagai pendapat imam mahzab hanya Abu Hanifah yang memperbolehkan membayar zakat fitri dengan uang. Sementara Ibnu Taimiyah mensyaratkan boleh menggunakan uang untuk zakat fitri dengan 3 syarat/kondisi yang ketat, yaitu: darurat, maslahatnya besar dan hajat yang sangat.

Zakat Fitri dikeluarkan sebesar 1 sha’, yakni sama dengan 3,5 liter atau 2,5 kilogram bahan makanan pokok untuk setiap jiwa. Waktu pembagian diberikan ruhksah 2 hari sebelum hari Ied fitri. Ada pun pengumpulan zakatnya boleh dilakukan lebih dari 2 hari sebelum Ied Fitri.
Kepada siapa zakat fitri dibagikan? Nah, karena merupakan zakat badan, maka mustahiknya cuma dua, yaitu fakir dan miskin saja. Karena zakat badan memiliki kesamaan makna dengan kafarat. Zakat Fitr lebih afdol dibagikan di tempat kita tinggal. Namun boleh dipindahkan ke tempat lain sesuai kebutuhan. Zakat boleh diberikan kepada orang kafir dalam harapan supaya dia menjadi Islam.

Ketiga, kudu ngarti jadwalnya Ied Fitri. Hal yang satu ini penting banget sodara-sodara, karena kalo kita salah nentuin waktunya jadi tengsin sendiri. Kita udah bersuka cita, sambil silaturahmi, eh ternyata yang lain masih pada puasa. Ied Fitri dirayakan setiap tanggal 1 Syawal. dan Alloh Ta’ala memberikan tanda yang jelas di langit dengan munculnya si hilal, yakni cahaya tipis berbentuk sabit, menghiasi langit dengan seyumannya yang dinanti-nanti ribuan ahli rukyat di seluruh dunia (hahaha lebay mode “on”). Mantengin langit di senja hari akhir bulan Ramadhan merupakan kegiatan rutin tahunan yang mengasyikkan. Selain kita bisa belajar mengenai benda-benda antariksa dan pergerakannya, kita juga bisa menikmati indahnya sunset di bulan ramadhan yang sama artinya dengan sebentar lagi bukaaaa, jadi dari pada ngabuburit nggak jelas, mendingan banget ngelakuin rukyatul hilal alias melihat bulan sabit tipis tanda awal bulan.

Kegiatan rukyatul hilal merupakan salah satu kegiatan penting dari sudut pandang science, karena merupakan kegiatan data collection jama’i dengan skala yang cukup besar. Data yang diperoleh baik data positif dan negatif dapat digunakan untuk memeriksa algoritma perhitungan penentuan awal bulan (hisab). Jadi dari awal sebenarnya hisab dan rukyatul hilal tidaklah bertentangan, cuma di Indonesia saja, karena kedua metode ini di gunakan secara exclusive oleh 2 ormas besar yang “bersaing”, sehingga kesan yang muncul akhirnya kedua metode ini bertentangan, padahal keduanya saling membutuhkan. Meski tentu sanja penentuan pastinya kudu dengan rukyat hilal, bukan via hisab. Hisab cuma alat bantu aja kapan waktu yang pas buat ngintip si hilal. Ya iyalah, jangan sampe ngeliatnya pas tanggal 14, itu sih bukan rukyatul hilal, tapi rukyatul qomar alias melihat bulan. Hehehe…


Bila hilal sudah terlihat, itu artinya keesokan harinya kita merayakan Ied Fitri, sebenarnya tidak ada masalah dimana dia terlihat, asal berita mengenai observasi hilal ini bisa kita validasi kebenarannya. Hilal hanya terjadi sekali di antariksa sono, dan sudah menjadi sunatullah bahwa bumi ini bulat, sehingga sudah menjadi sunatullah juga ada yang bisa melihatnya dan ada yang tidak. Kemudian, menjadi tututan logis bagi yang tidak bisa melihat, untuk mencari atau menunggu berita observasi hilal dari tempat lain.

Untuk menuju kepada persatuan umat, seharusnya anggapan bahwa batasan negara berlaku dalam penetapan Ied Fitri harus mulai ditinggalkan, karena umat Islam adalah umat yang satu dan kita semua bersaudara dalam akidah, sementara Ied adalah bagian dari akidah kita, tidak bisa kalo kemudian kita ber-Ied sendiri-sendiri,  meski tentunya ada toleransi perbedaan di sini, toleransi perbedaan 1 hari yang dianggap para ulama masih bisa diterima, karena kondisi geografis bumi kita. Wallahuallam.
 
Pada saat Ied Fitri


Bro en Sis, kalo tadi sudah dijelaskan kegiatan apa saja yang biasa kita lakukan untuk persiapan Ied Fitr, sekarang apa saja yang perlu kita lakukan pada hari Ied, yuk simak terus.

Pertama, sunnah ied fitr ada 3, yaitu bergegas berjalan kaki menuju lapangan dan ketika kita pergi dan pulang melewati jalan yang berbeda, makan sebelum keluar menuju lapangan untuk ied fitri, adapun untuk sholat Ied Adha, sunnahnya adalah kebalikannya, sholat dulu baru makan. Sunnah yang terakhir adalah mandi, pastikan kita sudah mandi sebelum berangkat sholat Ied. Tentunya ketiga sunnah ini memerlukan planning yang matang, karena tidak mudah terutama bagi yang berangkatnya berjamaah lebih dari satu orang, untuk bisa datang tepat waktu kelapangan untuk sholat Ied, sudah makan dan sudah mandi.


Kedua, disunnahkan berhias untuk hari raya. Disunnahkan untuk menggunakan wangi-wangian dan perhiasan di hari raya. tentu saja dengan tetap menjaga batas-batas urf atau batasan adat yang berlaku setempat. Jangan sampai kita berlebihan dalam menggunakan parfum dan perhiasan. Sebab, selain akan mengganggu orang lain, juga bisa memicu terjadinya kejahatan. Intinya adalah kita harus berdandan sehingga terlihat berbeda dari hari biasa–jangan sampai hari biasa dan idul fitri sama saja–karena seharusnya kita memperlihatkan kegembiraan pada hari Ied Fitr.
Rasulullah saw. biasanya menggunakan pakaian yang paling indah pada hari Ied Fitr. Pakaian yang paling indah tidak selalu berarti baru dan Rasulullah saw. menyiapkan pakaian khusus untuk hari raya Ied dan hari jumat. Biasanya Rasul mengenakan burdah warna hijau atau burdah berwarna merah. Nah patut dicontoh tuh! Sementara untuk wanita, tetap berlaku aturan syariat dalam berpakaian dan tentunya tidak boleh tabarruj (menampakkan perhiasan, apalagi jika berlebihan).

Ketiga, disunnahkan takbiran pada hari-hari Ied. Disunnahkan untuk Ied Fitri adalah takbiran setelah subuh ketika menuju lapangan dan dibaca dengan suara yang dikeraskan, tapi bukan takbiran semalaman suntuk. Sebab, selain mengganggu orang lain, juga biasanya menjadikan kita lupa untuk istirahat/tidur, sehingga akhirnya sholat Ied malah telat. Perlu diingat tidak diperbolehkan untuk menambah-nambah takbir yang tidak ada syariatnya. Misal masukin lirik lagu Enter Sandman-nya Metalica dalam takbir, dsb. Whuaaa… nggak banget!


Keempat , waktu sholat Ied, disunnahkan untuk agak siang, sementara untuk Ied Adha lebih dipagiin. Sholat Ied dilakukan sebanyak 2 rakaat, pada rakaat pertama, takbir 7x termasuk takbiratul ihram. Pada rakaat kedua takbir 5x. Tidak ada adzan maupun iqomat, dan tidak ada panggilan apa-apa serta tidak ada sholat sesudah dan sebelum sholat ied.
Bro en Sis, bila hari raya ied dan hari Jumat bertemu, maka diberikan rukhsah, untuk tidak melakukan shalat Jumat. Namun sunnahnya tetap melakukan sholat Jumat. Rasulullah saw. yang memerintahkan semua muslim termasuk wanita yang haid untuk datang ke lapangan pada hari ied, ini merupakan salah satu petunjuk/qarinah akan pentingnya Sholat Ied.
 
Sesudah sholat Ied


Banyak hal yang bisa kita kerjakan selepas sholat ied, yang biasa dilakukan di Indonesia adalah untuk saling meminta maaf dengan saudara kita yang lain. Biasanya acara meminta maaf ini memiliki berbagai macam bentuk, dari acara yang sifatnya acara formal sampai yang spontan. Acara seperti ini sebenernya bersandar dari pemahaman akan Ied Fitr sendiri, di Indonesia kita lebih mengenal dengan nama Ied Fitri, yang diartikan sebagai kembali menjadi suci, padahal arti sebenernya bukan Ied Fitri tapi Ied Fitr, yang artinya kembali berbuka, setelah sebulan penuh puasa.

Tuntunan dalam Islam, meminta maaf bisa dilakukan kapan saja dan segera meminta maaf bila kita tahu kita melakukan kesalahan kepada orang lain. Jadi tidak perlu harus nunggu lebaran dulu.
Selama hari Ied Fitri, kita disunnahkan untuk memperlihatkan kegembiraan. Pada hari Ied Fitr kita harus terlihat gembira walaupun dalam hati kita sedang bersedih, kenapa demikian? Selain mengikuti sunnah Rossul juga untuk memudahkan orang lain untuk bergembira juga, karena ada sebagian orang yang ikut sedih ketika melihat orang lain sedih. Pada saat Ied Fitr kita disunnahkan untuk saling mengucapkan “Taqabballahu minna wa minkum” yang artinya, semoga Alloh Ta’ala menerima ibadah kita semua, bila kita saling bertemu. Ulama tidak melarang kita memberikan ucapan lain seperti minal aidzin wal faidzin yang sebenernya merupakan kalimat penggalan dari ja’alanallahu wa iyyakum minal aidin wal faizin, yang artinya semoga Allah menjadikan kami dan anda sebagai orang-orang yang kembali dan beruntung (menang). Perkara ucapan selamat ini bukan termasuk kedalam perkara ritual ubudiyah, sehingga tidak ada larangan untuk mengungkapkan perasaan dengan gaya bahasa kita masing-masing.
 
Khulashoh


Bro en Sis, kalo kita perhatikan ada yang tertawa dan menangis pada saat Idul Fitr, ini semua tergantung pada sudut pandang masing-masing. Menangis karena meninggalkan bulan Ramadhan yang mulia dan tertawa karena memang disunnahkan untuk bergembira pada hari tersebut. Setiap tahun paling tidak kita melalui training Ramadhan dengan minimum 29 kali pertemuan dengan sertifikat takwa bagi yang berhasil melampauinya dengan sukses. Pelajaran utama dalam Ramadhan adalah mampu mengendalikan hal yang halal! Kenapa demikian? Karena insya Allah bila yang halal saja kita mampu mengendalikannya, apa lagi yang haram, sudah pasti akan lebih mudah.

Namun demikian harapan tidak selalu seindah kenyataan. Masih dalam bulan Ramadhan saja, sudah banyak penyimpangan yang bisa kita temui. Misal pada saat berbuka, selain kita dengar riuhnya orang sibuk berbuka, tidak kalah rame juga asep keluar dari para anggota majelis suro (majelis suka rokok). Padahal sebelumnya seharian penuh bisa nahan nggak ngerokok, walaupun tanpa fatwa MUI, tapi begitu berbuka lain urusannya. Pada malam lebaran juga sering kita jumpai orang pada begadang maen gaple, nyabung ayam bahkan nonton dangdut koplo guna memeriahkan acara lebaran. Astaghfirullah. Semoga Alloh memberika hidayah dan kepada para saudara kita yang masih jahiliyah dan kita terhindar dari semua hal yang tidak bermanfaat.
Akhirul kallam, mari kita pertahankan sertifikat takwa yang kita peroleh setelah training bulan Ramadhan. Semoga artikel ini bermanfaat dan ibadah kita semua diterima oleh Alloh Swt.

Minggu, 12 Agustus 2012

Jalani Ramadhan Dengan Optimis

Bro en Sis, Ngomongin soal Ramadhan, rasanya udah berpuluh bahkan beratus atau malah beribu tulisan menyebut  Ramadhan bulan mulia. Yup, Ramadhan memang membawa berkah bagi kaum mukminin. Meski secara fisik kita diwajibkan untuk menahan rasa lapar dan haus, plus menghindari segala perbuatan maksiat, namun bukan berarti kita kudu puasa juga dari berbagai aktivitas amal shaleh. Justru di bulan Ramadhan inilah, semangat kaum mukminin sedang puncak-puncaknya.


Bro en Sis, mulut boleh istirahat seharian dari mengunyah makanan, tenggorokan boleh terasa kering tak dialiri air, perut boleh keroncongan nahan lapar, tapi semangat untuk beraktivitas mulia kudu tetap menyala. Kenyataan ini telah dibuktikan oleh para generasi terdahulu kita. Justru di bulan Ramadhan berbagai kemenangan dapat diraih dengan gemilang. Bahkan sebagian di antaranya ikut menciptakan arah sejarah kehidupan Islam dan kaum muslimin. Ya, Ramadhan memang bulan perjuangan dan kemenangan bagi kaum mukminin.


Boys and gals, seharusnya kita pun nggak kalah dong dengan semangat para pendahulu kita. Sekarang pun kita bisa berbuat hal yang sama, atau paling nggak mirip-mirip perjuangannya dengan mereka. Kondisi memang berbeda, situasi juga sangat jauh berbeda. Tapi bukan berarti kemudian kita menyerah kepada keadaan. Insya Allah kita mampu kok, paling nggak semangat perjuangannya bisa kita teladani. Sebab mereka seolah ingin menunjukkan kepada generasi setelahnya, bahwa Ramadhan bukan halangan untuk tetap melakukan amal shaleh, bahwa Ramadhan pun bukan halangan untuk istirahat dari jihad, dan bahwa Ramadhan pun bukan saatnya untuk bersantai-santai dengan alasan menyelamatkan puasa kita.


Ketika puasa bukan berarti penampilan kita harus loyo. Tampang kita harus dibuat selemes mungkin, biar dikatakan lagi puasa. Ya, nggak begitu dong, Bro. Meski puasa, kondisi tubuh kita kudu tetap fit. Itu sebabnya, jangan pernah berhenti dari aktivitas amal shaleh. Diulangi; jangan pernah berhenti dari aktivitas amal shaleh. Catet itu! (halah, sok ngatur-ngatur gini ya? Ehm…)


Ngomong-ngomong soal prestasi mulia yang telah ditorehkan generasi pendahulu kita, kayaknya kita pantas untuk bercermin dari beliau-beliau deh. Bener. Maka nggak salah emang, bila generasi Islam di masa lalu patut jadi teladan kita. Khususnya semangat dan aktivitas mereka saat bulan Ramadhan. Di bulan Ramadhan justru tercatat sederet kemenangan kaum muslimin dalam memporak-porandakan dan mempecundangi musuh-musuhnya di setiap pertempuran. Begitu panjang dan gemilangnya sepak terjang kaum muslimin, sehingga terpatrilah sebuah lembaran emas sejarah yang tak mungkin terhapuskan dan terlupakan. Berikut ini adalah beberapa peristiwa besar di bulan Ramadhan, di mana kaum muslimin terjun berjuang dan juga ikut menghantarkan kaum muslimin menuju kemenangan:
17 Ramadhan 2 H: Perang Badar al-Kubra
Boleh dibilang, ini adalah perang “hidup-mati” antara kaum muslimin dengan orang-orang kafir Quraisy. Kisahnya, Rasulullah saw dan pasukannya berangkat dari Madinah pada tanggal 8 Ramadhan. Menurut Ibnu Hisyam, perang ini merupakan kemenangan perdana yang menentukan posisi kekuatan kaum muslimin dalam menghadapi kekuatan kaum musyrikin. Allah Swt. telah memimpin langsung peperangan tersebut. Firman Allah Swt.: Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS al-Anfâl [8]: 17)
Allah Swt. mengutus sepasukan malaikat untuk meneguhkan kaum muslimin dan menghancur-leburkan pasukan kaum kafir. Sebelumnya Allah telah meruntuhkan mental orang-orang kafir hingga timbul rasa takut yang amat sangat di antara mereka. Itu tergambar dalam Firman Allah Swt.: (Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman”. Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan potonglah tiap-tiap ujung jari mereka.(QS al-Anfâl [8]: 12)


Tiga hari menjelang perang Badar, kaum muslimin tidak menyadari bahwa yang dimaksud dengan firman Allah Swt: “Karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendakiNya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janjiNya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS ar-Rûm [30]: 5-6)


Sebenarnya yang dimaksud dengan “pertolongan” itu tertuju pada mereka. Bahkan dikisahkan Rasulullah pernah merasa takut, kalau pertempuran itu akan memusnahkan kaum mukminin Madinah di muka bumi ini. Beliau berdoa kepada Allah: “Ya, Allah, jika kelompok ini sekarang binasa tidak ada lagi yang menyembahMu di atas muka bumi ini.”


Ya, ‘taruhan’ Perang Badar ini memang besar sekali, sebagaimana sesumbar Abu Jahal: “Demi Tuhan, kita tidak akan pulang sebelum sampai ke Badar. Kita akan tinggal tiga malam di tempat itu. Kita memotong ternak, kita pesta makan dan minum khamr, kita minta para sinden menyanyi. Biar orang-orang Arab itu mendengar dan mengetahui perjalanan dan persiapan kita. Biar mereka tidak lagi mau menakut-nakuti kita.”


Namun apa lacur, justru kenyataannya pasukan pimpinan Abu Jahal ini kewalahan dan binasa. Pada pertempuran di bulan Ramadhan ini, 313 tentara kaum muslimin berhasil menghajar telak dan melibas 1000 pasukan kaum kafir Quraisy. Tragisnya, Abu Jahal bin Hisyam al-Makhzumi dan Abu Lahab al-al-Hasyimi tewas dengan sukses. Sedang Abu Sofyan selamat dan belakangan masuk Islam saat peristiwa Futuh Makkah enam tahun kemudian.
Menurut al-Maqrizi dalam kitabnya yang berjudul Imta’al Asma’, menghitung bahwa jumlah gembong alias petinggi kaum kafir Quraisy yang binasa dalam pertempuran tersebut sebanyak 27 orang, dan yang tewas setelah perang sekitar 20 orang.


Tuh kan, coba, bayangin aja. Dalam keadaan berpuasa, ditambah harus menahan panasnya terik matahari, udah gitu berada di di tengah samudera pasir, dan satu lagi… harus perang! Wah, nggak kebayang deh gimana beratnya. Namun, karena kaum muslimin berjuang dilandasi dengan keimanan kepada Allah Swt., maka rintangan dan hambatan sekuat dan sebesar apapun bukan alasan untuk mundur dan kabur. Justru mereka malah tambah semangat, karena yakin dengan pertolongan Allah. Buktinya, memang benar-benar sukses. Laahaula walaa quwwata illa billahi!
 

21 Ramadhan 8 H: Futuh Makkah (Penaklukan Makkah)
Rasulullah saw. keluar dari Madinah tanggal 10 Ramadhan bersama 10.000 pasukan kaum muslimin dan dalam keadaan berpuasa. Jumlah ini memang jauh lebih besar ketimbang saat Perang Badar. Rasulullah saw. dan pasukannya berbuka di suatu tempat yang disebut Mukadid (antara daerah Asfan dan Amjad). Setelah penaklukan Makkah secara damai, Rasulullah saw. tinggal di kota itu selama 15 malam dengan melakukan shalat qashar. Penaklukan dan penguasaan ini tidak disertai dengan pembantaian atau bentuk balas dendam lainnya. Padahal, dulu ketika Rasulullah dan kaum muslimin hijrah karena nggak tahan dengan siksaan serta perlakukan keji dan kejam lainnya dari pihak kafir Quraisy, rasanya cukup pantas bila itu dilakukan menurut kaca mata hawa nafsu manusia. Namun ternyata Rasulullah dan pasukannya tidak berbuat demikian. Justru inilah penaklukan yang benar-benar penuh damai.


Dalam pidatonya, bahkan Rasulullah saw. memberikan semacam amnesti massal untuk mantan musuh-musuh kaum muslimin. Menurut Ibnu Ishaq, penaklukan kota Makkah terjadi pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Rasulullah mengutus Khalid bin al-Walid untuk menghancurkan berhala ‘Uzza, Amru bin ‘Ash merobohkan Suwa’, dan giliran Sa’ad bin al-Arsyhali untuk menumbangkan Manath. Setelah itu, digantikan dengan kalimat tauhid yang berkumandang di angkasa Makkah al-Mukarramah. Makkah pun masuk dalam pangkuan Islam. Fantastis bukan? Lebih dari sekadar fantastis, Bro!
 
Ramadhan 10 H: Ekspedisi Dakwah ke Yaman
Rasulullah saw. mengutus sepasukan tentara di bawah pimpinan Ali bin Abi Thalib ke Yaman dengan membawa surat Nabi. Satu suku yang berpengaruh di sana dengan tanpa paksaan langsung menerima dan masuk Islam pada saat itu juga dan mereka shalat berjamaah bersama Ali bin Abi Thalib. Allahu Akbar!
 
Ramadhan 92 H: Penaklukan Spanyol
Panglima Thariq bin Ziyad bersama armada tempurnya yang berjumlah 7000 pasukan, menyeberangi selat Giblartar (Jabal Thariq) demi misi mulia melakukan penaklukan di Andalusia, Spanyol.
Setelah armada tempur lautnya merapat di pantai, beliau berdiri di atas bukit karang dan berpidato. Dalam pidatonya yang berapi-api itu, beliau memerintahkan pembakaran kapal-kapal yang telah membawa seluruh awak pasukannya dari Mesir pada 711 M, kecuali beberapa pasukan kecil yang diminta pulang untuk meminta bantuan kepada Khalifah.


Pidato “kontroversial” itu karuan aja membuat pasukannya keheranan. Namun beliau mengatakan, “Kita datang ke sini tidak untuk kembali. Kita hanya punya dua pilihan, menaklukkan negeri ini dan menetap di sini serta mengembangkan Islam, atau kita semua binasa (syahid)” Allahu Akbar! Panglima perang hebat yang pernah dimiliki kaum muslimin.


Tak ayal lagi, itu membuat pasukannya bangkit dan segera menyusun kekuatan untuk menggempur pasukan Spanyol yang terkenal kuat. Ar-Roya (bendera Islam; yang ditulisi lafadz syahadat berwarna putih di atas kain hitam) berkibar-kibar menyertai pertempuran itu. Atas pertolongan Allah Swt. pasukan Raja Rhoderick yang berkekuatan 100.000 pasukan tumbang di tangan pasukan kaum muslimin yang hanya berjumlah 7000 pasukan ditambah 5000 pasukan susulan. Allahu Akbar!
 

Ramadhan 129 H: Keberhasilan dakwah di Khurasan
Keberhasilan dan kemenangan dakwah Bani Abbas di Khurasan di bawah kepemimpinan Abu Muslim al-Khurasany.
 

Ramadhan 584 H: Menaklukan Pasukan Salib
Shalahuddin al-Ayubi memperoleh kemenangan besar atas pasukan Salib Eropa. Tentara Islam menguasai daerah-daerah yang sebelumnya diduduki orang-orang Kristen. Setelah sebelumnya memporak-porandakan kekuatan pasukan Salib di bawah komando Raja Richard III dari Inggris. Raja Richard ini terkenal ganas dan buas, itu sebabnya ia sering dijuluki Richard The Lion Heart—Richard yang berhati Singa. Namun, nyatanya ia bertekuk lutut di hadapan Shalahuddin al-Ayubi yang gagah dan beriman. Kemenangan itu mengakhiri cengkeraman kekuasaan pasukan Salib atas bumi Palestina. Sejak saat itu, Palestina kembali ke pangkuan Islam. Allahu Akbar!
 

Cermin bagi kita


Bagi kaum mukminin, rasa lapar dan haus bukanlah halangan untuk meninggikan kalimah tauhid dan menghancurkan kekufuran. Ramadhan telah memberikan kemenangan yang besar bagi kaum muslimin generasi terdahulu. Bagaimana dengan kita saat ini?
Rasanya kita memang kudu bercermin dengan semangat para pendahulu kita. Mereka tetap setia menjaga Islam, meninggikan Islam, membela Islam, memajukan Islam, meski harus nyawa taruhannya. Uniknya lagi, perjuangan yang mereka lakukan justru di saat fisik mereka manahan rasa lapar dan haus karena sedang melaksanakan kewajiban puasa Ramadhan.


Kini juga kita berada di bulan Ramadhan, pada sepuluh hari terakhir. Semoga saudara kita di Afghanistan, di Irak, di Palestina, dan di negeri lainnya yang tengah dijajah oleh musuh-musuh Islam juga akan mendapatkan kemenangan di bulan Ramadhan ini, dan semoga saja kemenangan kaum muslimin Irak dan Afghanistan atas pasukan Amerika Serikat dan sekutunya menandai kebangkitan Islam. Semoga pula saudara kita di Palestina berhasil mengalahkan tentara Yahudi Israel. Amin. Nggak lupa, semoga remaja muslim dan seluruh kaum muslimin di Indonesia dan negeri muslim lainnya juga berhasil menundukkan hawa nafsunya agar mau memperjuangkan syariat Islam sebagai ideologi negara, berani mencampakkan ideologi kapitalisme-sekularisme beserta instrumen politiknya yang bernama demokrasi. Setelah itu, kebangkitan Islam akan segera hadir bersama tegaknya Islam sebagai ideologi negara dalam bingkai Khilafah Islamiyyah untuk memimpin dunia ini. Insya Allah. Hasbunallaahu wa ni’mal wakiil!

Jumat, 03 Agustus 2012

Bulan Ramadhan Bulan Pembuktian

Siap nggak sih kalo kita ngejalanin puasa di bulan Ramadhan dengan benar dan baik? Siap nggak sih kalo ibadah puasa kita dibarengi dengan amalan-amalan yang lain? Hmm… pastinya sih kudu siap ya. Sayang banget kalo sampe nggak meman-faatkan momen Ramadhan ini. Datangnya sih emang sama dengan bulan lainnya, setahun sekali. Tetapi keutaman bulan Ramadhan ini oke banget. Apa aja sih keutamannya?


Imam Ahmad telah meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Ummatku telah diberi lima hal yang belum pernah diberikan kepada ummat-ummat sebelumnya ketika bulan Ramadhan: 1) Bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum dari pada minyak kesturi di sisi Allah, 2) Para Malaikat beristighfar untuk mereka hingga berbuka, 3) Allah memperindah SurgaNya setiap hari, seraya berfirman kepadanya: “Hampir-hampir para hambaKu yang shalih akan mencampakkan berbagai kesukaran dan penderitaan lalu kembali kepadamu,” 4) Syaithan-syaithan durjana dibelenggu, tidak dibiarkan lepas sseperti pada bulan-bulan selain Ramadhan, 5) Mereka akan mendapat ampunan di akhir malam.” Ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah itu terjadi pada Lailatul Qadar?” Beliau menjawab, “Bukan, namun pelaku kebaikan akan disempurnakan pahalanya seusai menyelesaikan amalannya.” (Diriwayatkan oleh al-Bazzar dan al-Baihaqi dalam kitab ats-Tsawaab sanadnya lemah sekali, tetapi sebagian lafazh hadits tersebut mempunyai shaid, yakni penguat yang shahih)


Hmm… kayaknya celaka banget kalo kita udah tahu keutamaan Ramadhan namun kita mengabaikannya. Banyak banget lho di antara kita yang malah malas menjalankan ibadah shaum. Alasannya karena bisa lapar dan haus. Yee.. namanya juga puasa, nggak makan dan minum di siang hari, ya jelas aja lapar dan haus. Tetapi kan itu ujian. Nahan lapar dan haus adalah bagian dari aturan puasa. Syariatnya memang begitu. Meski demikian, jangan khawatir ya. Insya Allah ibadah shaum Ramadhan kita, jika ikhlas dilaksanakan dan caranya benar akan mendapatkan pahala yang besar di sisi Allah Swt.


Dalam Shahih Bukhari dituliskan: Telah menceritakan kepada kami Muslim bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami Hisyam telah menceritakan kepada kami Yahya dari Abu Salamah dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dari Nabi saw. bersabda: Barangsiapa yang menegakkan lailatul qadar (mengisi dengan ibadah) karena iman kepada Allah dan meng-harapkan pahala (hanya dariNya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya, dan barangsiapa yang melaksanakan shaum Ramadhan karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dariNya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya.” (HR Bukhari, No. 1768)


Bro en Sis pembaca setia buletin suluah, sebagai seorang mukmin insya Allah kita tahu betul bahwa perintah shaum Ramadhan memang diwajibkan. Firman Allah Swt. (yang artinya): “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagiamana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang yang bertakwa”. (QS al-Baqarah [2]: 183)


Dalam ayat ini, Allah Ta’ala mewajibkan orang-orang yang beriman untuk shaum (berpuasa) di bulan Ramadhan. Tujuannya adalah untuk menjadikan kita orang-orang yang bertakwa. Apa itu takwa?
Para ulama telah menjelaskan apa yang dimaksud dengan takwa. Di antaranya Imam ar-Raghib al-Ashfahani yang mendefinisikan bahwa: “Takwa yaitu menjaga jiwa dari perbuatan yang membuatnya berdosa dan itu dengan meninggalkan apa yang dilarang menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan.”  Kalo menurut Imam an-Nawawi, beliau mendefinisikan takwa dengan “Menaati perintah dan laranganNya.” Maksudnya menjaga diri dari kemurkaan dan azab Allah. Hal itu sebagaimana didefinisikan oleh Imam al-Jurjani: “Taqwa yaitu menjaga diri dari pekerjaan yg mengakibatkan siksa baik dengan melakukan perbuatan atau meninggalkannya.”


Sobat muda muslim, sederhananya, takwa itu adalah melaksanakan semua perintah Allah Swt. dan meninggalkan semua laranganNya. Nah, puasa yang benar insya Allah akan mengantarkan kita menjadi orang-orang yang bertakwa.
 

Bagi sebagian orang, Ramadhan tak istimewa


Sobat muda muslim, emang kesel, risih, gemes, sebel dan entah kosakata apalagi untuk menggambarkan keprihatinan kita tentang kondisi kaum muslimin saat ini, khususnya di bulan suci Ramadhan. Gimana nggak kesel, gimana nggak sebel, kalo Ramadhan nggak bisa membekas dalam kehidupan kita. Ya, cuma numpang lewat dalam hidup kita. Kalo pun kita berupaya menyambutnya, tapi itu pun sekadar “dalam rangka”. Jadi ketika Ramadhan berlalu, kita balik lagi ke selera asal. Halah!


Miris juga melihat fakta sekarang. Banyak di antara kita yang menjadikan Ramadhan mati. Sebagian dari kita yang nggak puasa, banyak dari kita yang menjadikan ibadah-ibadah di bulan Ramadhan terasa hambar. Shalat tarawih nggak bakalan dijalanin kecuali kamu punya niat pengen ketemu pacar. Shalat subuh bakalan dilewatin, kecuali sudah ada janji dengan pacar untuk jalan-jalan subuh sambil menebar asmara setelah subuh. Jika demikian faktanya, Ramadhan jadi tak istimewa lagi. Ramadhan kehilangan ‘ruhnya’. Ramadhan kehilangan kemuliaannya di mata orang yang tak memuliakannya. Duh, jangan sampe deh kita menjadi orang yang tak memanfaatkan momen Ramadhan yang belum tentu tahun depan kita masih merasakannya. Iya nggak sih?
Kalo sekarang Ramadhan tampak seperti mati (karena memang nggak kerasa banget nuansanya), maka sebenarnya kitalah yang membuatnya mati dan bahkan sudah mengu-burkannya dalam-dalam. Itu sebabnya jangan heran jika masih banyak kaum muslimin yang anteng aja makan dan minum di siang hari tanpa sedikit pun merasa takut kepada ancaman Allah. Dan, tanpa sedikit pun merasa sayang mencampakkan beragam kemuliaan di dalamnya. Padahal, itu cuma diberikan sebulan dalam setahun oleh Allah. Hmm… bener-bener nggak tahu diri (maaf lho saya nyebutin begini, jika ada kata yang lebih pantas dan dahsyat lagi dari ini untuk menggambarkan orang-orang durhaka bolehlah diucapkan).


BTW, gawat bener deh kalo sampe ada di antara kita yang nggak puasa Ramadhan. Dari Abu Umamah al-Bahili ra, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Ketika aku tidur, datanglah dua orang pria kemudian memegang dhahaya (dua lenganku), membawaku ke satu gunung yang kasar (tidak rata), keduanya berkata, “Naik”. Aku katakan, “Aku tdk mampu”. Keduanya berkata, ‘Kami akan memudahkanmu’. Akupun naik hingga sampai ke puncak gunung, ketika itulah aku mendengar suara yang keras. Akupun bertanya, ‘Suara apakah ini?’. Mereka berkata, ‘Ini ialah teriakan penghuni neraka’. Kemudian keduanya membawaku, ketika itu aku melihat orang-orang yang digantung dengan kaki di atas, mulut mereka rusak/robek, darah mengalir dari mulut mereka. Aku bertanya, ‘Siapa mereka?’ Keduanya menjawab, ‘Mereka ialah orang-orang yang berbuka sebelum halal puasa mereka (sebelum tiba waktu berbuka puasa).” (HR an-Nasa’i dalam al-KubraTuhfatul Asyraf 4/166 dan al-Hakim 1/430 dari jalan Abdurrahman bin Yazid bin Jabir, dari Salim bin ‘Amir dari Abu Umamah. Sanad Shahih) sebagaimana dalam


Sekali lagi, jangan kubur Ramadhan. Karena ia masih hidup. Sebaliknya, kita nyalakan semangat dan ceriakan Ramadhan dengan amal sholeh yang berlimpah. Deras mengalir dari setiap ucapan dan perbuatan kita. Agar banjir nikmatnya terasa sampe membekas dalam hidup kita selamanya. Semoga kita tetap siap menghidupkan Ramadhan. Yuk, kita buktikan bareng-bareng.
 

Hidupkan semangat Ramadhan


Bro en Sis, meski ada yang ‘mematikan’ Ramadhan, tetapi insya Allah Ramadhan akan tetap hidup bersama orang-orang yang merin-dukannya. Mereka akan tetap bermes-raan dengan Ramadhan di setiap detik yang ia lewati, di setiap menit yang ia lalui, dan di setiap malam yang selalu membuatnya terjaga untuk senantiasa mengisinya dengan ibadah. Ramadhan memang tidak akan pernah mati, ia akan hidup terus bersama orang-orang beriman yang mencintainya. Semoga kamu, kita, adalah orang-orang yang beriman dan mencintai Ramadhan. Insya Allah.


Semoga Ramadhan kali ini (dan juga seterusnya) memberikan kekuatan yang besar dalam hidup kita untuk mengubah kebiasaan buruk kita menjadi kebiasaan baik. Ramadhan akan tetap hidup bersama orang-orang beriman yang ikhlas menjalankan syariatNya.
Kita pantas merenung, Bro. Di pekan ketiga bulan Ramadhan ini, apa yang sudah kita lakukan? Apa pula yang akan kita laksanakan di hingga menjelang akhir Ramadhan? Menghitung hari seperti kemarin dengan tanpa ada aktivitas amal sholeh? Atau sekadar meng-isinya dengan hal-hal yang amat jauh dari nilai-nilai Islam? Rasanya, kita semua udah pada tahu, apa yang harus kita lakukan. Tapi celakanya, kita juga seringkali lalai dengan apa yang seharusnya kita lakukan.
Kita tahu bahwa puasa adalah wajib. Kita yakin (meski dengan keyakinan seadanya), bahwa kalo nggak puasa kita akan berdosa. Namun, ternyata dalam praktiknya ada saja yang error. Selalu saja ada sebagian besar dari kita, yang ternyata masih melalaikan puasanya. Siang hari masih bebas makan dan minum. Malah ada yang dengan sombong makan dan minum dengan lahap secara terang-terangan.


Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang mendapat berkah, rahmat, dan ampunan. Dan senantiasa memohon kepada Allah agar kita digolongkan kepada orang-orang yang berjuang demi tegaknya syariat Islam di muka bumi ini. Yuk, hidupkan semangat Ramadhan!