Hehe… Islam tak bisa disentuh alias untouchable? Ah,
jadi
inget judul film lawas, The Untouchables (1987) yang dibintangi
Sean Connery, Kevin Costner dan Robert De Niro. Film tentang gangster
yang merajalela di Chicago tahun 1920-an ini dikemas apik oleh
sutradara Brian De Palma–yang juga sukses menggarap Mission:
Impossible (1996). Disebut untouchable karena kelompok
bandit itu tak pernah bisa tersentuh hukum alias kejahatannya tetap
menakutkan masyarakat tanpa bisa dijerat hukum karena lembaga pengadilan
kalah pamor dan tentu saja para pengadilnya bisa dengan mudah dijejali
duit oleh gerombolan bandit ini.
Nah, yang saya maksud Islam tak bisa disentuh ini adalah seolah
Islam
tuh nggak bisa disentuh sama umatnya sendiri. Kok bisa sih? Buktinya,
banyak kaum muslimin yang nggak kenal dengan ajaran Islam. Malah banyak
kaum muslimin yang mengambil ajaran dari Barat. Banyak kaum muslimin
yang nggak paham hukum syariat tentang larangan mendekati zina,
misalnya. Sebaliknya, banyak kaum muslimin lebih suka mempraktikkan gaya
hidup permisif dan hedonis warisan budaya Barat. Wajar kalo seks bebas
marak, perjudian bejibun, dan kriminalitas meningkat.? Para tokoh
cendekiawan muslimnya pun lebih mahir meng-hapal dan mengamalkan
pendapat-pendapatnya Voltaire dan Montesque ketimbang hadis-hadis
Rasulullah saw. dan pendapat para imam mazhab. Apakah ini salah Islam?
Tentu tidak.
Islam nggak salah apa-apa. Bahkan Islam memberikan cahaya terang.
Kitanyalah sebagai umatnya yang nggak mau mengenal Islam. Padahal, Islam
udah disebarkan sejak lama oleh Rasulullah saw. dan para sahabatnya.
Bahkan udah nyebar sampe ke negeri ini. Namun, Islam hanya sebatas agama
dan dikenakan simbol-simbolnya saja. Sementara akidahnya masih
bolong-bolong diyakini, syariatnya masih compang-camping nggak karuan.
Bukti nyatanya, banyak kok kaum muslimin yang rajin shalat dan
rajin
puasa, tapi akidahnya kedodoran karena banyak yang masih percaya dukun
dan ilmu pengasihan untuk kelancaran hidupnya. Banyak pula kaum muslimin
yang kemana-mana senang mengenakan simbol-simbol Islam yang mudah
tampak seperti pake peci, sorban, berkerudung (bukan jilbab), mengenakan
baju takwa (baju koko), juga ada yang sarungan., tapi pengamalan
syariatnya memprihatinkan. Gimana nggak, simbol Islam dikenakan, tapi
judi jalan terus, pacaran hot, bahkan remaja puteri yang mengenakan
kerudung tapi ikut larut di arena konser musik, campur-baur dengan lawan
jenis dan jejingkrakan sehingga tak ada bedanya dengan mereka yang
umbar aurat. Duh, mengenaskan sekali nasib kaum muslimin ini. Islam
hanya dijadikan sebagai ibadah ritual saja. Sementara pengamalan
syariatnya, pengokohan akidahnya nyaris nggak bisa dipelajari karena
kemalasan dari kaum muslimin itu sendiri. Musibah!
Yup, kalo gitu benar banget apa yang dikatakan Muhammad Abduh, “al-Islamu
mahjubun bil muslimin – agama Islam terhalangi oleh kaum muslimin.”
Betul, cahaya dan keagungan Islam pudar oleh perbuatan umatnya sendiri.
Umat Islam menjadi perusak citra Islam. Untuk kalangan seperti ini,
bukan salah Islam sehingga menganggap Islam the untouchable,
tapi justru merekalah yang tak mau disentuh dan tersentuh dengan nilai
dan ajaran Islam. Setuju nggak sih?
Salah paham tentang Islam
Sobat muda muslim, ada lagi penyakit yang menerpa kaum muslimin
saat
ini, yakni salah paham terhadap ajaran Islam. Intinya, Islam nggak
dipahami dengan benar dan baik oleh kaum muslimin. Mengapa ini bisa
terjadi? Setidaknya ada tiga faktor. Pertama, kaum muslimin salah
mengambil jalan hidup, bukan Islam yang diambil, tapi ideologi selain
Islam. Mereka menganggap bahwa Islam tak bisa menjadi alat perjuangan,
sehingga tak perlu dilibatkan mengatur kehidupan. Kedua, kaum muslimin
tidak utuh mempelajari Islam. Ketiga, adanya upaya sistematis
mengaburkan pema-haman Islam yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam
melalui tokoh-tokoh yang berasal dari kaum muslimin hasil didikan
musuh-musuh Islam. Lengkap sudah penderitaan kaum muslimin saat ini.
Menyedihkan banget, Bro.
Faktor pertama yang memicu salah paham tentang Islam adalah karena
kaum muslimin salah dalam mengambil jalan hidup. Halah, ini sih pastinya
bukan cuma salah paham, tapi yang jelas udah salah jalan, karena salah
mengambil sumber informasinya. Kayak orang mau bepergian ke suatu
tempat, tapi peta jalannya salah. Hmm.. itu sih nyampe kagak, nyasar
udah pasti. Tul nggak?
Beberapa bukti atas fakta ini adalah, banyaknya kaum muslimin yang
memper-juangkan feminisme, demokrasi, sekularisme, kapitalisme, bahkan
sosialisme dengan menganggap bahwa? hal itu lebih relevan untuk saat
ini. Waduh, celaka banget tuh. Sebab, sejatinya ide-ide itu bertentangan
dengan Islam dan bahkan menentang Islam. Itu tahapan idenya. Akibatnya
dalam tataran praktik, nggak sedikit kaum muslimin yang bangga
menyan-dang istilah “Kiri” (baca: kaum sosialis) hingga akhirnya mereka
berjuang di masyarakat dengan cara-cara seperti yang dilakukan kaum
sosiali, Berarti ideologinya ya sosialisme-komunisme. Padahal dirinya
muslim, lho. Kadang ada yang masih suka shalat juga. Tapi nggak konek
antara pikir dan rasanya. Campur aduk antara Islam dan Sosialisme.
Gawat!
Oya, nggak sedikit pula dari kaum muslimin yang merasa sudah
menjadi
manusia seutuhnya ketika memperjuangkan demokrasi dan HAM. Maka, seks
bebas tumbuh subur, pergaulan bebas antara laki dan perempuan jadi
tradisi, pengingakaran terhadap agama juga marak. Menyedihkan sekali
bukan? Inilah buah dari salah mengambil informasi jalan hidup, karena
menganggap Islam tak mampu menyelesaikan kehidupan hingga akhirnya
memilih kapitalisme dan juga sosialisme. Hmm.. kasihan banget!
Sobat, untuk faktor kedua yang memungkinkan munculnya salah paham
terhadap Islam adalah kaum muslimin tidak utuh mempelajari Islam.
Setengah-setengah, gitu lho. Kasarnya sih, apa saja dari Islam yang
menurutnya baik dan menyenangkan diambil, sementara yang bikin ribet
bagi dirinya ditinggalin jauh-jauh. Ini namanya pilah-pilih sesuka
nafsunya. Bukan atas pertimbangan akidah dan syariat Islam. Superkacau
banget kan pemahamannya?
Shalat akan dilaksanakan kalo dengan shalat ia merasa tentram dan
tenang. Jadi bukan atas pertimbangan hukum syara dan ketataan kepada
Allah Swt. dalam melaksanakan shalat, tapi karena shalat membuat dia
tenang. Itu sebabnya, ia akan mengambil ajaran Islam tentang shalat.
Tapi jika menurut hawa nafsunya ajaran shalat itu bisa mengganggu
aktivitasnya berbisnis, maka ia akan tinggalkan shalat itu. Karena
menganggap waktu shalat itu mengganggu urusan penting yang dia kerjakan.
Daripada memilih menghentikan sementara kepentingan bisnisnya untuk
shalat, ia malah memilih kepentingan bisnis dan meninggalkan shalat.
Itu sebabnya, setengah-setengah dalam mempelajari Islam berdampak
tidak utuhnya pemahaman tentang Islam. Tanggung, gitu lho. Bukan tak
mungkin pula jika akhirnya marak bermunculannya para pelaku malpraktik
dalam ajaran Islam. Hukum yang wajib dilakukan malah ditinggalkan, tapi
yang sunah dikerjakan seolah menjadi kewajiban. Contohnya, banyak para
wanita yang getol shalat sunnah tahajjud, tapi kalo keluar rumah
rambutnya dibiarkan bebas tanpa ditutupi kerudung dan bagian tubuhnya
dengan sukses dilihat orang lain karena tak menutup aurat dengan
sempurna. Piye iki? Harusnya kan yang wajib dilakukan, yang
sunnah juga dikerjakan semampunya. Inilah yang disebut malpraktik alias
salah prosedur dalam menjalankan syariat Islam, Bro.
Nah, mengenai faktor ketiga yang sangat mungkin memicu terjadinya
salah paham terhadap Islam adalah banyaknya cendekiawan muslim yang
menyampaikan Islam dengan pemahaman yang keliru. Islam yang disampaikan
itu sudah dimodifikasi terlebih dahulu, sesuai selera dan keinginan
mereka yang dipesankan dari musuh-musuh Islam. Mungkin saja cendekiawan
muslim yang menyebarkan pemahaman Islam yang keliru ini nggak nyadar
kalo dirinya diperalat oleh musuh-musuh Islam, atau bisa saja mereka
tahu bahwa yang disampaikannya itu keliru tapi karena demi jabatan atau
harta berlimpah yang dijanjikan kalangan tertentu yang membenci Islam,
akhirnya ya mereka lakukan juga tugas salahnya tersebut.
Ya, betul, bahkan ada cendekiawan muslim yang berusaha keras
memperjuangkan sekularisme, getol mendakwahkan demokrasi, nggak lelah
terus menyebarkan liberalisme dalam Islam. Apakah mereka ulama? Ya, jika
dilihat dari keilmuannya sangat boleh jadi mereka ulama. Tapi seperti
kata Rasulullah saw. ulama itu ada dua jenis: ulama yang benar dan baik,
tapi juga ada ulama yang jahat dan buruk perbuatan maupun pemikirannya.
Waspadalah terhadap tipe jenis ulama yang jahat ini.
Oya, apakah ini salah Islam? Nggak kok. Ini murni salah pelakunya.
Entah tanpa disadarinya atau disadarinya dengan sangat. Sebab, yang
jelas adalah kesalahan dari mereka yang menyebarkan Islam dengan
informasi yang keliru. Akibatnya, tentu banyak kalangan awam dari kaum
muslimin yang mengikuti apa yang disampaikan ulama jahat ini dengan
alasan hal itu memenuhi selera liberalnya sebagai muslim yang nggak mau
terikat ajaran Islam. Mereka menganggap bahwa agama hanya urusan pribadi
dan tentunya negara nggak boleh sama sekali menerapkan aturan negara
berdasarkan aturan agama untuk ngurus rakyat. Ya, inilah sekularisme,
sobat. Berbahaya!
Ayo bangga menjadi Muslim!
Jangan tuduhkan kesalahan kepada Islam, jika banyak kaum muslimin
yang hidupnya setengah Islam dan setengah kufur. Itu karena dirinya
telah mengambil ajaran Islam semata yang dia suka sembari mengambil
jalan hidup lain untuk yang membuat dia juga merasa nyaman. Pilih-pilih
sesuka selera hawa nafsunya. Ini bunglon namanya. Padahal, kalo beriman
kepada Allah Swt. ya harus jelas dan sepenuhnya. Nggak boleh nyari aman.
Allah Swt. udah ngingetin manusia dalam firmanNya (artinya):
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan
berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam
keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke
belakang (menjadi kafir kembali). Rugilah ia di dunia dan di akhirat.
Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS al-Hajj
[22]: 11)
So, kalo diri kita udah menjadi Muslim, berarti sepenuhnya
kita sadar akan peran kita yang sesungguhnya, yakni bukan hanya sekadar
melaksanakan ajaran Islam karena kita Muslim, tapi juga menjadi penjaga
ajaran Islam dan bahkan menjadi pembela dan pejuang Islam. Itu lebih
mantap deh! Sumpah!